DAELPOS.com – Sekretaris Jenderal KLHK, Bambang Hendroyono mewakili Menteri LHK Siti Nurbaya membuka Pameran Indonesia Green Environment and Forestry Expo 2022 di Jakarta Convention Center, Jumat, (01/07/2022). Melalui pameran ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ingin menggaungkan semangat kebangkitan sektor kehutanan untuk Indonesia maju.
Semangat ini menjadi tema pameran yang merefleksikan upaya bersama seluruh stakeholder sektor kehutanan dan lingkungan untuk kembali saling bahu membahu mendorong kinerja sektor kehutanan dalam mendukung pembangunan bangsa dan pemulihan ekonomi nasional, setelah 2 tahun dilanda pandemi Covid-19.
“Saya menyakini bahwa melalui Pameran Indonesia Green Environment and Forestry Expo 2022 ini, kita bersama-sama dapat saling berbagi informasi, tentang berbagai upaya yang kita lakukan, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, NGO, Akademisi, Media, dunia usaha, dan elemen masyarakat dalam mendukung pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional,” ujar Menteri LHK dalam sambutannya pembukaan pameran “Indonesia Green Environment and Forestry Expo 2022” yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal KLHK.
Lebih lanjut disampaikan bahwa sektor lingkungan hidup dan kehutanan telah banyak berbenah melalui langkah koreksi/corrective actions sejak periode akhir tahun 2014 hingga saat ini. Indonesia terus memperkuat aksi-aksi di lapangan dengan leading by example untuk berbagai aksi nyata baik itu terkait pengendalian pencemaran, konservasi keanekaragaman hayati, pengelolaan hutan lestari, maupun isu global terkait perubahan iklim dan sampah plastik di laut.
“Kita perlu memperteguh komitmen dan tanggung jawab dalam mewujudkan terjaganya planet bumi untuk kesejahteraan seluruh umat manusia,” imbuh Menteri Siti.
Beberapa kebijakan dan implementasi yang nyata telah mengalami perubahan dan kemajuan diantaranya adalah: Transformasi struktural dan produktivitas alam dan manusia untuk mengatasi kesenjangan dan mewujudkan kesejahteraan dalam hal akses kelola lahan. Areal hutan ditata melalui pemanfaatan hutan sosial seluas 12,7 juta ha; pencadangan kawasan untuk TORA 4,1 juta ha; perijinan korporat dikendalikan dan diproyeksikan akan bertransformasi dari semula 96% bagi korporat menjadi 71 – 69% untuk korporat dan selebihnya sekitar 29-31% untuk rakyat.
Dalam konteks pengelolaan lansekap, moratorium permanen hutan alam primer dan gambut seluas lebih dari 66 juta ha; restorasi dan perbaikan tata air gambut 3,4 juta ha; rehabilitasi DAS dan mangrove; pergeseran paradigma pengelolaan hutan menjadi forest landscape management dan multi-usaha kehutanan.
Pencegahan hilangnya keanekaragaman hayati, perlindungan wildlife dan habitatnya melalui konservasi kawasan serta perlindungan keanekaragaman hayati.
Penurunan angka deforestasi sampai titik terendah dalam sejarah Indonesia, yaitu 115 ribu ha pada tahun 2020 dan lebih menurun lagi pada tahun 2021.
Menapak maju kerja-kerja aksi iklim di berbagai sektor melalui penataan kawasan, pengendalian kebakaran hutan dan lahan secara permanen, Proklim, tata kelola sampah dan limbah dalam konsep sirkular ekonomi dan nilai ekonomi karbon.
Pengendalian emisi karbon melalui Rencana Operasional FoLU Net Sink 2030 untuk mengendalikan perubahan iklim yang mengikat.
Mengembangkan dan menguatkan kebijakan, regulasi, dan instrumen kerja bidang lingkungan hidup dan kehutanan, dan juga membangun ketahanan iklim dengan upaya restorasi diantaranya melalui rehabilitasi hutan dan lahan, pengelolaan dan pemulihan lahan gambut dan ekosistem mangrove.
Pameran Indonesia Green Environment and Forestry Expo adalah penamaan baru (rebranding) dari Indogreen Environment and Forestry Expo yang merupakan pameran lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia yang sudah terselenggara sejak tahun 2009. Pameran ini diselenggarakan bekerjasama dengan PT. Wahyu Promo Citra sebagai EO.
Menteri Siti mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya, kepada semua pihak yang telah mendukung terlaksananya penyelenggaraan pameran ini.
Turut hadir dalam pembukaan ini, Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dan jajaran, para Bussines leaders, Aktivis, Akademisi, Mahasiswa, pelajar dan juga kelompok masyarakat. (*)