daelpos.com – R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menilai Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berhasil mengubah wajah Polri melalui pembentukan Desk Ketenagakerjaan. Program yang dicanangkan sejak Januari 2025 itu muncul di tengah keresahan buruh yang kehilangan pekerjaan akibat gelombang PHK massal. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2025 mencapai 7,28 juta orang atau 4,76 persen dari total angkatan kerja. Angka itu bukan sekadar statistik, tetapi mencerminkan jutaan keluarga yang terancam masa depannya.
Polri menjawab situasi itu dengan langkah tak biasa. Melalui Desk Ketenagakerjaan, institusi kepolisian menunjukkan kepedulian yang melampaui tugas tradisionalnya. Bukan lagi hanya menjaga keamanan jalanan, Polri kini menjadi mitra rakyat dalam melindungi hak bekerja. Keberhasilan awal terlihat pada 12 Juni 2025 ketika Kapolri melepas 700 buruh korban PHK kembali bekerja di perusahaan baru di Brebes. Momentum itu berlanjut pada 23 Juli 2025 dengan 1.575 buruh difasilitasi bekerja di empat perusahaan besar di Brebes dan Cirebon. Yang membanggakan, mereka langsung diterima sebagai pegawai tetap, bukan kontrak sementara.
“Kebijakan ini bukan sekadar respons administratif, melainkan bukti Polri Presisi hadir langsung di tengah rakyat,” kata Haidar Alwi.
Problem Solver di Tengah Krisis.
Haidar Alwi menilai Desk Ketenagakerjaan merupakan contoh nyata keberanian Polri mengambil peran di luar zona nyaman. Dengan target 12 ribu buruh kembali bekerja sebelum akhir 2025 dan proyeksi 72 ribu dalam jangka 1,5 tahun, program ini memberi harapan di tengah badai PHK massal. Jika target itu tercapai, Polri akan tercatat bukan hanya sebagai penegak hukum, tetapi juga institusi yang ikut mengurangi angka pengangguran secara signifikan.
Langkah ini juga meneguhkan reputasi Indonesia di mata dunia. International Trade Union Confederation (ITUC) memberikan penghargaan kepada Polri sebagai institusi pertama di dunia yang membentuk desk khusus ketenagakerjaan. Pengakuan itu tidak datang tiba-tiba, melainkan lahir dari data konkret: ribuan buruh yang kehilangan pekerjaan kini tersenyum kembali ke pabrik. Bahkan, pelepasan massal buruh di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta Selatan, menjadi bukti program ini bukan seremonial semata, melainkan hasil kerja sama nyata dengan industri.
“Ribuan buruh yang tersenyum kembali ke pabrik adalah potret keberhasilan nyata Polri di bawah kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo,” jelas Haidar Alwi.
Kapolri Presisi dan Masa Depan Rakyat.
Haidar Alwi menekankan bahwa Desk Ketenagakerjaan merepresentasikan prinsip Presisi: prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan. Polri berhasil membaca potensi keresahan sosial akibat PHK massal, bertanggung jawab menghadirkan solusi, serta melaksanakannya secara transparan bersama perusahaan penerima buruh. Pendekatan ini membuat Polri tidak lagi dipandang sekadar aparat penegak hukum, melainkan sebagai penyeimbang sosial yang menjaga stabilitas ekonomi bangsa.
“Terobosan ini menandai wajah baru Polri yang semakin humanis dan solutif, sekaligus menjadi mitra rakyat dalam menghadapi krisis ketenagakerjaan,” tegas Haidar Alwi.
Menurut Haidar Alwi, capaian tersebut tidak bisa dilepaskan dari kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Dalam banyak kasus, kebijakan publik hanya berhenti di wacana. Namun berbeda kali ini, gagasan Kapolri diterjemahkan menjadi program konkret yang menyentuh langsung kehidupan ribuan keluarga pekerja. Bagi buruh yang kembali bekerja, kehadiran Polri bukan hanya soal rasa aman di jalan, tetapi juga rasa tenang di rumah karena nafkah mereka kembali terjamin.
Haidar Alwi menilai keberhasilan ini juga memberi pesan simbolis: Polri yang dulu identik dengan kekuatan koersif, kini tampil sebagai pengayom yang mendengar, bergerak cepat, dan membawa solusi. Transformasi ini hanya mungkin terjadi karena kepemimpinan yang berani keluar dari pola lama.
Dengan fondasi tersebut, Haidar Alwi menyimpulkan bahwa kiprah Jenderal Listyo Sigit tidak bisa dipandang sekadar sebagai kebijakan jangka pendek. Ia telah mengukir standar baru bagi Polri, standar yang menempatkan rakyat sebagai pusat orientasi kerja kepolisian. Perubahan ini akan menjadi warisan berharga, tidak hanya bagi institusi Polri, tetapi juga bagi bangsa yang tengah menghadapi tantangan ketenagakerjaan global.
“Dengan capaian itu, saya menilai Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo layak disebut sebagai Kapolri terbaik sepanjang masa versi Haidar Alwi Institute,” pungkas Haidar Alwi.