Sejarah Singkat Berdirinya Majelis Pelataran Merah “ B A I T U R R A H M A T ” Majelis Ta’lim ‘Dzikir dan Sholawat’ Thoriqoh At-Tijaniyyah Pondok Cabe, Pamulang – Tangerang Selatan

by -139 Views

     A. Sejarah umum

DAELPOS.com – Pada mula dan awalnya di tahun 2016 silam saat Lebaran, tepatnya pada hari Rabu, 1 Syawal 1437 H bertepatan dengan 6 Juli 2016 ada seorang ikhwan inisial (AN) yang sempat saya ajak ke Bogor untuk ikut sholat Id (Idul Fitri) di Majelis Tijani Baiturrohmat Bogor, yaitu Majelis Pusat Pimpinan Guru Bapak Syeikh, memang momen romadhon terkadang suka ada ikhwan yang bertanya pada saya, nanti sholat ‘Id dimana.? dan tidak pun jarang saya pernah mengajak ikhwa-ikhwan untuk masa-masa dan momen yang penting itu selalu berada disamping guru (Mursyid) seperti yang saya sudah lakukan dan jalani sejak tahun 2002, saya mengajak ikhwan kesana adalah tidak lain dan tidak bukan selain menambah pengetahuan dan ilmu, tentunya untuk belajar adab secara langsung  agar berkembang pengetahuan dan dunia tarekatnya.

 

Setelah selesai sholat ‘Id dan lebaran di Majelis Pusat bersama Guru, keluarga dan ikhwan-ikhwan lain disana, mendapat ceramah, siraman rohani dan tausiyah guru panjang lebar dan sudah selesai, kemudian saya dan ikhwan tersebut pamitan untuk kembali pulang kerumah dari Majelis Cibalagung Bogor, dan kemudian dalam perjalanan ikhwan tersebut mampir ke rumah Pondok Cabe sampai dirumah sekitar pukul 13.35 Wib dan kami ngobrol-ngobrol banyak hal tentang pengajian dan tarekat, dari obrolan dan diskusi tersebut terceletuklah omongan yang keluar dari ikhwan AN : “coba disini jadi Majelis enak kali ya, suasana dan tempatnya adem, kali saja bisa terjadi, kira-kira bisa terjadi gak bang..? ungkapnya sambil bertanya..!!”, kemudian saya menjawab : “aduh ngaco aja dah, ada-ada aja nte tar dibilang dan di isu-in yang engga engga lagi sama yang lain, ane gak mau cari masalah mau hidup damai dan tenang, gak mau di ganggu sama hal-hal yang gak penting, ungkap saya begitu”. Dan juga setelah itu ada pula ikhwan inisial MD dan AG dari Kemanggisan yang main bersilaturrahmi yang mengucapkan dan ungkapkan hal serupa, dan jawaban saya pun sama, menolak dan tidak mau cari masalah, karena bukan apa-apa dan siapa-siapa, memang sejak saya tinggal di Pondok Cabe tidak jarang ikhwan-ikhwan yang main dan silaturrahmi ke rumah saya yaitu orang-orang Jakarta (Kemanggisan, Kemandoran, Palmerah, Kebon Jeruk, Sukabumi Utara, Kebayoran dan Tanah Abang), bahkan hampir setiap sabtu dan minggu ada saja ikhwan yang datang mengunjungi saya untuk silaturrahmi dan ngobrol-ngobrol ataupun konsultasi tentang tarekat dan adabiyah ikhwan tijani sejak tahun 2012 silam.

 

