DAELPOS.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta 02/12/2019 – Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) adalah suatu survei berskala nasional yang dirancang khusus untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku kelahiran, keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, kematian ibu dan anak serta pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penyakit infeksi menular seksual. Survei serupa SDKI juga dilaksanakan di negara-negara Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Pada umumnya daftar pertanyaan SDKI dirancang menggunakan kuesioner DHS (Demographic and Health Surveys) yang disesuaikan dengan standar internasional, disamping juga memuat variabel yang spesifik Indonesia dan isu-isu strategis yang menjadi prioritas program.
SDKI dilaksanakan oleh BPS bekerja sama dengan BKKBN dan Kemenkes. Pelaksanaan survei mencakup pencacahan terhadap rumah tangga (RT) (SDKI17-RT), dan dengan 3 daftar pertanyaan individu yang terdiri dari wanita usia subur (WUS) umur 15-49 tahun (SDKI17-WUS), pria kawin (PK) umur 15-54 tahun (SDKI17-PK), dan remaja pria (RP) umur 15-24 tahun (SDKI17-RP). Data SDKI sangat berguna bagi lintas instansi seperti Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, serta lembaga-lembaga lain yang berhubungan dengan kependudukan, KB, dan kesehatan. Data SDKI juga dibutuhkan oleh kalangan organisasi profesi dan perguruan tinggi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. SDKI dirancang sesuai dengan standar internasional, maka sangat diharapkan data SDKI tidak hanya digunakan untuk perencanaan dan evaluasi program bidang kependudukan, KB, dan kesehatan Ibu dan anak secara nasional dan provinsi, tetapi juga penting digunakan secara internasional.
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Prof. Rizal Damanik, Ph.D menjelaskan tahun 2019 merupakan tahun terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) BKKBN 2015-2019. Sasaran BKKBN yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Menurunnya Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) menjadi 2,28 per wanita; 2) Meningkatnya prevalensi kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) sebesar 61,3 persen; 3) Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) sebesar 9,91 persen; 4) Meningkatnya peserta KB aktif yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebesar 23,50; serta 5) Menurunnya Tingkat Putus Pakai Kontrasepsi sebesar 24,6 persen.
Terkait sasaran diatas, hasil capaian BKKBN cukup menggembirakan, karena berdasarkan hasil SDKI 2017, Angka Kelahiran Total (TFR) turun dari 2,6 anak pada SDKI 2012 menjadi 2,4 anak per wanita. Angka kelahiran menurut kelompok umur (ASFR) 15-19 mengalami penurunan dari 48 (SDKI 2012) menjadi 36 pada SDKI 2017. Pemakaian kontrasepsi (semua cara) juga mengalami peningkatan dari 62 persen (SDKI 2012) menjadi 64 persen (SDKI 2017). Persentase kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi (unmetneed) mengalami penurunan dari 11,4 pada SDKI 2012 menjadi 10,6 persen pada SDKI 2017, imbuh Rizal.
Selanjutnya BKKBN, masih terus menulis dan menyusun laporan hasil SDKI 2017 untuk modul Pria Kawin dan seminar hasil. Hal ini dikarenakan partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi juga berperan besar, terutama dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu hamil melalui perencanaan persalinan yang aman dan menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, tutur Rizal.
Rizal juga menambahkan tujuan dari hal tersebut selain menyosialisasikan laporan akhir Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 – Pria adalah sebagai berikut : (1) menyebarluaskan data dan informasi hasil temuan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 – Pria, (2) termanfaatkannya hasil temuan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017–Pria diberbagai sektor dan wilayah di seluruh Indonesia, (3) digunakannya hasil temuan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017-Pria sebagai bahan rujukan, perencanaan dan evaluasi program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
SDKI 2017 – Pria secara khusus dirancang untuk mengetahui latar belakang responden yang meliputi migrasi, pendidikan, akses ke media dan pekerjaan; memperoleh informasi mengenai pengetahuan pria tentang KB, pengalaman dan pemakaian alat/cara KB; mengukur tren angka fertilitas dan pemakaian KB serta faktor yang mempengaruhi perubahan seperti pola dan status perkawinan, daerah tempat tinggal, pendidikan, pengetahuan, penggunaan dan ketersediaan alat/cara kontrasepsi; dari mana memperoleh informasi mengenai pengetahuan pria tentang HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainya; serta menilai partipasi dalam perawatan kesehatan dan penggunaan pelayanan kesehatan pria, tutur Rizal.
Dalam SDKI banyak variabel-variabel yang apabila dikaitkan dengan tugas dan fungsi BKKBN masih banyak yang belum dimanfaatkan dan belum dianalisa lebih lanjut untuk artikel penelitian. Sebenarnya data-data yang ada dalam SDKI bisa juga dimanfaatkan oleh para mitra melakukan analisis dalam bentuk artikel ilmiah. Hal ini bisa dijadikan win win win solution untuk banyak pihak, ucap Rizal. (Humas)