DAELPOS.com – BKSAP DPR RI dan SMART 171 menggelar Media Gathering bertajuk “Satukan Langkah Dukung Palestina” di Gedung DPR RI. Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh lintas bidang. Legislatif diwakili Ketua BKSAP Mardani Ali Sera. Eksekutif Kemlu RI oleh Muhsin Syihab. Akademisi oleh Sekjen MINDA Agung Nurwijoyo, NGO oleh Direktur SMART 171 Maimon Herawati, dan insan pers oleh Pemred Republika Fitriyan Zamzami.
Media gathering ini dihadiri oleh perwakilan media massa nasional dan Islam, serta aktivis pro-Palestina seperti Erlangga Greschinov penggagas Julid Fi Sabilillah dan Syauqi Hafiz pimpinan BDS Indonesia.
Sejumlah lembaga advokasi Palestina turut hadir, di antaranya Adara, KPIPA, Sahabat Al-Aqsa, Institut Al-Aqsa, dan INH.
Mardani Ali Sera menegaskan bahwa parlemen memiliki peran dalam diplomasi tahap kedua (second track diplomacy), dengan berupaya mengadvokasi solusi dua negara berdasarkan perbatasan 1967 dan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. “Kami memperjuangkan ini di berbagai forum internasional, dari AIPAC, ASEAN, API, hingga IPU,” ujarnya. Ia juga menyebut adanya inisiatif “ASEAN aid for Palestine”, kolaborasi bilateral Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, bahkan beberapa kali Indonesia menitipkan bantuan lewat pintu Singapura yang lebih mudah mendapat akses karena memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Sementara itu, Muhsin Syihab dari Kementerian Luar Negeri RI menegaskan bahwa isu Palestina bukanlah konflik, melainkan penindasan. “Palestina adalah negara yang dijajah (occupied territory), sedangkan Israel adalah penjajah (occupying power). Ini yang harus diperjelas kepada publik,” tegasnya. Ia mendorong insan pers untuk menyiapkan slot berita tiap hari untuk Palestina, bekerja sama dengan lembaga pendidikan, dan menumbuhkembangkan persatuan.
Dari perspektif advokasi, Agung Nurwijoyo menekankan pentingnya “shield of solidarity”, yaitu membangun solidaritas global yang melampaui Liga Arab dan melibatkan negara-negara Global South. “Dukungan internasional tidak akan berarti apa-apa jika tidak dikonversi menjadi power. Kekuatan melalui kerja sama multilateral, mini-lateral, dan bilateral,” ujarnya.
Maimon Herawati membeberkan bagaimana Israel menggelontorkan dana 150 juta USD untuk propaganda media global, termasuk yang beroperasi di Indonesia. Ia mengungkap bahwa beberapa media internasional besar seperti CNN dan The New York Times tunduk pada Hasbara Israel. “Salah seorang jurnalis mengungkapkan bahwa New York Times punya memo yang melarang pewarta penggunaan kata ‘genosida’, ‘pembersihan etnis’, dan ‘wilayah yang dijajah’ dalam pemberitaannya,” ungkapnya.
Tak hanya kondisi media internasional, Maimon juga menyampaikan hasil riset terhadap 10 media di Indonesia yang belum berimbang memberitakan Palestina. “Siapa yang dikutip itu menentukan”, tandasnya.
Bicara tentang media yang masih beberapa kali menyebut Hamas sebagai “teroris”, jurnalis Republika Fitriyan Zamzami menyebut bahwa rekan jurnalis tak salah, sebab di tatanan legal formal, negara kita belum punya sikap jelas terkait organisasi-organisasi di Palestina, belum mengakui status Hamas sebagai pejuang.
Kala menyoroti tantangan yang dihadapi media independen, Zamzami menceritakan bagaimana sikap pro-Palestina membawa konsekuensi berat bagi medianya. “Meta menutup laman Facebook kami dengan 2,5 juta pengikut, Tiktok dengan 14 juta pengikut hilang, kondisi Instagram juga tak jauh berbeda, telah beberapa kali dihapus.” ujarnya.
Media gathering ini menjadi momentum bagi parlemen, pemerintah, media, akademisi, dan aktivis untuk memperkuat narasi perjuangan Palestina. Dengan kolaborasi lintas sektor, forum sepakat untuk membuat semacam manual guide sebagai pegangan jurnalis untuk menyamakan persepsi dan sebagai panduan memilih diksi.