DAELPOS.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kamis, 31 Oktober 2019.Di sela-sela pertemuan tingkat menteri Asian Forest Cooperation Organization (AfoCO) dan ASEAN-Korea, pada Rabu (30/10) Wakil Menteri LHK Dr. Alue Dohong mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Sumber Daya Alam, Lahan dan Air Malaysia Dr. Xavier Jayakumar Arulanandam. Hasil pertemuan tersebut antara lain pihak Malaysia mengajak terus memajukan kerjasama Heart of Borneo (HoB), menyangkut pengelolaan secara berkelanjutan pada lansekap seluas 26 juta hektar yang terletak di tiga negara Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. “Tahun depan Indonesia menyelenggarakan pertemuan Trilateral Tingkat Menteri HOB, kami mengharapkan kehadiran dan dukungan Malaysia,” ujar Wamen Alue Dohong yang merujuk pada event 2020 yang akan dikoordinasikan oleh Kemenko Perekonomian.(4/11/2019)
Kemudian, Menteri Xavier juga menyampaikan rencana ASEAN Biodiversity Conference ke-4 yang akan dilaksanakan di Malaysia pada tahun 2020 dan mengundang Indonesia untuk hadir dan perpartisipasi di dalam event tersebut. “Konferensi Keanekaragaman Hayati ASEAN ke-4 tahun 2020 di Malaysia sangat penting untuk menyiapkan strategi guna memperkuat posisi ASEAN pada COP-15 Konvensi Keanekaragaman Hayati yang akan dilaksanakan tahun 2020 di China,” demikian Menteri Sumber Daya Alam Malaysia Dr. Xavier Jayakumar menekankan
.
Selain itu Wakil Menteri Alue Dohong menyampaikan dukungan dan kesanggupan Indonesia untuk hadir. Wamen LHK juga menyambut baik undangan untuk berpartisipasi pada Tiger Range Countries Forum pada Juni 2020 di Malaysia.
Menteri Xavier juga mengharapkan dukungan Wamen LHK atas upaya Malaysia agar badak Sumatra yang dimiliki Malaysia bisa memiliki keturunan. “Kami memiliki badak satu-satunya yang tersisa dan dalam kondisi yang sudah kurang sehat pula, mohon untuk secepatnya dilakukan pembiakan secara artifisial di Indonesia” pinta Menteri Xavier. Wakil Menteri LHK menyambut baik upaya konservasi badak tersebut, dengan menekankan perlunya kesepakatan formal terkait konservasi plasma nutfah antar kedua negara tersebut, yang bahkan akan melibatkan ahli dari Afrika Selatan.
Pada akhir pertemuan, Menteri Malaysia menekankan pentingnya sektor kehutanan di dalam pembangunan di wilayah regional ASEAN, namun justru mendapat tekanan dalam konteks lintas sektor. Menteri Xavier mengajak Indonesia untuk meningkatkan profile kehutanan di kancah ASEAN dengan membentuk pertemuan tingkat Menteri ASEAN yang khusus membahas isu kehutanan. Selama ini kehutanan dibahas pada ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry, yang terlalu diwarnai sektor pertanian. Wamen Alue Dohong membenarkan mengenai pentingnya hutan di ASEAN, termasuk dalam konteks peatlands dan karbon, serta perlunya pembahasan secara lebih intensif dalam kerangka ASEAN. Delegasi RI mencatat upaya ini pernah dilakukan sekitar sepuluh tahun lalu namun belum berhasil, sehingga perlu dilakukan perhitungan cermat dan konsultasi memadai apabila akan mendorongnya lagi.(DAE))