Kawah Ijen, Saksi Keindahan Alam, Wisata dan Kerja Keras

Kawah Ijen foto istimewa

DAELPOS.com – Kawah Ijen berada di Banyuwangi Jawa Timur dikenal dengan Kawah Belerang, begitulah sebutan yang banyak di kenal di masyarakat.  Saya memandang Kawah Ijen sama indahnya dengan Kawah Bromo. Namun, Kawah Ijen memiliki kelebihan lain yang tak dimiliki kawah-kawah lain di Indonesia, yaitu produksi belerang yang terus menjadi sumber perputaran ekonomi bagi masyarakat

Udara dingin mulai terasa ketika saya memasukkan barang di penginapan sederhana di Pos Paltuding dan bergegas mengganti pakaian trekking. Sekitar 30 menit kemudian, saya sudah siap untuk memulai perjalanan.  Tepat pukul 02.00, saya dan pemandu sudah mulai perjalanan. Saya berjalan pelan dan santai saja, karena perjalanan dari Denpasar cukup menguras energi hingga rasanya belum cukup waktu untuk tidur.

Namun, karena ingin mendapatkan pemandangan Blue Fire, maka saya memaksakan diri untuk berangkat dini hari.  Kebetulan cuaca cukup bagus, bintang bertebaran di langit kelam. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 2 jam 30 menit. Sebelum matahari terbit, saya sudah berada di bibir kawah. Blue Fire yang dinanti sudah terlihat di depan mata. 

Perlahan matahari mulai menampakkan diri, biru itu kini tinggal gumpalan awan putih kekuningan dan satu persatu mulai tampak para penambang turun ke arah kawah  Awan tebal mulai merambah kawah, aroma belerang semakin menyengat. 

Sekitar 45 menit berjalan, saya sudah tiba di tepi air danau. Puluhan pekerja sibuk dengan aktivitasnya. Ada yang bagian menyongkel, mengangkat ke keranjang dan memikulnya di bahu mereka. Sesekali terhenti oleh awan tebal yang menyapu bersih area tambang. Sungguh pemandangan yang unik sekaligus menyentuh. Betapa tidak, satu pikulan keranjang saja beratnya 30-40 kg, dua keranjang bisa mencapai 80 kg. Keranjang penuh bongkahan belerang ini harus diangkut sejauh hampir satu km ke atas dan menempuh 3 km lagi hingga tiba di pengepulan. 

Saya duduk menjauh dari sumber asap belerang, mengamati gerak gerik seorang pekerja yang sibuk mondar mandir mengambil cairan berwarna coklat keemasan. Seorang pria dengan santai menyiramkan cairan ke kayu sederhana yang tampak sekilas mirip rangka pohon, perlahan cairan membeku berubah kuning.

Rupanya itu untuk membuat oleh-oleh dari Kawah Ijen yang dijual dengan harga Rp 10.000 per buah. Ternyata selain di tambang cairan-cairan belerang ini dicetak dengan berbagai bentuk.

Duduk lemas di pos penimbangan, segelas kopi dan sebungkus kacang menjadi teman saya beristirahat.  Saya melihat masing-masing pekerja menimbang hasil tambangnya, ada yang 60 kilo dan ada yang 75 kilo. Untuk setiap kilo belerang, para kejerna mendapatkan upah tak lebih dari Rp 1.500/kg. Rata-rata total sehari mereka mampu mengangkat 200-250kg. Coba Sobat Pesona hitung berapa yang pekerja ini dapatkan?

Saya tertarik untuk mencoba mengangkut pikulan yang ada disini, niatnya supaya tahu seberapa berat pikulan mereka.  Ah, jangankan memikulnya, baru menahan beberapa detik saja bahu saya terasa sudah sangat sakit.  Kawah Ijen sungguh menjadi saksi sebuah kekayaan alam, wisata dan kerja keras manusia.
(kemenpar.go.id)

Follow kami di social media

admin

Read Previous

Kemegahan Jembatan Gentala Arasy Sebagai Ikon Kota Jambi

Read Next

Garut, Wilayah Pegunungan dengan Sumber Air Panas Alami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *