Oleh : Muhtar S. Syihabuddin / Peneliti Senior RM Politika
DAELPOS.com – Dalam banyak literatur politik dinyatakan pentingnya sosok kuat berdaya elektoral dalam membangkitkan partai politik. Sosok kuat bakal menarik gerbong dengan sempurna melewati jalur berliku.
Tidak ada jalan lempeng dalam karier poltik seseorang. Layaknya menempuh jarak berkendaraan, seorang politisi harus pandai memainkan setir. Terutama jika jalan sedang diguyur hujan deras, banyak lobang yang bakal menjebak perjalanan.
Adalah Airlangga Hartarto menjadi ketua umum dalam guyuran hujan suara. Baru kali ini ketua umum terpilih melalui aklamasi, sejak Golkar berhasil keluar dari kebiasaan lama zaman orde baru.
Guyuran hujan suara bagi Airlangga tidak banyak mengejutkan orang. Pasalnya babak pencalonan pucuk beringin selalu berpihak pada dirinya.
Kompetitor yang digadang-gadang bakal menghambat bisa diantisipasi tepat dan terarah. Dengan memanfaatkan setiap jengkal peran Golkar dalam dinamika politik nasional, plus mengelola konflik internal partai
Puncaknya kala Bamsoet menghentikan diri maju sebagai caketum Golkar. Lewat drama mendebarkan, mengingat sebelumnya tersiar persaingan begitu seru. Meski Bamsoet menjadi Ketua MPR dengan faktor dominan Airlangga, tapi dia tetap saja bergerilya.
Gaya politik Airlangga yang menarik ulur lawan politiknya menjadi point penting menopang dirinya di pucuk pohon beringin. Tarikan pertama dia berikan dengan mendukung total rivalnya dalam bursa Ketua MPR RI.
Tarikan tersebut bagi sementara pengamat dianggap berisiko, mengingat politik tidak sekedar janji. Dia adalah proses dinamis tidak bertepi yang memungkinkan pihak lawan untuk berbalik arah.
Risiko yang ditanggung terasa dalam proses pencalonan Bamspet. Ruang publik merekam manuver tajam dengan mengemas misi menyelematkan partai sebagai amanah kader daerah.
Tapi Airlangga tidak menelikungnya dengan cara konfrontasi. Terdapat momen negosiasi alot melibatkan steak holdet Golkar pada sisi yang ekstrim, karena tidak mudah meyakinkannya di tengah derasnya dukungan pada Bamsoet. Juga menggunakan narasi besar yang nobe bene melibatkan para petinggi negeri ini, termasuk Jokowi.
Susah untuk mengatakan Munas Golkar tidak berdampak pada tatanan pilitik. Beberapa Munas menyisakan bongkahan besar yang membidani partai baru.
Alumnus Golkar ini melahirkan partai yang sukses menarik simpati publik. Fenomena NasDem dan Gerindra sudah cukup menjadi bukti bahwa bongkahan itu terbuang sia-sia.
Inilah yang menjadi alasan utama Bamsoet mengurungkan niat pencalonannya. Saat sama, posisi Ketua MPR RI lebih dari cukup membuat dirinya stabil dalam jagat politik tanah air.
Keberhasilan Airlangga melokalisir konflik internal sekaligus mengukuhkan kepentingan politik nasional ditengarai menjadi pintu masuk menjadi Capres 2024. Target yang pernah dikatakan Ical sebagai yang musti diambil di tengah konsolidasi sempurna Golkar semasa Airlangga berkuasa.
Adakah Akbar Tanjung yang mengingatkannya untuk mendahulukan pondasi elektoral. Bagi alumni senior HMI ini, tanpa pondasi elektoral, pencapresan bakal membentur ruang hampa. Jangan sampai setiap kali pemilu terjebak pada kerapuhan bangunan partai yang pada gilirannya akan sulit membangun pondasi elektoral.
Hujan suara yang menimpa Airlangga boleh jadi menjadikan pondasi elektoral bakal mudah dibangun. Bentangan karpet merah menuju Istana tersedia, yang selama ini hanya bisa meraih posisi kedua.
Reminder Akbar Tanjung sangat terasa mengerem hingar bingar aklamasi. Itu harus tetap dikembalikan pada rel konsolidasi dan jangan sampai terlalu dini mencapreskan Airlangga.
Pada sisi lain bursa capres 2024 bertabur bintang. Dari sosok sukses pemimpin daerah sampai mantan capres yang belakangan sudah kawin silang dengan PDIP. Prabowo-Puan bakal kuat dan mantap menjadi kontestan 2024.
Akbar menyadari sejarah Golkar adalah berkuasa dalam setiap rumpun tata negara. Yang tersisa tinggal meraih posisi pertama dalam eksekutif yang sudah digenggam Golkar puluhan tahun.
Beban Airlangga memang berat, tapi tetap harus dipikul. Lima tahun nanti jadi menarik dan inspiratif. (RED)