Mardani: Pilkada untuk Masyarakat atau Ambisi Pribadi?

0
5

DAELPOS.com – Selain berpotensi menimbulkan cluster baru, melaksanakan Pilkada di tengah pandemi berpeluang menggerus kualitas pilkada. Mengingat tendesi yang dibangun hanya ‘yang penting Pilkada jalan’. Amat disayangkan karena mahalnya biaya pilkada tidak sebanding dengan kualitas yang dihasilkan.

Setidaknya ada beberapa alasan, pertama banyaknya sarana kampanye yang hilang. Sebut saja seperti kegiatan sosial,kebudayaan, maupun olahraga yang mengumpulkan banyak warga. Padahal salah satu faktor utama pemilih ingin ke TPS karena tertarik pada kandidat.

Sementara ketertarikan itu muncul setelah paslon menghadiri sosialisasi maupun kampanye yang dilakukan langsung oleh kandidat. Padahal di tengah pandemi Covid-19 hal tersebut sulit dilakukan secara maksimal. Rencana kampanye secara daring kurang efektif terlebih pada beberapa wilayah yang tidak memiliki akses jaringan internet memadai.

Kemudian bagaimana menerapkan protokol kesehatan yang ketat? Kita melihat peristiwa tanggal 4-6 September yang lalu ketika pendaftaran paslon ke KPU, protokol kesehatan tidak diindahkan. Lalu ‘protokol yang ketat’ yang dimaksud seperti apa? Perlu didetailkan.

Jika begitu, ada potensi turunnya partisipasi Pilkada 2020, salah satu syarat suksesnya Pilkada. Tapi justru bisa menimbulkan potensi kecurangan dalam pilkada seperti potensi manipulasi suara, penyalahgunaan kertas suara atau bahkan meningkatnya potensi politik uang di masyarakat.

Terakhir, pelajaran penting yang bisa diambil, jangan sampai memaksakan pilkada tapi tidak memperhatikan kualitas dari pilkada itu sendiri. Kualitas proses akan mempengaruhi hasil dan perlu diingat, hasil dari pilkada akan dirasakan dlm jangka waktu yang panjang oleh masyarakat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here