DAELPOS.com – Dirut PLN Zulkifli Zaini melaporkan ke Komisi VI DPR bahwa per 31 Desember 2019 proyek listrik 35.000 MW baru beroperasi sebesar 6.811 MW atau 19 persen saja. Sangat jauh dari target.
Sejatinya, pada tahun 2015, proyek tersebut sudah dikritik ekonom senior Dr. Rizal Ramli sebagai proyek yang ambisius. Namun Presiden Joko Widodo tidak menggubrisnya. Seiring waktu, ternyata kritik RR yang menemukan kebenarannya.
Selain proyek listrik 35.000 MW, RR juga menyuarakan tentang inefisiensi pembelian pesawat jumbo oleh Garuda Indonesia dan mega korupsi di Pelindo II.
Terbukti, tahun 2018 Garuda Indonesia merugi Rp. 2,45 triliun. Dan, terbukti lagi, audit BPK menyebut empat proyek Pelindo II menyebabkan kerugian Rp. 6 triliun.
Lima tahun lalu, saat RR melontarkan kritik keras, banyak pihak menyepelekannya. Presiden Jokowi menepisnya mentah-mentah. Namun RR terus menyuarakan kritik kebenaran.
Tindakan RR bukan tanpa resiko. Saat itu RR menjabat Menko Kemaritiman. Mengkritik Presiden sama saja membuka peluang untuk direshuffle.
Namun demi rakyat, RR terus menyatakan kebenaran. Menurutnya, proyek-proyek ambisius hanya akan dijadikan alasan untuk menambah utang. Sementara beban utang negara sudah menumpuk.
Dan, reshuffle itu pun terjadi pada Juli 2016, sesaat setelah RR menutup proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Keberaniannya menutup proyek milik taipan naga sembilan menjadikannya kehilangan posisi menteri. Menurut RR, baik di dalam maupun di luar kekuasaan, harus konsisten menyuarakan kebenaran.
Kritik tetap berlanjut terutama menyasar kebijakan menumpuk utang, bunga tinggi, masa depan perekonomian, dan lemahnya pengawasan OJK terhadap lembaga keuangan.
Lagi-lagi suara RR terbukti kebenarannya. Jauh-jauh hari RR sudah lantang memprediksi ekonomi akan nyungsep. Meskipun di sisi lain Presiden Jokowi sesumbar ekonomi akan meroket.
Laporan teranyar BPS pada 5 Februari 2020 mengonfirmasi bahwa pada kuartal IV 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia turun menjadi 4,97 persen. Dan sepanjang tahun 2019, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,02 persen, turun bila dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 5,17 persen.
Gawat
Terbuktinya prediksi-prediksi RR, di satu sisi memang menggembirakan, namun di sisi lain mengkhawatirkan. Segi menggembirakan karena Indonesia masih memiliki sosok tokoh bangsa yang bersih pemikirannya, kritis, obyektif, presisi melihat masa depan dan konsisten menyuarakan kebenaran.
Namun, faktor yang harus diwaspadai adalah tentang prediksi kemunduran ekonomi. Selama ini prediksi RR menuai kebenaran, dari mulai soal Garuda Indonesia, Pelindo II, hingga proyek listrik 35.000 MW. Maka bukan tidak mungkin kemunduran ekonomi juga akan menjadi kenyataan.
Indikasinya sudah lengkap. Terakhir laporan BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kemunduran. Indikasi lainya, utang membengkak. Kredit perbankan turun drastis. APBN defisit parah. Penerimaan pajak juga memble.
Bila kemunduran ekonomi menjadi kenyataan, maka yang paling menderita adalah rakyat. Gawat!!
Krisis Ekonomi
Teraktual, RR berbicara bahwa ekonomi Indonesia bagai gelembung. Teori gelembung (bubbles) menyatakan gelembung tidak didukung oleh fundamental yang kuat, tapi oleh persepsi, PR, doping dan goreng-gorengan.
Gelembung akan meletus, sebagai bagian dari koreksi alamiah. Untuk meledak, tidak perlu linggis atau kampak, hanya butuh peniti-peniti kebenaran dan fakta riel.
Gelembung pecah identik dengan krisis ekonomi. Indonesia pernah pernah mengalaminya tahun 1966 dan 1998. Dampaknya sangat dahsyat. Tidak hanya menerjang aspek ekonomi tapi juga menyasar politik, sosial dan jadilah krisis multidimensi.
Bung Karno dan Pak Harto pernah merasakan dahsyatnya gelombang krisis ekonomi yang kemudian menerjang singgasana politik. Kekuasaan jatuh.
Apakah itu yang dimaksud oleh RR? Wallahua’lam!. (*)