DAELPOS.com – Asosiasi Pengola Pasar Indonesia (Asparindo) bertemu Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki untuk menawarkan sistem digitalisasi koperasi yang memungkinkan koperasi-koperasi di Indonesia terintegrasi dalam sebuah fintech setara layanan perbankan.
Kepala Pusat Digitalisasi Pasar Asparindo J.W. Saputro setelah bertemu dengan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Jumat (22/11/2019) mengatakan koperasi potensial untuk didorong kemajuannya dengan teknologi terkini sehingga menjadi badan hukum yang semakin keren dan mampu mengikuti perkembangan zaman.
“Kami telah membangun infrastruktur yang tidak kalah dengan fintech lain agar bisa digunakan 153.000 koperasi di Indonesia sehingga semua bisa terhubung secara digital,” katanya.
Ia menilai, mendigitalisasi koperasi dari yang semula paperbased menjadi paperless akan menjadi salah satu faktor pendorong terkuat untuk memajukan koperasi ke depan.
Pihaknya mengembangkan sistem yang diberi nama Simpool yang diharapkan bisa diadopsi oleh koperasi dengan biaya operasional yang sangat terjangkau.
“Biaya operasional sangat murah hanya Rp1.000 peranggota perbulan, jauh lebih murah dari biaya bank,” katanya.
Simpool ini disebutnya telah melalui uji coba yang matang sehingga sudah dikatakan sangat siap untuk dijalankan, bahkan 6 koperasi sudah menggunakannya dan tiga selanjutnya sedang dalam proses administrasi, yang kesemuanya berada di wilayah Jabodetabek.
Sistem tersebut dibangun dengan mengacu pada konsep keuangan yang paling rumit pada koperasi simpan pinjam.
“Koperasi simpan pinjam kan ketat jadi kita adopsi dengan core banking system sehingga kualitas sistem ini tidak kalah dengan core banking system yang prudent,” katanya.
Untuk itu, maka sistem tersebut juga tidak akan sulit untuk diterapkan pada jenis koperasi yang lain yang tidak serumit koperasi simpan pinjam.
“Simpool tujuannya untuk menyatukan koperasi-koperasi agar terintegrasi secara digital,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asparindo Suhendro berharap dukungan dari Kementerian Koperasi dan UKM dari sisi pendidikan dan pelatihan manajemen perkoperasian karena selama ini banyak anggota Asparindo merupakan koperasi.
“Kami ingin pengurus koperasi bisa mendapatkan pelatihan untuk peningkatan kualitas SDM plus melek digital,” katanya.
Menyambut hal itu Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengapresiasi Pusat Digitalisasi Pasar yang telah mengembangkan sebuah sistem yang memungkinkan integrasi digital koperasi di Indonesia.
Terlebih karena dikembangkan oleh anak bangsa maka Teten berharap teknologi bisa menjadi solusi bagi koperasi agar semakin berkembang ke depan.
Asparindo Temui Menkop-UKM Tawarkan Sistem Digitalisasi Koperasi
Jakarta – Asosiasi Pengola Pasar Indonesia (Asparindo) bertemu Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki untuk menawarkan sistem digitalisasi koperasi yang memungkinkan koperasi-koperasi di Indonesia terintegrasi dalam sebuah fintech setara layanan perbankan.
Kepala Pusat Digitalisasi Pasar Asparindo J.W. Saputro setelah bertemu dengan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Jumat (22/11/2019) mengatakan koperasi potensial untuk didorong kemajuannya dengan teknologi terkini sehingga menjadi badan hukum yang semakin keren dan mampu mengikuti perkembangan zaman.
“Kami telah membangun infrastruktur yang tidak kalah dengan fintech lain agar bisa digunakan 153.000 koperasi di Indonesia sehingga semua bisa terhubung secara digital,” katanya.
Ia menilai, mendigitalisasi koperasi dari yang semula paperbased menjadi paperless akan menjadi salah satu faktor pendorong terkuat untuk memajukan koperasi ke depan.
Pihaknya mengembangkan sistem yang diberi nama Simpool yang diharapkan bisa diadopsi oleh koperasi dengan biaya operasional yang sangat terjangkau.
“Biaya operasional sangat murah hanya Rp1.000 peranggota perbulan, jauh lebih murah dari biaya bank,” katanya.
Simpool ini disebutnya telah melalui uji coba yang matang sehingga sudah dikatakan sangat siap untuk dijalankan, bahkan 6 koperasi sudah menggunakannya dan tiga selanjutnya sedang dalam proses administrasi, yang kesemuanya berada di wilayah Jabodetabek.
Sistem tersebut dibangun dengan mengacu pada konsep keuangan yang paling rumit pada koperasi simpan pinjam.
“Koperasi simpan pinjam kan ketat jadi kita adopsi dengan core banking system sehingga kualitas sistem ini tidak kalah dengan core banking system yang prudent,” katanya.
Untuk itu, maka sistem tersebut juga tidak akan sulit untuk diterapkan pada jenis koperasi yang lain yang tidak serumit koperasi simpan pinjam.
“Simpool tujuannya untuk menyatukan koperasi-koperasi agar terintegrasi secara digital,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asparindo Suhendro berharap dukungan dari Kementerian Koperasi dan UKM dari sisi pendidikan dan pelatihan manajemen perkoperasian karena selama ini banyak anggota Asparindo merupakan koperasi.
“Kami ingin pengurus koperasi bisa mendapatkan pelatihan untuk peningkatan kualitas SDM plus melek digital,” katanya.
Menyambut hal itu Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengapresiasi Pusat Digitalisasi Pasar yang telah mengembangkan sebuah sistem yang memungkinkan integrasi digital koperasi di Indonesia.
Terlebih karena dikembangkan oleh anak bangsa maka Teten berharap teknologi bisa menjadi solusi bagi koperasi agar semakin berkembang ke depan.