Kemudian seiring berjalannya waktu, dengan kesibukan masing-masing kami tetap berkomunikasi dan bahkan mengadakan halal bihalal sejak dari tahun 2016, 2017, 2018 sepeninggal Guru Bapak Syeikh dan terakhir di tahun 2020 yang akan menjadi cikal bakal dan mengerucutnya sebuah hal dan peristiwa sakral, yang biasanya memang diadakan beberapa minggu setiap habis Lebaran, gunanya adalah untuk mempererat, memperkuat persaudaraan dan keikhwanan kita, dan saling mengingatkan satu sama lain untuk tetap bahu membahu, agar tidak salah arah dalam hidup dan tujuan hidup kita kedepan nantinya. Nah dipertengahan bulan puasa 1441 H ada ikhwan datang ketempat saya inisial BL berkeluh kesah tentang ini dan itu yang tidak bisa saya sebutkan secara lengkap dan detil, juga banyak terjadi pada ikhwan-ikhwan yang lain, yang mana sebenarnya saya tidak merasakan hal itu, di awalai dan prakarsai oleh ikhwan-ikhwan tersebut yang memang sudah merasa tidak nyaman, blang blentong (ceuk guru mah) gak punya arah tujuan dan mulai goyang serta resah dalam melaksakan dan menjalankan ibadaah menurutnya harus mempunyai sosok panutan dan sandaran, akhirnya beberapa ikhwan dan khususnya BL menyampaikan pada saya membicarakan salah satu Muqodam dan seolah menuntut pada Muqodam inisial MI untuk memimpin sebuah jama’ah sholawatan, jikalau seumpama tidak mau dan ikhwan-ikhwan pada kedul, ngaco dan berantakan ibadahnya maka salahkanlah Muqodam MI tersebut, pungkasanya pada saya!!, karena dia sudah di angkat Muqodam sama guru Bapak Syeikh untuk wilayah tesebut “Tanah Abang Jakpus” tapi kenapa gak mau mimpin sholawat, gimana ayo.!! tegasnya dengan nada serius.

 

Dan kemudian saya diminta untuk menyampaikan hal tersebut pada Muqodam MI, berinisiatif menjembatani usulan dan kemauan ikhwan BL tersebut, bukan untuk kepentingan saya tapi untuk mereka yang pada tinggal di Tanah Abang atau lebih tepat khusus untuk ikhwan orang-orang tanah abang, kemudian saya menghubungi dan menyampaikan hal tersebut, dan jawaban dari Muqodam MI berkata: “kenapa jadi ane yang di salahin kalau seumpama mereka pada ngaco dan goyang ibadahnya, itukan urusan mereka masing-masing bukan ane, pungkasnya pada saya, saat pembicaraan di telepon, tapi saya mengatakan pada Muqodam MI tersebut, apa salahnya kalau memang ini buat kebaikan bersama dan jalanin amanat serta titah guru, kan gak ada salahnya, bukan begitu kan?

 

Akhirnya Muqodam Mi tersebut bilang oke gini dan seolah memberi syarat dan mengatakan, kalau dia MI gak mau mimpin sholawatan di Tanah Abang ataupun Kemanggisan, karena ada masa lalu kelam dan cerita sakit hati disana dan banyak orang/ ikhwan-ikhwan yang tidak respect ke dia dan dia juga males, termasuk pada keluarga dan saudaranya. Dari situ saya kemudian mempunyai inisiatif memberi alternatif dan menawarkan “kalau memang di Kemanggisan dan Tanah Abang nte gak mau, karena satu dan lain hal.! mohon maaf sebelumnya, gimana kalau disini aja (Pondok Cabe), itupun jika ente dan ikhwan-ikhwan lain engga keberatan, dan ane pun juga harus izin dan ngomong dulu sama istri dan pihak keluarga, boleh apa engga? ngadain sholawatan disini ”. karena walau bagaimanapun itu adalah sebuah risiko dan tanggung jawab yang saya ambil dan mesti jaga sebaik-baiknya,  kemudian muqodam MI menjawab nah kalau disana ane mau sudah dan setuju karena tengah-tengah dan tempat netral, cuma  bilang ke ikhwan-ikhwan jangan pernah ada yang ngeluh masalah jarak, karena kalau ditanya jarak dan jauh kite pun juga jauh, jadi jangan ada ngeluh-ngeluh masalah itu, kita gak mau denger itu, katanya begitu. Kemudian saya berinisiatif segera sehabis lebaran mengadakan halan bihalal, dan habis lebaran sehari saya menyebarkan undangan halal bihalal itu via broadcast WhatApps kepada ikhwan-ikhwan kurang lebih sekitar 20 – 30 ikhwan yang aman dan terjangkau karena kita semua bahasanya bekas pesakitan kanker stadium 13 (korban doktrin buruk, indoktrinisasi, trik dan intrik, brain washing/cuci otak dan rekayasa cerita buruk).

