“Ahong Yang Nginjak & Ngelunjak”

Saturday, 3 October 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penulis: M Rizal Fadillah (FNN)

DAELPOS.com – Mobil Toyota Fortuner dengan plat nomer mobil dinas militer sangat  viral di Medsos. Masalahnya mobil tersebut ditumpangi oleh warga sipil yang diduga suami istri warga negara “etnis keturunan cina”. Terlihat dari profil hasil rekaman kamera hand phone seseorang yang mengaku wartawan.

Tentu bukan bermaksud mengangkat aspek etnik, tetapi keadaan ini telah membuat sakit hati warga masyarakat. Netizen di media memberi berbagai komentar yang intinya “Cina nginjak dan ngelunjak”. Menginjak pedal gas untuk kabur dan tidak melayani pertanyaan.  Siapa dia? Itu mobil dinas yang biasa dipakai siapa? Gejala sosial apa? Tindakan apa yang bisa berefek jera?

Akhirnya diketahui juga pengguna mobil Nomor Registrasi (Noreg) 3688-34 tersebut adalah Hendra Winata alias Ahong yang menurut keterangan bahwa Noreg itu sebenarnya telah ditarik oleh Puspomad atas nama Kolonel CPM Bagus Heru yang pensiun tahun 2016 lalu.Mengapa Mobil Dinas militer Noreg 3688-34 yang katanya sudah ditarik masih bisa ” berkeliaran”? Memerlukan pengusutan lebih lanjut.

Kaitan dengan peristiwa tahun 2016 kita teringat juga tertangkapnya mobil dinas tentara yang dikendarai dan dimiliki oknum etnis cina. Di Jawa Timur, persisnya di Genteng antara Surabaya Banyuwangi. Mobil Noreg 99457 V ternyata pemiliknya adalah Gavin Tjandra Laksana. Kasus ini menguap tak terusut jejaknya.

Tentu masih banyak kasus serupa di berbagai daerah, hanya saja karena “tak terekam”, maka sipengendara mobil lewat-lewat begitu saja. Entah ada proses atau selesai dengan damai atau sipetugas mendapat telepon dari “atas”, lalu sitertangkap dilepas lagi. Urusan yang model memang bisa bervariasi. Satu kesamaan dalam kasus-kasus seperti ini adalah  “Cina yang nginjak dan ngelunjak”.

See also  Kementerian PUPR Selesaikan 2 Infrastruktur Pendidikan di Sulsel Tahun 2021

Kesenjangan sosial antara “etnis keturunan cina” dan “pribumi” cukup tinggi. Sejarah memang telah mencatat cukup lama. Status ekonomi yang timpang menciptakan kecemburuan. Gaya berstatus “tuan” sering menjengkelkan. Eksklusif dan cenderung “menguasai”. Dulu ada kebijakan pembauran dalam rangka menghindari perilaku seperti ini. Kini tak ada lagi.

Ketika program investasi Cina meningkat, hubungan RI-RRC semakin erat, Partai Komunis Cina (PKC) menginjakkan kaki di Istana. Tenaga Kerja Asing (TKA) Cina datang dan sulit dihadang. Pemilikan tanah sampai ke desa, serta isu komunisme yang menghangat. Maka persoalan  “Cina yang nginjak dan ngelunjak” menjadi bertambah rumit. Sentimen etnik dapat bereskalasi.

Kejadian ini tentu saja sangat tidak bagus bagi harmoni masyarakat negeri ini yang sangat menghargai perbedaan etnis dan kebhinekaan. Namun yang menjaga sensivitas sosial sesasama warga masyarakat juga sangat diperlukan. Untuk menghindari gesekan dan kecemburuan sosoal yang memang ngata-nyata terbelah akibat perbedaan pendapatan dan penguasaan kue pembangunan.

Harus Segera Bertindak

Pertama, Polisi Militer TNI Angkatan Darat supaya mengusut terus Hendra Winata. Apa motif dan sanksi pelanggaran? Mengapa plat nomor reg milik Kolonel CPM Bagus Heru ada pada Ahong? Apakah ini modus “pembekingan” atau gaya-gayaan semata?

Kedua, pemerintah harus redam emosi dan sentimen publik yang bagai api dalam sekam. Itu dengan kebijakan politik dan hukum yang tidak diskriminatif.

Ketiga, pemerintah tinjau ulang pengentalan garis “persahabatan” RI-RRC yang berspektrum ekonomi, politik, dan ideologi. Kembalilah kepada politik luar negeri yang “bebas aktif”.

Keempat, pemerintah stop impor TKA Cina. Karena disamping menggeser lapangan kerja warga negara sendiri, juga rawan penyusupan tentara atau milisi Cina.

Kelima, pemerintah harus lakukan sensus penduduk dan buat peta sebaran etnik. Karena dikhawatirkan ternyata totalitas etnik Cina meningkat tajam. Bhineka Tunggal Ika tidak boleh didalihkan untuk sesuatu yang dapat membahayakan negara.

See also  Hari Guru Nasional 2021, Presiden jokowi: Mari Bersama Pulihkan Pendidikan

Kasus “tertangkap” kamera yang viral dari tuan Hendra Winata alias Ahong harus dijadikan awal dari pembenahan kebijakan ke depan. Tidak ada lagi perilaku menyakitkan kepada warga dan bangsa Indonesia. Jitaklah “Cina yang nginjak dan ngelunjak”. (*)

Berita Terkait

Kementerian PU Siap Renovasi Madrasah di Dompu Untuk Peningkatan Kualitas SDM di NTB
Dorong Peningkatan Produktivitas Pertanian di Bali, Kementerian PU Rehabilitasi Jaringan Irigasi DAS Sungi
Siswa Rasakan Manfaat Fasilitas SRMP 9 Kota Bandung: Nyaman dan Membentuk Kemandirian
Kementerian PU Pastikan Kebermanfaatan Fasilitas Sekolah Rakyat di Cimahi
Kementerian PU Percepat Selesainya Pembangunan Jaringan Irigasi Pidekso, Tingkatkan Ketahanan Pangan Nasional
Agar Dirasakan Manfaat Oleh Masyarakat, Kementerian PU Perkuat Program Pamsimas dan Sanimas di Provinsi NTT
Tingkatkan Konektivitas di NTB, Kementerian PU Lakukan Preservasi Ruas Sila – Batas Kota Bima – Raba – Sape – Padolo III Sepanjang 120 Km
Kementerian PU Tegaskan Fokus Pembangunan Infrastruktur Strategis dalam Pertemuan dengan Dubes UEA

Berita Terkait

Saturday, 27 September 2025 - 21:06 WIB

Kementerian PU Siap Renovasi Madrasah di Dompu Untuk Peningkatan Kualitas SDM di NTB

Saturday, 27 September 2025 - 21:04 WIB

Dorong Peningkatan Produktivitas Pertanian di Bali, Kementerian PU Rehabilitasi Jaringan Irigasi DAS Sungi

Saturday, 27 September 2025 - 21:03 WIB

Siswa Rasakan Manfaat Fasilitas SRMP 9 Kota Bandung: Nyaman dan Membentuk Kemandirian

Friday, 26 September 2025 - 22:49 WIB

Kementerian PU Percepat Selesainya Pembangunan Jaringan Irigasi Pidekso, Tingkatkan Ketahanan Pangan Nasional

Friday, 26 September 2025 - 22:46 WIB

Agar Dirasakan Manfaat Oleh Masyarakat, Kementerian PU Perkuat Program Pamsimas dan Sanimas di Provinsi NTT

Berita Terbaru