DAELPOS.com – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemdes PDTT) bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) mencanangkan desa inklusif di Desa Jatisobo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (19/11/2020).
Pencanangan ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar, Rektor UGM Panut Mulyono serta Ketua Umum PP Kagama Ganjar Pranowo.
Mendes PDTT menyatakan, keberadaan desa inklusif adalah bentuk perhatian dan kepedulian pemerintah terhadap penyandang disabilitas. Desa inklusif juga sesuai dengan mandat Undang-Undang (UU) Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang menekankan perlindungan kelompok rentan dan marjinal seperti perempuan, anak, lansia, masyarakat adat, difabel dan lain-lain.
“Jadi, desa inklusif itu sangat dibutuhkan untuk dikembangkan terus-menerus karena desa inklusi adalah miniatur dari kebhinekaan bangsa Indonesia,” kata Gus Menteri, sapaan akrabnya.
“Kalau kemudian desa-desa kita di Indonesia ini memiliki keragaman dan saling menghormati, saling menghargai, saling mengakomodasi dan saling memiliki serta saling berpartisipasi. Maka, betapa indahnya desa kita di Indonesia ini,” tambahnya.
Gus Menteri menjelaskan, desa inklusif akan bisa terus dikembangkan di Indonesia.
Terlebih dengan adanya gagasan dari Kagama dan UGM yang bekerja sama dengan Kemdes PDTT untuk mendorong percepatan desa inklusif. Ketiganya saat ini sedang mengembangkan desa percontohan atau pilot project untuk desa inklusif. Sebanyak 14 desa yang tersebar di tujuh provinsi yakni Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Lampung dan Yogyakarta, terlibat dalam pilot project ini.
“Kalau desa inklusi sudah banyak. Tapi yang kita jadikan pilot project ada 14 desa inklusi. Harapan saya, desa-desa di Indonesia nanti bisa mereplikasi terhadap desa inklusi yang sudah berhasil di bangun dibentuk dengan tetap senantiasa memperhatikan kearifan lokal masing-masing,” katanya.