DAELPOS.com – seorang pengemudi yang bekerja di BPJS Kesehatan Cabang Padang—sudah terjaga dari tidur nyamannya. Setelah mandi dan memastikan semua perlengkapan masuk ke dalam ranselnya, Riko bergegas menuju kantor bermodal sepeda motor klasik yang ia beli beberapa bulan yang lalu.
Sesampainya di kantor, dengan sigap Riko langsung membersihkan mobil operasional yang akan ia kemudikan menuju ke perbatasan Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Bengkulu. Sudah menjadi agenda rutin bulanan bagi BPJS Kesehatan Cabang Padang untuk melaksanakan layanan jemput bola di Kabupaten dengan kondisi geografis memanjang ini.
“Hari ini saya dikasih tugas ngantar Pegawai buka layanan jemput bola di perbatasan provinsi. Jaraknya dari sini sekitar 300 kilometer. Kalau diestimasi waktu tempuhnya, ya bisa 8 jam sampai di sana. Kami nanti masuk ke pabrik, lokasinya itu di tengah-tengah kebun sawit,” tutur Riko.
Jalannya, sambung Riko, masih tanah berbatu. Riko berharap semoga tidak turun hujan. Karena jika hujan, mobil yang ia kemudikan terancam gagal menjangkau lokasi atau malah terjebak di dalam perkebunan sawit menunggu jalan kering, kalau dipaksa ban bisa selip.
“Karena medannya ekstrim itulah kami pakai mobil lain yang lebih sesuai dengan kondisi lapangan. Selain kondisi jalan, kenyamanan pegawai juga jadi pertimbangan, kasihan punggung samo pinggang,” katanya.
Layanan jemput bola ini biasa disebut dengan Mobile Customer Service (MCS) oleh BPJS Kesehatan, tujuan utamanya tak lain dan tak bukan ialah untuk mendekatkan layanan administrasi kepada seluruh Peserta JKN-KIS yang terkendala masalah akses dan jarak, seperti Kabupaten Pesisir Selatan (Kab. Pessel) ini. Biasanya BPJS Kesehatan diberikan tempat khusus oleh Kantor Camat, Puskesmas atau perusahaan perkebunan untuk buka layanan.
Sejak dulu akses dan jarak memang menjadi kendala bagi warga Kabupaten Pessel bagian selatan karena pusat pemerintahannya berada di bagian utara. Waktu tempuh antara Ibu Kota dengan kecamatan terujung Kabupaten Pessel wajib ditempuh sekurang-kurangnya lima jam perjalanan darat.
Berdasarkan fakta tersebut, MCS bisa dimanfaatkan masyarakat sisi selatan Kabupaten Pessel untuk mengurus hal-hal lain yang berkaitan dengan informasi dan keadministrasian peserta JKN-KIS antara lain pendaftaran peserta JKN-KIS dan layanan turun kelas, informasi tagihan iuran dan pembayaran, informasi status kepesertaan, pencetakan kartu serta pemindahan fasilitas kesehatan tingkat pertama, registrasi Mobile JKN juga penanganan pengaduan.
“Kalau dengar cerita orang Silaut (Kecamatan terujung Kab. Pessel, -red) sana, ke Painan (Ibukota Kab. Pessel, -red) kalau pakai transportasi umum itu bisa sampai Rp. 300ribu. Yang bikin lemes berangkatnya harus habis subuh, sampai rumahnya lagi nanti sesudah maghrib. Kalau punya kendaraan sendiri barulah lebih murah dan cepat,” ungkap Riko sembari mengingat cerita warga.
Sebelum adzan subuh di Kota Padang bekumandang pada pukul 04.40 WIB, Riko sudah menginjak pedal gas mobil operasionalnya. Di dalam mobil sudah duduk menahan kantuk dua Duta BPJS Kesehatan Cabang Padang: Agus Purnama dan Mohammad Aditya Yoma. Mereka bertiga telah bersepakat untuk menginfokan segala sesuatu yang terjadi selama masa tugas di Kab. Pessel kepada reporter Jamkesnews.
“Kami berangkat dulu ya, mas. Doakan lancar, aman dan terkendali semuanya,” pamit Riko pada reporter Jamkesnews sembari melambaikan tangan dan melempar senyuman di pintu keluar halaman kantor.
Sorenya melalui sambungan telepon, Aditya menceritakan bahwa secara keseluruhan hari pertama layanan jemput bola berjalan lancar. Antusias warga yang notabene karyawan pabrik dan karyawan kebun sungguh luar biasa, mereka sudah mengantri sebelum mobil BPJS Kesehatan tiba. Mereka merasa gembira karena MCS hadir ke tengah mereka sehingga mereka tidak perlu repot datang ke kantor BPJS Kesehatan yang jaraknya ratusan kilometer dengan medan yang cukup berat.
“Kami buka layanan dari jam sebelas siang sampai jam enam sore. Lebih dari seratus karyawan PT. Incasi Raya Muara Sakai yang datang pada hari pertama, rumah mereka di sekitaran pabrik. Mereka sangat senang, sehingga tak ada rasa letih kami meskipun jalan jauh dan memberikan pelayanan hingga menjelang petang,” tutur Adit dengan suara yang mulai putus-putus karena kendala sinyal.
Malam itu Riko, Agus dan Adit menginap di mes karyawan PT. Incasi Raya Muara Sakai yang jaraknya hanya selemparan batu dari lokasi pelayanan tadi siang. Meski terlihat sudah lama tak dihuni, tapi menurut Adit mess tersebut kondisinya masih bagus.
“Pagi ini kami baru sadar kenapa setiap pintu, jendela, dan fentilasi di mess ini semua dilapisi oleh jaring dari kawat tipis. Ternyata kalau malam banyak serangga dan nyamuk, ukurannya lumayan besar terbang-terbang masuk ke dalam. Kami juga melihat gerombolan sapi liar yang berjalan melintasi mes,” tulis Aditya melalui pesan di Telegram kepada Jamkesnews.(RED)