Business Workshop Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam Indonesia untuk obat Tradisional dan Modern

Tuesday, 20 December 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DAELPOS.com – KADIN Regenerative Forest Business Sub Hub kembali menggelar rangkaian business workshopke- 3 yang membahas pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam Indonesia untuk ObatTradisional dan Modern.Indonesia memiliki ke aneka ragaman hayati yang melimpah dan dapat menghasilkan beberapa produk-produk, diantara nya adalah produk obat-obatan, agro kimia atau bahan baku industri.Keanekaragaman hayati tersebut yang dipadukan dengan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat lokal dapat menghasilkan produk-produk kesehatan yang bersifat organik.Hasil dari kearifan lokal tersebut dapat memacu kemandirian dengan menjadi subtitusi impor akan produk-produk kesehatan dan mewujudkan kemandirian nasional akan kebutuhan obat-obatan.

Sesuai dengan visi KADIN RFBSH sebagai salah satu wadah komunikasi antar sektor mulai dari hulu hingga hilir, maka dalam kegiatan ini akan mencoba mempertemukan stakeholders -stakeholders terkait mulai dari hulu hingga hilir. Pertemuan antarstakeholders tersebut diharapkan dapat membuka peluang serta kesempatan antar satu sama lain untuk dapat memaksimalkan potensi yang sudah dimiliki ,terlebih adanya dasar hukum UUNo.11 tahun 2020 dan PP No.23 tahun 2021.Pengusaha kehutanan dapat mendiversifikasikan usahanya menjadi Multi Usaha Kehutanan yang regenerative. Pada workshop kali ini secara spesifik mencoba membuka kesempatan dan merumuskan roadmap untuk produksi obat-obatan tradisional Indonesia yang dapat memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat serta kelestarian lingkungan dalam upaya mencapai target NDC2 030 Indonesia.

Kegiatan yang berlangsung di Padang Room, The Westin Hotel Jakarta pada 20 Desember 2022

Dr.Ir.Agus Justianto,M.Sc.,Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia,menyampaikan komitmen Pemerintah terhadap Regenerative Forest Business dan bagaimana implementasi nya untuk produksi obat-obatan nasional.Kementerian Kehutanandan Lingkungan Hidup Indonesia,mendukung penuh program Regenerative Forest Business melalui multi usaha kehutanan sebagai upaya pengelolaan hasil hutan bukan kayu.

Silverius Oscar Unggul,Wakil Ketua Umum Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan KADIN,memberikan pandangan KADIN Indonesia terhadap peluang serta tantangan Regenerative Forest Business dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Obat Tradisional dan Modern.Potensi kehutanan di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai pusat tanaman dan tumbuhan obat. Tanaman obat adalah tanaman yang bagian nya dapat dimanfaatkan sebagai obat, baik itu berupa daun, umbi,akar,buah, maupun bagian lainnya.Tanaman obatmerupakan tumbuhan yang diketahui mempunyaikhasiat baik dalam membantu memelihara kesehatan maupun pengobatan suatu penyakit.Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang telah di identifikasi dan diketahui berdasarkan pengamatan manusia memiliki senyawa yang bermanfaat untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit,melakukan fungsi biologis tertentu, hingga mencegah serangan serangga dan jamur. Olehkarenaitu perlu penguatan didalam multi usaha kehutanan sebagai bisnis regeneratif, dimana memberikan

Dr.Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS. Direktur Produksi dan Distribusi Ke farmasian Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang akan menyampaikan agenda Kemeterian Kesehatan yang berkaitan dengan manajemen pengelolaan obat-obatan bagi kebutuhan dunia farmasi yang berkaitan dengan sistem Regenerative Forest Business. Dijelaskan bahwa potensi dukungan sektor kehutanan dan pertanian terhadap ketersediaan bahan baku pembantu industri obats esungguh nya cukup tinggi. Untuk itu dibutuhkan sinergi anta rpihak terkait guna mewujudkan potensi tersebut.“Kami menginisiasi pertemuan lintas sektor untuk meningkatkan sinergi antar pihak, baik antar Kementerian/Lembaga teknis terkait,Pemerintah Daerah,pelaku usaha farmasi, hingga riset dan pengembangan teknologinya”,imbuhnya. Potensiindustri farmasi maupun obat tradisional secara jumlah terus menunjuk kan peningkatan dari tahun ketahun. Karena itu Pemerintah menata kebijakan-kebijakan yang terkait, mulai dari hulu. Kebijakan percepatan pengembangan industri farmasi dana lat kesehatan dilatar belakangi oleh Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 untuk menjamin ketersediaan farmasi dan alat kesehatan, sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan dalam rangkaJ aminan Kesehatan Nasional. Selain itu juga bertujuan meningkatkan daya saing industri farmasi dan alat kesehatan didalam negeri dan ekspor, disamping bahwa penguasaan teknologi dan inovasi dalam bidang farmasi dan alat kesehatan dengan tujuan mempercepat kemandirian dan pengembangan produksi obat/farmasi nasional.