 

     B. Kesepakatan dan Kesepahaman Para Ikhwan

Nah pada  saat pertemuan Halal Bihalal tahun 2020 bulan Mei tepatnya tanggal 31 Mei 2020 (8 Syawal 1441 H) lah kita semua ikhwan yang hadir sekitar 20 orang terutama yang menggero-gerokan membuat komitmen pada dirinya masing-masing dan semua jama’ah secara sukarela ikhlas dan ridho halangan rintangan apapun akan kita hadapinya, secara bersama-sama; dan walaupun yang hadir hanya 4 orang tetap jalani sholawatan disini, jika saya tidak ada/ hadir kata Muqodam MI si MM lah yang memimpin sholawatan dengan suara santai, yakin dan tenang.!! kemudian dengan suara parau dan prihatin saya pun mengatakan kepada ikhwan-ikhwan yang ada dan hadir di situ dan berakata : “pokoknya Ikhwan-ikhwan yang sholawatan berjamaah disini kalau bisa yang lurus, yang lempeng hatinya, yang tidak ada trik dan intrik (buruk), yang tidak neko-neko, yang tidak rekayasa cerita, yang tidak berkamuflase, kalau ada yang seperti itu disini.!! enyah saja dan dengan sendirinya terpental dari sini, ataupun mental dari sini mau siapapun dia, terlepas dia itu ikhwan atau muqodam; seolah hati dan fikirannya berdoa dan memohon ke Allah SWT, karena sudah bosan, cape, jenuh dan lelah dengan masa lalu yang pernah di alami oleh ikhwan-ikhwan dan dirinya” tempo itu (jaman jahiliyah dengan kepemimpinan seorang muqodam yang otoriter dan diktator serta banyak trik dan intrik negatif). Dan kemudian kita membahas tentang sholawatan berjama’ah yang akan di tindak lanjuti oleh kita semua guna menjaga, merawat dan menjalankan amanat dan titah guru kita Bapak Syeikh, yang penting jangan berlebihan seperti yang sudah-sudah karena itulah yang mutlak yang diwariskan oleh guru selain Lazimah. Bersepakatlah semua ikhwan itu termasuk sudah dapat izin dari istri (shohibul bait) akan mulai PERTAMA kalinya di adakan pada hari Kamis, 11 Juni 2020 (19 Syawal 1441 H) di Pelataran Merah “Baiturrahmat”, Pondok Cabe, Tangerang selatan – Banten 15418 jam 20.30 Wib, kenapa di namai Pelataran Merah.? karena lantainya atau ubinnya berwarna merah memvisualisasikan bahwa merah adalah perjalanan terhormat “karpet merah istana presiden atau tamu negara”, tempat dimana orang berjalan akan berhenti “lampu merah” dan keberanian yang tinggi sampai tetes darah terakhir “perjuangan demi keadilan”, lambang keberanian dalam membela kebenaran, serta perabot atau barang yang melekat disitu rata-rata berwarna merah, jadi selain kebetulan warna pelatarannya merah juga mengandung arti dan filosofi yang baik untuk kita, agar kita tidak bablas (keterusan) dalam berjalan, dalam melakukan sesuatu entah dunia atau akhirat, tapi ada rem-remnya juga, merah melambangkan keberanian, kehormatan dan berhenti pada tempat dan aturannya sesuai syariat Islam “Syariatun Nabi”.

 

Terlepas dari semua itu, dengan apa yang diceritakan diatas memang sepertinya semua sudah ada yang mengatur, saya pribadi awalnya hanya menyediakan tempat, tidak bergantung dan bernaung kepada muqodam karena guru pernah berpesan pada saya seperti itu, tujuan saya hanya ibadah bareng mengalap barokah selamat dari Allah, Rasulullah Para Maha Guru dan Guru saya Bapak Syeikh tidak lebih dari itu, terlepas ikhwa-ikhwan yang lain merasa goyang dan kedul atau blang blentong itu urusan mereka, kenapa sewaktu masih ada guru meraka tidak mengaji.?? Hanya datang acara Haul, Penutupan Puasa, Lebaran bisa dihitung sama jari, jadi inilah yang mereka dapat, merasa tidak punya pegangan, panutan dan sandaran, tapi untuk diri saya pribadi saya tidak merasa begitu malah ketenangan dan kedamaianlah yang saya dapat, mungkin ini yang dikatakan perjalanan dan perencanaan manusia, tapi walaupun begitu  Allah-lah sebaik-baiknya pengatur dan sebaik-baiknya perencana, maka kita harus selalu bersyukur dan ridho dengan ketetapan Allah, Maha besar Allah dengan segala ciptaan dan karunianya. Semoga jama’ah Pelataran Merah selalu mendapat barokah dan ridho Allah dan Rasulnya serta ridho Para Masyeikh Tijani, Amiin Ya Robbal ‘alamiin

