KKP Sudah Peringatkan Ancaman Kematian Ikan Massal di Waduk Jatilihur

Monday, 10 February 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ilustrasi / foto ist

ilustrasi / foto ist

DAELPOS.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bergerak cepat terjun langsung ke lapangan mengecek penyebab kematian ikan massal di Waduk Jatiluhur. Peristiwa kematian ikan massal ini merupakan fenomena alam tahunan akibat cuaca ekstrim yang memicu penurunan massa air hingga terjadinya upwelling yang menyebabkan pasokan oksigen berkurang secara drastis.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu menjelaskan fenomena tahunan seperti kematian ikan massal seharusnya tidak terjadi lagi, karena KKP setiap tahun selalu mengimbau kepada daerah yang wilayahnya memiliki perairan umum. Imbauan ini disampaikan melalui surat pemberitahuan pencegahan kematian massal ikan di perairan umum dan juga petunjuk teknis pencegahan dan penanganan kematian massal ikan budidaya di perairan umum akibat cuaca ekstrim yang terjadi seperti di Daerah Aliran Sungai Citarum yaitu Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur.

“Fenomena kematian massal ini selain upwelling, berdasarkan hasil pengecekan dari tim KKP yaitu penggunaan Keramba Jaring Apung (KJA) sudah tidak sesuai dan melebih kapasitas. KKP juga selalu mengingatkan jumlah penggunaan KJA yang sesuai dengan standar dan daya dukung dengan zonasi yang telah ditentukan. Termasuk juga periode budidaya yang direkomendasikan boleh dilakukan, kami selalu ingatkan dan Penyuluh KKP juga rutin melakukan pendampingan ke masyarakat pembudidaya,” jelas Dirjen Tebe dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Senin (10/2).

Tebe menambahkan, berbagai upaya pencegahan dan pengendalian kematian massal telah dilakukan oleh KKP. Dia berharap masyarakat pembudidaya bisa mengambil langkah antisipatif agar tidak rugi. “Peringatan cuaca ekstrim sudah kami himbau dan tanda-tanda kualitas air tidak bagus juga sudah mulai kelihatan. Kenapa tidak dilakukan panen total atau panen awal sehingga risiko kematian massal dapat dihindari,” tegas Tebe.

See also  Timnas Bola U-23 Singkirkan Korea Selatan Lewat Adu Pinalti

Panen Awal atau Panen Total

KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya telah menurunkan tim untuk mengecek penyebab terjadinya kematian massal ikan di Waduk Jatiluhur. Tercatat total kematian ikan massal di Waduk Jatiluhur sebanyak kurang lebih 100 ton atau senilai Rp 2,2 milyar. Mayoritas jenis ikan yang mengalami kematian massal adalah ikan mas. Asumsi harga ikan mas saat ini adalah Rp 22 ribu per kilogram. Lokasi kejadian kematian massal yaitu di Kampung Pasir Kole Desa Kutamanah Kecamatan Sukasari dan Kampung Citerbang Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani.

“Mayoritas masyarakat pembudidaya sudah mengetahui adanya cuaca ekstrim dan bahaya upwelling dapat menyebabkan kematian massal ikan budidaya. Namun banyak diantaranya mereka gambling dan masih menahan panen ikan hasil budidayanya supaya bisa mencapai ukuran yang lebih besar,” jelas Direktur Ikan Air Tawar, Ujang Komarudin yang terjun langsung bersama Tim Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta.

Ujang mengimbau pembudidaya untuk melakukan panen total maupun panen awal untuk menghindari kematian ikan massal. Terlebih untuk jenis ikan yang  ikan mas yang sangat bergantung hidupnya pada kestabilan pasokan oksigen terlarut (O2). “KKP merekomendasikan untuk sementara waktu tidak melakukan aktivitas budidaya di Waduk Jatiluhur hingga cuaca kembali normal dan perairan bisa merecovery kondisinya dengan stabil. Segera angkat ikan yang sudah mati dari perairan dan langsung kubur supaya kondisi perairan waduk cepat kembali normal dan tidak tercemar,” kata Ujang.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengajak pembudidaya untuk mengedepankan keberlanjutan dalam setiap aktivitasnya. Kegiatan budi daya yang ramah lingkungan dengan mengedepankan keberlanjutan ekologi.

Berita Terkait

Komisi XII DPR RI Pastikan Distribusi LPG 3 Kg Lancar Hingga ke Sub Pangkalan
SIG Gandeng PT Timah Karya Persada Properti Wujudkan Asta Cita Prabowo untuk Program 3 Juta Rumah
INACRAFT 2025, UMKM Binaan Pertamina Raih Transaksi Lebih Rp4,2 Miliar dan Sabet Penghargaan Booth Terbaik
Skema KPBU, Kementerian PU Dorong Investasi Swasta dan Asing untuk Pembangunan Infrastruktur
Wamen Diana Tinjau Living Park, Kawasan Peringatan Peristiwa Pelanggaran HAM di Aceh
Menteri Dody Akan Optimalkan Daerah Irigasi Colo Dukung Pertanian di Wonogiri
Pertamina Raih Empat Penghargaan Bergengsi di Asian Management Excellence Awards 2025
Menteri PU: APBN Bukan Target, Pelayanan Masyarakat dan Menjalankan arahan Presiden adalah Prioritas

Berita Terkait

Tuesday, 11 February 2025 - 10:36 WIB

Komisi XII DPR RI Pastikan Distribusi LPG 3 Kg Lancar Hingga ke Sub Pangkalan

Tuesday, 11 February 2025 - 10:08 WIB

SIG Gandeng PT Timah Karya Persada Properti Wujudkan Asta Cita Prabowo untuk Program 3 Juta Rumah

Monday, 10 February 2025 - 17:07 WIB

INACRAFT 2025, UMKM Binaan Pertamina Raih Transaksi Lebih Rp4,2 Miliar dan Sabet Penghargaan Booth Terbaik

Monday, 10 February 2025 - 16:58 WIB

KKP Sudah Peringatkan Ancaman Kematian Ikan Massal di Waduk Jatilihur

Monday, 10 February 2025 - 13:22 WIB

Skema KPBU, Kementerian PU Dorong Investasi Swasta dan Asing untuk Pembangunan Infrastruktur

Berita Terbaru

Menteri BUMN, Erick Thohir usai rapat koordinasi dengan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (10/2/2025). (DOK. Humas Kementerian BUMN)

Berita Utama

Erick Thohir Kerahkan BUMN Percepat Program 3 Juta Rumah

Tuesday, 11 Feb 2025 - 10:20 WIB

Ekonomi - Bisnis

Bersama BRI, Balee Scents Siap Melangkah ke Pasar Dunia

Tuesday, 11 Feb 2025 - 10:11 WIB