DAELPOS.com – Rotan dan bambu sangat penting untuk dikembangkan.
Dalam pertemuan dengan Ali
Mchumo, Direktur Jenderal INBAR (International Bamboo and Rattan Organization), Wakil Menteri LHK, Alue Dohong, menyatakan Indonesia sebagai negara penghasil rotan terbesar di dunia dan juga penghasil bambu yang sangat besar. Kedua komoditas tersebut sangat penting untuk dikembangkan.
‘Bambu bisa menjadi salah satu solusi pengendalian perubahan iklim, tidak hanya menyerap dan menyimpan karbon, merehabilitasi lahan terdegradasi, tetapi jg dapat diolah menjadi produk yang berkualitas dan berestetika tinggi’ demikian ujar Alue Dohong.
Sebagaimana diketahui satu ha tanaman bambu dapat menyerap 50 ton karbon dioksida setara setiap tahunnya
Dalam pertemuan yang berlangsung di Madrid pada Selasa pagi, 10 Desember 2019 waktu setempat, Wamen didampingi oleh Agus Justianto (Kepala Badan Litbang dan Inovasi) dan Ruandha Sugardiman (Direktur Jenderal
Pengendalian Perubahan Iklim).
Ali Mchumo menyatakan bahwa Indonesia adalah anggota INBAR yang sangat penting. ‘Sebagai Dirjen yang baru, saya merasa bahwa perlu ada kerja sama yang lebih erat dan luas dengan Indonesia mengingat Indonesia memiliki potensi bambu dan rotan yang sangat potensial’ ujar Ali Mchumo.
‘Indonesia adalah anggota yang sangat penting dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan (KSS) dan Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam KSS untuk pengembangan bambu dan rotan karena Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar dalam kerangka KSS’ tandasnya. Di banyak negara, rotan mengalami penurunan potensi bahkan sudah punah. Untuk itu diperlukan upaya untuk membangkitkan lagi rotan di negara-negara anggota INBAR.
Ali juga berharap karena posisi Indonesia yang sangat strategis di kawasan, INBAR perlu membuka kantor di Indonesia sebagai hub di kawasan Asia Pasifik, karena baru ada satu perwakilan INBAR di Asia yaitu di India.
‘Indonesia akan mempertimbangkan pembukaan kantor di Indonesia dan akan lebih jauh menganalisis manfaatnya bagi pengembangan rotan dan bambu di Indonesia’ jawab Alue Dohong.
Guna menjajagi kemungkinan pembukaan kantor INBAR di Indonesia sekaligus mengembangkan kedua komoditas tersebut, perlu dilakukan studi komparasi di China yang merupakan negara produsen bambu terbesar di dunia sekaligus mengunjungi kantor pusat INBAR di Beijing.