 

     C. Visi dan Misi Majelis Pelataran Merah

Visi : Menjaga dan merawat serta melestarikan sholawatan berjama’ah di Pelataran Merah “Baiturrahmat” sesuai fungsi dan manfaatnya yang sudah di mandati oleh Guru dengan penuh khidmat dan rasa syukur serta bangga karena itu perintah Al Qur’an (Allah dan Rasulnya).

 

Misi : Mendawamkan dan Meregenerasikan ikhwan-ikhwan dan keluarganya, serta calon-calon ikhwan agar gemar bersholawat jama’ah di Pelataran Merah “Baiturrahmat” sampai akhir hayat sesuai perintah Allah dan Bai’at Guru karena bagian dari salah satu syi’ar jariyah barokah di dunia dan selamat di akhirat kelak.

 

     D. Lika Liku Perjalanan dan Pengingkaran

Ternyata apa yang di gadang dan dicita-citakan oleh ikhwan-ikhwan tidaklah mulus dan jernih, tidaklah licin dan putih, ibarat pepatah mengatakan; tak ada gading yang tak retak atau sepandai pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, itulah yang di terjadi di Majelis Pelataran Merah, ketika semuanya sudah disepakati, komitmen dan berjalan ada saja gangguan dan halangannya, cobaan demi cobaan dan ujian mulai datang baik kepada ikhwan atau muqodam yang memimpin sholawatan, mulailah ada yang goyah dengan dengan pendiriannya, ada pula yang malas, ada juga yang karena faktor jarak dan ekonomi dan lain sebagainya yang jelas, mereka sudah mulai mengingkari apa yang sudah di sepakati dan dibuat komitmen, dari tahun pertama pun terlihat sudah jarang muqodam memimpin sering absen dan tidak hadir karena lain  dan satu hal, dengan aneka warna alasan yang sangat klasik dan menarik, tapi sudah lah..!!

 

Membuang dan melempar masalah dengan berbagai alasan dan  sampai akhirnya meninggalkan jama’ah Pelataran Merah, yang tidak ada jendrungannya atau sabab musababnya hanya dia dan Tuhan yang tahu, mulailah saya menjadi badal atau mandat yang harus menjalani semua ini, dengan suka dan duka, tanpa harus memikirkan dan merencanakan apa yang bisa saya lakukan dengan semua ini. Mulailah isu negatif dan kotoran disebar untuk menjatuhkan agar sholawatan jama’ah tidak berjalan lagi karena dirinya sudah tidak memimpin dan hadir, tidak mungkin lama dan bisa bertahan 2 tahun jika tidak ada muqodam yang memimpin dan sebagainya, yang mana itu karena ulahnya sendiri karena iri ada sesuatu yang tidak sampai dan terpenuhi, dan apa yang dilakukan melanggar komitmennya seperti yang sudah di ceritakan diatas, belum lagi ada juga ikhwan yang hajatnya sudah terpenuhi menghilang begitu saja seperti ditelan bumi, ada juga yang datang dan hadir cuma karena ada maunya saja dan minta tolong saja, ada juga yang menghilang karena iri karena dia tidak bisa apa-apa sedangkan yang lain bisa, ada juga yang tidak percaya saya diangkat atau di imami saya (harusnya legowo, sabar ulet dan gigih serta jangan takabur dan jumawa)… yaah begitulah pelik dan lika likunya perjalanan di Pelataran Merah, tapi itu mungkin itu doa seperti yang pernah di ucapkan dan utarakan, makanya terlihat aneh dan kadang terlihat lucu serta menggelitik seperti tingkah anak kecil dan bocah ingusan yang sedang belajar menatap langit. Tapi alhamdulillah dengan semua cobaan ujian dan rintangan yang ada dan sudah dijalani satu persatu diselesaikan oleh Allah aza wa jala, yang sekarang Majelis Pelataran Merah sudah mau berjalan 5 tahun, tentunya dengan doa-doa para ikhwan yang istiqomah sabar dan rajin, kalau kata Bapak Syeikh dulu: “hilang satu tumbuh seribu” (semoga Allah memberkati dan meridhoi kita semua khususnya yang rajin sholawatan di PM PCI).

