DAELPOS.com – Masih dalam satu rangkaian kunjungan kerja ke Gresik, Jawa Timur pada kemarin sore (20/6), Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meninjau perkembangan pembangunan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) yang direncanakan menjadi smelter tembaga desain single line terbesar di dunia. Sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju turut mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja ini yaitu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Presiden beserta rombongan berkeliling melihat kemajuan pembangunan proyek dengan dipandu oleh Presiden Direktur PTFI Tony Wenas.
Saat meninjau perkembangan proyek, Presiden Jokowi menyampaikan apresiasinya atas realisasi kemajuan pembangunan smelter yang akan mencapai 72% dan ditargetkan dapat selesai sebelum Mei 2024. Menurut Presiden Jokowi, hasil produksi dari smelter tersebut harus diintegrasikan dengan hasil komoditas tambang lainnya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan diolah menjadi produk akhir bernilai tambah seperti kendaraan listrik dan baterainya.
“Jadi, ke depan kita memiliki daya saing di situ. Competitiveness kita ada di situ. Smelter ini pijakan fondasi untuk kita menjadi negara maju karena dari yang bertumpu kepada konsumsi, bertumpu sekarang kepada produksi,” ujar Jokowi dalam keterangannya di lokasi proyek.
Menambahkan pernyataan Presiden, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia juga menyatakan bahwa hilirisasi adalah kunci agar Indonesia dapat berubah dari negara berkembang menjadi negara maju. Salah satunya melalui hilirisasi sumber daya mineral, yaitu tembaga yang diolah di smelter PTFI. Lebih lanjut, nilai investasi PTFI untuk proyek ini telah menyentuh US$2,2 miliar (Rp33 triliun) per Mei 2023 dari total investasi US$3 miliar (Rp45 triliun), dan telah menyerap 15.000 tenaga kerja Indonesia.
“Melalui proyek smelter ini, kita lakukan hilirisasi untuk penciptaan nilai tambah. Kita ingin Indonesia yang tidak hanya dikenal karena sumber daya alamnya saja, tapi karena produknya. Sudah terbukti, hilirisasi sumber daya mampu meningkatkan pendapatan negara. Nikel contohnya, naik dari US$3,3 miliar menjadi US$30 miliar setelah kita stop ekspor nikel dan lakukan hilirisasi,” ucap Bahlil.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengungkapkan bahwa proyek smelter ini merupakan kontribusi Freeport Indonesia dalam hilirisasi pertambangan, sesuai dengan fokus pemerintah Indonesia yang mendorong transformasi ekonomi melalui hilirisasi. Apalagi, Tony menyampaikan bahwa Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah untuk menyuplai konsentrat ke Gresik untuk dimurnikan menjadi katoda tembaga, emas batangan dan perak batangan. Setelah beroperasi nanti, smelter ini akan mampu menghasilkan 600.000 ton tembaga, 50 ton emas, dan 210 ton perak per tahun.
“Tembaga ini digunakan untuk banyak sekali keperluan tapi paling utama untuk penghantar listrik, termasuk untuk kendaraan listrik. Tembaga ke depannya sangat menjanjikan, beruntung sekali Indonesia menjadi salah satu pemain utama tembaga,” ungkap Tony.
Proyek smelter PTFI ini berlokasi di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pembangunan Smelter PTFI di Gresik dilaksanakan sejak tahun 2021 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Presiden Jokowi pada 12 Oktober 2021 lalu. Proyek ini mencakup smelter tembaga dengan kapasitas 1,7 juta ton per tahun dan precious metal refinery (PMR) berkapasitas 6.000 ton per tahun. Produk yang dihasilkan berupa katoda tembaga, emas dan perak murni batangan, platinum group metals (PGM), serta produk-produk sampingan lainnya seperti asam sulfat, terak, gipsum, dan timbal. (*)