DAELPOS.com – Sepasang Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang diyakini adalah saudara seinduk, yakni Putra Singgulung dan Putri Singgulung, telah berhasil dilepasliarkan ke habitat alaminya oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat dan tim dari Yayasan ARSARI Djojohadikusumo. Proses pelepasliaran yang dipimpin oleh BKSDA Sumatera Barat ini dilakukan sejak hari Kamis, 26 November 2020 sampai Jumat, 27 November 2020.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno, menyampaikan apresiasi terhadap segenap pihak yang telah membantu upaya konservasi Harimau Sumatera ini mulai dari proses evakuasi, rehabilitasi hingga lepas liarnya.
“Dukungan berbagai pihak yang tidak pernah surut apalagi di masa pandemi ini, merupakan sinergi yang amat penting untuk menjaga bumi kita dan kelestarian satwa liar di dalamnya,” tutur Wiratno di sela-sela acara bedah buku yang diselenggarakan di Arboretum, KLHK, yaitu buku yang berjudul “Bonita, Hikayat Sang Raja” – sebuah buku yang menguraikan perjuangan penyelamatan Harimau Sumatera Bonita di Riau.
“Tentu saja perjuangan segenap pihak di berbagai wilayah di Sumatera akan menjadi catatan penting kita bersama dalam memastikan kelestarian Harimau Sumatera bagi generasi penerus kita,” tegas Wiratno.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Ditjen KSDAE KLHK, Indra Exploitasia, memaparkan bahwa Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018.
“Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis, beresiko tinggi untuk punah di alam liar,” ungkap Indra.
Kepala BKSDA Sumatera Barat, Erly Sukrismanto, mengisahkan bahwa proses lepas liar yang penuh haru tersebut dimulai dengan perjalanan yang ditempuh selama kurang lebih 8 jam dan sempat mengalami hambatan tanah longsor yang mengakibatkan rombongan tim lepas liar yang terdiri dari tim BKSDA Sumatera Barat dan tim Yayasan ARSARI Djojohadikusumo yakni tim medis Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya (PR-HSD) ARSARI turun dari kendaraan dan menempuh perjalanan dengan berjalan kaki.
“Walaupun perjalanan cukup berat, namun kami sangat berbahagia bisa melaksanakan amanah dari Direktorat Jenderal KSDAE KLHK untuk mengembalikan sepasang satwa liar yang terancam punah ini kembali ke habitat alaminya,” tutur Erly.
Kedua Harimau Sumatera bersaudara ini sebelumnya telah dititiprawatkan selama kurang lebih lima bulan di PR-HSD ARSARI yang dikelola oleh Yayasan ARSARI Djojohadikusumo dalam kerjasama dengan BKSDA Sumatera Barat. “Putri Singgulung” mulai direhabilitasi sejak 14 Juni 2020 dan “Putra Singgulung” sejak 29 Juni 2020. Sebelum dilepasliarkan keduanya telah diperiksa kesehatannya pada tanggal 22-23 November 2020.
“Baik Putra maupun Putri dalam kondisi sehat, tidak ada gangguan fisik, pertumbuhannya signifikan baik berat badan maupun panjang tubuh, serta telah memiliki gigi permanen yang lengkap, sehingga kami telah merekomendasikan kesiapannya untuk lepas liar,” kata dokter hewan, Kartika Amarilis, sekaligus Manajer Operasional PR-HSD ARSARI yang berlokasi di area HGU PT. Tidar Kerinci Agung (TKA) Sumatera Barat.
Saat proses pelepasliaran, Putra Singgulung terlebih dahulu melakukan lompatan pertama ke alam. Selanjutnya, barulah disusul oleh Putri Singgulung sekitar 3 jam kemudian. Ketua Yayasan ARSARI Djojohadikusumo, Hashim Djojohadikusumo, selaku pengelola PR-HSD ARSARI, secara terpisah mengemukakan kebahagiaannya karena telah berhasil mengembalikan kedua harimau bersaudara ini ke habitat alaminya. Hashim berharap kedua Harimau Sumatera tersebut dapat berkumpul kembali dengan induknya serta meneruskan populasinya. Hashim nuga menegaskan bahwa Yayasan ARSARI Djojohadikusumo akan terus melakukan berbagai upaya penyelamatan Harimau Sumatera dari konflik untuk memastikan kelestariannya.