Oleh:Tony Rosyid
SUDAH 27 hari Anies menjalani isolasi diri, 25 hari lidah kehilangan rasa dan penciuman. Telah berulangkali tes swab, hasilnya positif.
Saat pertama kali positif terinfeksi Covid-19, Anies membuat video. Mengirimkan kabar sekaligus pesan agar setiap orang yang bertemu dengannya menjalani tes. Ini penting agar tidak ikut menjadi agen penularan kepada yang lain.
Anies adalah kepala daerah yang pertama kali membentuk tim penanganan Covid-19. Meski tak sedikit yang saat itu menganggap Anies sedang ngigau, dituduh telah membuat kegaduhan dan kepanikan masyarakat.
Di sisi lain, sejumlah pejabat tinggi sekelas menteri tak percaya Covid-19 bisa masuk ke Indonesia. Indonesia daerah tropis, dan Covid-19 enggak bisa hidup di daerah tropis, katanya. Ada yang komentar bahwa Covid-19 mati dengan empon-empon. Macam-macam argumentasinya.
Yakin penyebaran Covid-19 tak akan meluas di Indonesia, tanggal 1 Maret Presiden memberikan insentif di sektor pariwisata. Diskon pesawat 45-50%. Ini dilakukan agar kunjungan wisatawan ke Indonesia di saat pandemi tetap stabil.
Ternyata? Meleset! Di mata publik, program insentif ini terkesan konyol.
Faktanya, Covid-19 masuk dan menyebar. Jumlah yang terinfeksi terus bertambah. Sangat cepat. Pada 29 Maret 2020 Anies mengusulkan kepada pemerintah pusat agar dilakukan karantina wilayah. Khusus Jakarta. Usul Anies ditolak, bahkan dengan sangat tegas.
Covid-19 makin ganas. Pada September, per hari lebih dari 4.000 terinfeksi. Di Jakarta penambahannya hampir 2.000 perhari. Anies berencana ingin perketat PSBB. Diprotes! Tak tanggung-tanggung, yang memprotes adalah beberapa menteri. Dianggap mengacaukan upaya memulihkan ekonomi.
Sampai akhirnya, Habib Rizieq pulang ke Indonesia. Kerumunan terjadi, dan Habib Rizieq dianggap sebagai salah penyebab jumlah positif Covid-19 makin banyak. Sang Habib pun dijadikan tersangka dan ditahan. Kena pasal 160 KUHP, dianggap menghasut orang berkerumun dan melanggar aturan.
Intinya, pasca-Habib Rizieq pulang, prokes diperketat. Dan di pertengahan Desember ini, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta kepada Anies untuk memperketat PSBB. Lah terus piye? Kok berubah-ubah. Mana yang bener?
Andai saja gagasan karantina yang diusulkan Anies di akhir bulan Maret diterima, mungkin penyebaran Covid-19 di Indonesia tidak separah seperti sekarang. Dan, nasib ekonomi relatif bisa diselamatkan. Tak perlu ada yang ditahan gara-gara kerumunan.
Nasi sudah jadi bubur. Semua sudah jadi takdir sejarah. Dan Anies, tak hanya jadi orang pertama yang membentuk tim Covid-19, dan turun langsung menangani Covid-19, ia pun ikut merasakan menjadi pasiennya. Anies juga tertular dan harus menjalankan program isolasi sebagaimana pasien-pasien yang lain.
Meski berada di rumah isolasi, Anies tak berhenti memimpin lokomotif Ibu Kota. Semua kegiatan tetap berjalan atas instruksi dan konsolidasinya.
Menjadi pasien Covid-19 tak menyurutkan Anies untuk tetap bekerja dan berkarya. Barangkali ini yang membuat proses penyembuhan Anies cukup lama. Karena tak rehat dan istirahat sebagaimana umumnya pasien yang lain. Risiko seorang pemimpin. Enggak boleh istirahat!
Terbukti, di masa isolasi, DKI Jakarta telah meraih sejumlah penghargaan. DKI Jakarta dapat WTP dari BPK untuk ketiga kalinya. Tiga tahun berturut-turut Jakarta mendapat WTP.
Selain itu, provinsi DKI Jakarta meraih penghargaan Provinsi Terinovatif dari Kemendagri, dan penghargaan Kota Peduli HAM.
Tidak hanya itu, Pemprov DKI juga mendapat penghargaan Top Digital Award 2020. Semua ini diterima saat Anies diisolasi karena Covid-19. Artinya, meski diisolasi, Anies tetap bekerja dan meraih prestasi.
Yang dibutuhkan dari seorang pemimpin itu pertama, gagasannya. Seorang pemimpin mesti punya terobosan dan mampu berpikir out of the box.
Kedua, kemampuan menggerakkan bawahannya. Inilah fungsi leadership. Memastikan semuanya bekerja secara kolektif dan kolaboratif sesuai visi dan misi pemimpin. Ketiga, sikap bijaknya dalam menghadapi setiap dilema dan problematika.
Di tangan seorang pemimpin, berbagai masalah bisa diselesaikan. Bukan malah menambah masalah.
Intinya, pemimpin harus tangguh. Tidak menganggap setiap masalah sebagai keruwetan, tapi sebagai tantangan yang harus diselesaikan untuk memberi pengalaman dan kematangan.
Tiga syarat itu, Anies memilikinya. Maka, di tangan Anies, Jakarta berjalan ke arah yang terukur sesuai dengan desain visi yang direncanakan: “Maju Kotanya Bahagia Warganya”.
Jika hampir sebulan ini Anies memimpin by zoom dan mengandalkan jasa layanan Internet, maka setelah sehat, sudah saatnya Anies kembali turun langsung ke lapangan.
Selamat datang kembali “Gubernur Indonesia” untuk memimpin Ibu Kota. Begitu rakyat menyapa dan memberi semangat kepada Anies Rasyid Baswedan, cucu pahlawan Indonesia Abdurrahman Baswedan.
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)