Dr. Evi SafitriIriani, M. Si. Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) yang akan berbicara terkait dengan kekayaan rempah Indonesia serta potensinya sebagai masa depan penghasil obat-obat serta sebagai sarana pengujian tanaman rempah dan obat di Indonesia. Indonesia memiliki keragaman biodiversitas ke-2 di dunia, 10000 tanaman potensi untuk Kesehatan termasuk atsiri, Ada 97t anaman atsiri potensial, namun baru 25 yang sudah di kembangkan. Potensi hasil tanaman dan tumbuhan obat sangat tinggi baik yang dihasilkan melalui sistem budidaya pertanian maupun dari alam. Minyak atsiri merupakan metabolit sekunder campuran senyawa organik yang mudah menguap yang diperoleh dari bunga,buah,biji,daun,batang ataupun akar tanaman. Minyak atsiri digunakan terutama untuk wewangian, kesehatan dan kuliner. Minyak atsiri umumnya memiliki kemampuan sebagai anti microba, anti viral, antimutagenic, anticancer, antioxidant, antiinflammatory, immunomodulatory, and anti protozoal activities. Oleh karena itu kami menguatkan riset tanaman rempah dan obat untuk mendukung rencana pemerintah terkait dengan kemandirian dibidang obat/farmasi nasional.

Sari Pramadiyanti, Head of Business Unit Bintang Toedjo Inovasi Natural, yang akan membahas mengenai pemanfaatan jahe merah dalam industri obat-obatan herbal Indonesia. dalam kesempatan ini menyampaikan mengenai“Peluang Bisnis Rempah diIndonesia”. Sebagai salah satu negara penghasil rempah terbesar didunia, Indonesia sudah tidak diragukan lagi di seluruh dunia. Komoditas rempah termasuk komoditas yang berperan dalam kontribusi pembangunan ekonomi nasional. Indonesia berada pada peringkat enam dunia eskportir rempah dengan pangsa pasar 6,03 persen setelah India (pangsa pasar 18,75 persen), China (14,25 persen), Vietnam (7,14 persen), Madagaskar (6,47 persen), dan Guatemala (6,37persen). Salah satu komodita sunggulan rempah Indoensia dan telah dimanfaatkan oleh PT. Bintang Toedje adalah Jahe Merah.BintangToedjoe,merupakan Industri farmasi dan obat tradisional yang berpengalaman, yang juga menggunakan rempah yakni jahe merah sebagai bahan unggulan dalam produk jadinya”.Untuk bisa menjamin daya saing, maka faktor kualitas(quality), biaya(cost)& transportasi/pengiriman (delivery) menjadi faktor penting yang harus dipastikan pemenuhannya.


Arianto Mulyadi, Director of Corporate Communication and Sustainabililty Indesso, yang akan berbicara terkait dengan rantai nilai astiri yang berkelanjutan pada lingkungan dan juga sosial.Indesso mengembangan pola kerjasama antara industri hulu dan hilir.Industri hulu pengolahan minyak atsiri melibatkan petani, penyuling, pengepul dan perusahaan pemasok. Sebagai penghubung,terdapat offtaker sebagaiperusahaan manufaktur/ eksportir. Sedangkan industrihulu,terhubung dengan Perusahaan Flavor & Fragrance serta PerusahaanFarmasi,Aromaterapi,Makanan-Minuman, Kosmetik, dll. Dijelaskan bahwa nilai ekspor tahunan komoditas atsiri mencapai>USD400juta, dan Indonesia sebagai pemimpin pasar dunia komoditas Minyak Nilam, Minyak Cengkeh & derivatnya, Minyak Pala, Minyak Sereh Wangi dll. Komoditas atsiri juga membantu pengembangan hidup nya industri kecil penyulingan tradisional. Saat ini yang tergabung dengan Indesso berjumlah>3000 tersebar diseluruh Indonesia. Selain itu terna atsiri didapat dari tanaman budidaya maupun bukan budidaya (wild collection).Setiap IKM menghidupi puluhan-ratusan petani,sehingga diperkirakan ada>200 ribu petani terkait dengan komoditas atsiri.

See also  Fleksibel dan Terukur, Ini Strategi BRI Jaga Pertumbuhan Bisnis Di Tengah Dinamika Ekonomi Global

Berita Terkait

Akselerasi Prestasi, Mandiri Bintan Marathon Kukuhkan Standar Internasional
APBN 2025: Sehat dan Kredibel di Tengah Ketidakpastian Global
BRI Fokus Langkah Transformasi di Seluruh Aspek
Batam Bentuk Desk Investasi, Genjot Target Kementerian Investasi
BRI Dukung Akses Hunian Terjangkau Melalui Penyaluran FLPP Konsisten
Setengah Abad Epson: Berani Berkreasi, Membangun Integritas
Adopsi Pola Kemitraan PTPN IV, Petani Sawit dari Tiga Provinsi Belajar ke Riau
BRI Terbitkan Social Bond Triple A, Perkuat ESG & Inklusi Keuangan

Berita Terkait

Thursday, 3 July 2025 - 15:23 WIB

Akselerasi Prestasi, Mandiri Bintan Marathon Kukuhkan Standar Internasional

Wednesday, 2 July 2025 - 18:51 WIB

APBN 2025: Sehat dan Kredibel di Tengah Ketidakpastian Global

Tuesday, 1 July 2025 - 18:43 WIB

BRI Fokus Langkah Transformasi di Seluruh Aspek

Thursday, 26 June 2025 - 09:29 WIB

Batam Bentuk Desk Investasi, Genjot Target Kementerian Investasi

Wednesday, 25 June 2025 - 23:42 WIB

BRI Dukung Akses Hunian Terjangkau Melalui Penyaluran FLPP Konsisten

Berita Terbaru