Oleh@mardanialisera
DAELPOS.com – Bismillah, Elon Musk dengan Teslanya menjadi sorotan karena mampu menjadi orang berpengaruh meski industri mobilnya masih tergolong baru. One person can make a difference, kita bisa belajar bagaimana pendidikan yang menghasilkan Elon Musk dan ratusan investor lainnya. Apa yang harus bangsa kita lakukan?
Sbnrnya sejak 8 tahun yang lalu kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah di bidang mobil terbuka lebar. Pak Dahlan Iskan sudah mulai merintisnya, tapi kita tau seperi apa nasib beliau kemudian. Saat ini dunia mulai berlaih ke kendaraan listrik, jangan sampai kita kembali kehilangan momentum. Yang pada akhirnya hanya jadi tuan rumah bagi tamu asing
Pemerintah perlu sadar bahwa industri ini akan terus berkembang pesat. Jika dulu hanya bisa 50km sekali charger, lalu 120 km sekali charger, bukan tidak mungkin 2 tahun lagi bisa 1000 km hanya sekali charger.
Belum lagi jika makin sejahteranya masyarakat. Pertambahan sepeda motor bisa di atas 5 juta dalam setahun. Berapa banyak memerlukan bensin? Sementara produksi minyak kita tidak cukup yang artinya impor BBM mesti terus dilakukan. Artinya perubahan pola konsumen ada di depan mata.
Tesla dapat dijadikan momentum untuk memprioritaskan pendidikan yang berkualitas, utamanya SDM. Cetak biru pendidikan mesti Indonesia punya. Mulai dari mana, mau dibikin seperti apa, merupakan serangkaian pertanyaan yang hrs dijawab. Kita perlu mendorong generasi muda kita sebagai inovator, sebagai pencipta.
Namun yang jadi catatan, Kajian Bank Dunia mengatakan bangsa kita functionally illiterate. Bisa membaca tapi tdk mengerti apa yang dibaca. Kondisi yang menunjukkan SDM Indonesia masih jauh dari kata unggul. Pembenahan dapat dimulai dari pendidikan literasi dan numerasi. Jika ingin serius membenahi SDM, perlu dibenahi dari dasar, mulai dari SD dan pastikan anak2 bisa membaca sampai menghitung dengan baik.
Kemudian baru mulai menyusun satu rasio baru di bidang pendidikan. Mungkin ke depan memerlukan lebih banyak lulusan fakultas eksakta dalam rasio tertentu. Contoh, dengan jumlah penduduk sekitar 200 jutaan, perlu berapa ratus ribu sarjana elektro?
Perlu brp banyak lulusan teknik kima krn kimia merupakan ilmu tanpa batas. Kita hrs punya berapa lulusan fisika, sarjana nuklir, biologi, sampai kedokteran? Ini yang harus segera kita temukan. Setelah itu, bisa mulai taruh di peta universitas kita. Tapi ini belum bicara alokasi fisik sampai kualitasnya.