DAELPOS.com – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Prof. Rully Indrawan mengingatkan bahwa saat ini masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa peran pelaku usaha kecil, seperti pedagang di pinggir jalan dan rumahan, memiliki kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB). Sayangnya, masyarakat dinilai kurang menghargai jerih payah mereka.
Prof Rully mengatakan hal itu, saat memberikan kuliah umum dengan tema ‘Peluang dan Tantangan Wirausaha Muda di Era Revolusi Industri 4.0, di Universitas Suryakencana, Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (7/3/2020).
“Jadi jangan kecilkan koperasi dan UMKM. Karena 99,97 persen pelaku ekonomi kita adalah UMKM. Dan ingat, UMKM telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perekonomian nasional. Dan jangan salah, pedagang di pinggir jalan, di rumah-rumah, mereka memberikan kontribusi besar pada PDB (produk domestik bruto). Sayangnya, kita tidak pernah menghargai mereka,” ujanya.
Dengan demikian, Prof Rully mengatakan, secara tidak sadar masyarakat Indonesia pada umumnya, sesungguhnya dihidupi oleh masyarakat yang kurang diperhatikan.
“Pak Jokowi mengharapkan ke depan tidak boleh terjadi lagi. UMKM harus menjadi arus utama pembangunan ekonomi nasional. UMKM harus menjadi pilar ekonomi yang kuat di masa mendatang. Koperasi adalah strategi agregasi untuk kekuatan ekonomi masyarakat,” ujar Prof Rully menambahkan.
Pada kesempatan tersebut, Prof Rully juga menyinggung soal peran Permodalan Nasional Madani (PNM) yang selama ini dianggap sebagai ‘bank emok (duduk manis).
“PNM selama ini dianggap ‘bank emok’. Tetapi sesungguhnya PNM merupakan harapan Pak Jokowi untuk masyarakat, khususnya kaum emak-emak (ibu-ibu) yang diberikan pinjaman kemudian dilatih usaha. Kenapa ibu-ibu, karena memang populasi pengusaha yang memiliki daya jual, tercatat ibu-ibu,” katanya.
Di sisi lain, ujar Prof Rully, mengatakan bahwa angka kemiskinan kelompok ibu-ibu, khususnys ‘single parent’, dinilainya cukup tinggi.
Hal seperti itu, menurut dia, tidak boleh terjadi lagi di masa mendatang. “Makanya kita intervensi, supaya ekonomi keluarga melalui wanita ini menjadi lebih kuat,” katanya lebih lanjut.
Rully juga mengatakan, jumlah anak muda kreatif, saat ini di Indonesia tergolong sangat besar. “Kita pernah mendengar tentang ‘bonus demografi’. Jadi saat ini, ekonomi Jepang mengalami penurunan. Kenapa? Bukan karena mereka itu menjadi miskin, bukan juga karena sumber daya ekonominya menjadi rendah, tetapi memamg populasi anak mudanya mengalami penurunan.
“Lalu apa hubungannya? Urusannya tidak lain dengan kreativitas. Anak muda itu identik dengan kreativitas,” ujarny.
Menurut dia, beberapa negara saat ini sudah memgalami kekurangan generasi mudanya sehingga kelemahan kreativitas. “Banyak perusahan besar yang asalnya luar biasa, saat ini banyak mengalami kemunduran yang sistematis. Dulu handphone merek NOKIA sangat booming di pasaran, sekarang agak meredup. Itu karena kalah bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya memiliki kreativitas tinggi. NOKIA kehilangan kreativitas,” ujar Prof Rully.
Sementara Indonesia, katanya, saat ini memiliki kekayaan yang luar biasa dengan bonus demografi usia produktif. “Pengguna internet kita sangat besar, kalah sedikit dengan China dan India, karena memang kedua negara itu populasi usia produktifnya sangat besar,” kata Prof Rully lagi.
Karenanya, dia menambahkan, Indonesia memiliki skema agar generasi muda kreatif, dapat berperan aktif dalam menumbuhkembangkan UMKM untuk bersaing di era digital ini.
“Kita harus bisa mengubah mainset wirausaha kita menjadi ajang adu kreativitas bagi kaum milenial yang out the box,” kata Prof Rully. []