DAELPOS.com – PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatat pertumbuhan laba bersih 76,8 persen year-on-year (YoY) atau mencapai Rp13,7 triliun hingga kuartal III 2022. Pertumbuhan laba yang sehat ini tetap dapat dicapai, meskipun manajemen menerapkan strategi fungsi intermediasi selektif.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menyampaikan untuk pertumbuhan kredit mencapai 9,1 persen YoY menjadi Rp622,6 triliun dengan fokus pada segmen berisiko rendah, debitur top tier di setiap sektor industri yang prospektif, serta sektor champion di masing-masing daerah. Sebagai penopang pertumbuhan kredit, perseroan mengandalkan pendanaan terutama dari current account savings account (CASA) yaitu tabungan dan giro. Rasio CASA mencapai 70,9 persen dari total dana pihak ketiga (DPK).
Dengan performa tersebut, net interest income BNI tumbuh 5,2 persen YoY menjadi Rp30,2 triliun. Non-interest income juga tumbuh baik mencapai 7,8 persen Yoy menjadi Rp11 triliun yang didorong oleh transaksi digital dan fee dari bisnis indikasi, sehingga BNI mencatat pendapatan operasional sebelum pencadangan sebesar Rp25,8 triliun atau meningkat 9,7 persen Yoy.
“Kami sangat bersyukur, sampai dengan kuartal III 2022 ini kami dapat konsisten membukukan kinerja yang solid di tengah berbagai tantangan ekonomi global dan domestik,” kata Royke dalam konferensi pers laporan kinerja BNI hingga kuartal III 2022 secara daring, Senin (24/10/2022).
Royke menyampaikan, kondisi eksternal di kuartal III 2022 tergolong menantang yang dipicu oleh eskalasi tensi geopolitik, sehingga menciptakan sejumlah risiko baru di tengah efek pandemi COVID-19 yang mulai mereda.
Ketegangan geopolitik ini mengganggu rantai pasok yang selanjutnya menyebabkan lonjakan harga komoditas energi dan pangan global. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya laju inflasi yang kemudian diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara. Menurutnya, tren itu berpotensi menyebabkan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi.
“Tentunya kami akan terus berupaya menjaga kinerja agar tetap sustain, sehingga dapat membantu pemerintah melanjutkan tren pemulihan ekonomi, serta tetap memberikan imbal hasil investasi kepada pemegang saham. Kami yakin dapat merealisasikan kinerja positif hingga akhir 2022 didukung oleh portofolio kredit yang sudah jauh lebih sehat, dan tetap mengedepankan aspek prudential banking,” kata Royke.