 

     E. Penutup

Kesimpulan dari semua yang sudah dipaparkan dan dijabarkan sejarah singkat ini, ada pelajaran yang amat berharga yang dapat kita ambil ialah pentingnya sebuah komitmen yang dibangun secara bersama-sama untuk sebuah tujuan mulia, dengan kesetiaan perjalanan yang di ambil dan tempuh maka terjadilah sebuah kesuksesan dan kebahagiaan yang hakiki dari Allah, apabila kesetiaan yang telah di ucap dan dibangun oleh para ikhwan tidak dilaksanakan dengan baik dan benar, lurus dan apa adanya, maka pengingkaran lah yang akan terjadi dan timbul dalam dirinya (timbul iri dan julid, hasad dan hasut), dengan seolah membenarkan dirinya dari alibi dan pembelaan atas ke egoisan dirinya semata, bahwa merasa dialah yang benar dan paling benar yang lain salah, kenapa kalau benar dia lari dan menghilang dan semakin mundur dan terpuruk (itulah yang harus dia sadari) buka mata, hati da telinga terima kabar kebaikan yang datang, ada apakah dengan mereka dan ikhwan yang seperti ini, bukannya maju melangkah ke depan malah melangkah mundur ke belakang, yang mana mereka hanya bisa mengklaim dan mencibir dibelakang mengatakan si A begini dan begitu, si A salah, harusnya tidak begitu dan jangan begitu, itulah pelajaran yang di dapat ketika seseorang tidak lepas, legowo dan pasrah dalam memegang dan mengembang tugas dan amanat dalam sebuah komitmen, bisanya hanya menyalahkan dan mencibir orang lain.

Dari semua itu penulis sadar dan faham maknanya amanat dan tugas, apabila dijalankan dengan ikhlas dan ridho dan berusaha sebaik-baiknya, maka akan menimbulkan suatu kebaikan dan kemuliaan serta

pengetahuan yang baik dan hak dari Allah SWT, tapi jika tidak maka justru sebaliknya, Wallahu ‘alam bis showwab.

Allahummah Syurnaa Fii Zumroti Abiil Faidhit Tijanii, Wa Amiddanaa Bimadadi Khotmil Awliyaa il Khitmanii 
“Ya Allah Kumpukanlah kami Dalam Golongan Abil Faidl At-Tijaany
Tolonglah kami Dengan Madad Dari Khatmil Auliya Kitmaany”

 

 

Itulah kisah sejarah singkat berdirinya Majelis Pelataran Merah “Baiturrahmat”, yang berserah dan pasrah, Tuhannya-lah yang Maha Kuat dan Gagah serta Maha Agung dan Maha Mulia lagi Maha Besar Allah SWT Ya Jalla Jalalahu.

 

Akhirul kalam,

والله الموفّق إلى أقوم الطّريق

وبالله التوفيق والهداية والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Wallahul muwaffiq ila aqwami tharieq, wabillahi taufiq wal hidayah wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

“Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya.  Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus – lurusnya, dan semoga diberikan keselamatan atasmu, dan rahmat Allah serta berkah-Nya juga kepadamu.”

 

DISCLAIMER :

Tulisan sejarah singkat Majelis Pelataran Merah ini dibuat untuk menjadi pelajaran kita semua yang membaca, terutama yang ada kemiripan dan kesamaan cerita bukan maksud untuk mendiskreditkan orang lain atau orang tertentu, nama dalam tulisan ini sengaja dibuat dengan inisial saja agar tidak terjadi sangkaan berlebih dan analisa liar yang tidak tercounter, jika ada tulisan ini yang menyudutkan pihak-pihak tertentu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kebenaran harus di ungkap agar tidak mengurangi isi materi.

 

Penulis,

Mchfudz Maulana, SH., MH.

Abdul dhoif

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.