DAELPOS.com – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berkunjung ke Korea Selatan pada tanggal 23 – 24 September 2020 dalam rangka menindaklanjuti sejumlah rencana investasi perusahaan asal Korea Selatan di Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, Delegasi Indonesia berdiskusi dengan beberapa perusahaan Korea untuk menindaklanjuti minat investasi ke Indonesia. Erick menyampaikan bahwa meskipun di tengah pandemi COVID-19, Pemerintah Indonesia terus agresif untuk mendatangkan investasi.
“Kita harus terus optimistis. Memang situasi sekarang penuh tantangan. Tapi percayalah Pemerintah terus berusaha. Dan keberangkatan kami ke Korea Selatan ini karena memang ada minat serius dari beberapa perusahaan Korea. Artinya Indonesia memiliki daya tarik. Dan kita tindaklanjuti itu,” ujar Erick.
Minat investor Korea memang tercermin dalam data hasil realisasi investasi asal Negeri Ginseng tersebut pada triwulan II (April-Juni) tahun 2020, dengan total investasi mencapai US$552,6 juta atau melonjak sebesar 340% dari total investasi Korea Selatan pada triwulan I (Januari-Maret) tahun 2020 sebesar US$130,4 juta.
Bahlil menjelaskan karena itulah Pemerintah Indonesia perlu menunjukkan keseriusan dalam menjemput investor dari Korea.
“Ini sinyal positif. Indonesia masih dilirik oleh investor di tengah pandemi COVID-19. Jadi kita harus serius memfasilitasi sampai jadi. Sesuai arahan Presiden, investasi yang kita dorong adalah yang mendukung transformasi ekonomi, ada nilai tambah. Dan tentu juga investasi padat karya. Indonesia butuh lapangan kerja dan investasi solusinya,” ucap Bahlil.
Jika dilihat berdasarkan periode semester I (Januari-Juni) tahun 2020, realisasi investasi dari Korea Selatan pun mengalami peningkatan sebesar 25% dengan total sebesar US$683,0 juta, dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019 lalu dengan nilai investasi sebesar US$548,4 juta.
Bahlil juga menjelaskan bahwa BKPM akan berusaha menarik investor Korea Selatan untuk terus berinvestasi di Indonesia, khususnya kepada perusahaan di bidang industri hilirisasi.
“Untuk mendorong realisasi investasi, kami bersama Menteri BUMN ke Korea Selatan untuk membahas hilirisasi EV (Electric Vehicle) battery,” pungkas Bahlil.
Sejak tahun 2015, Korea Selatan menjadi negara asal investasi terbesar ke-7 di Indonesia, setelah Singapura, Jepang, Tiongkok, Hongkong, Malaysia, dan Belanda. Korea Selatan membukukan total investasi mencapai US$7,7 miliar.
Berdasarkan data yang ada di Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi (Pusat KOPI) BKPM, investasi dari Korea Selatan pada periode tahun 2016 sampai semester I tahun 2020 didominasi oleh sektor Listrik, Gas, dan Air (US$944,3 juta); Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Medis, Peralatan Listrik, Presisi, Optik, dan Jam Tangan (US$902,5 juta); Industri Kimia dan Farmasi (US$749,6 juta); Industri Barang Kulit dan Alas Kaki (US$552,0 juta); dan Industri Lainnya (US$528,7 juta).
Berdasarkan lokasi, investasi Korea Selatan mayoritas berada di Jawa (US$4,5 miliar). Kemudian disusul oleh Kalimantan (US$1,0 miliar), Sumatera (US$372,4 juta), Papua (US$246,8 juta), dan Maluku (US$226,3 juta). (*)