DAELPOS.com – Arsjad Rasjid selaku Ketua Umum Kadin Indonesia dan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) memberikan pandangannya mengenai arus mudik lebaran tahun 2023 dan dampak ekonomi bagi UMKM yang dapat dihasilkan dari tradisi tahunan ini.
“Mudik kali ini menjadi salah satu yang terpadat, Kemenhub saja memproyeksikan ada 123,8 juta pergerakan masyarakat di tahun ini. Akhirnya masyarakat bisa merasakan euforia mudik tanpa adanya pembatasan mobilitas seperti tiga tahun ke belakang. Saya melihatnya sebagai berkah bagi pengusaha UMKM oleh-oleh khas daerah,” kata Arsjad.
Arus Mudik Mendatangkan Perputaran Ekonomi Daerah
Walau begitu, Arsjad yakin bahwa pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi dalam menangani arus yang padat. Pada sisi yang lain Arsjad juga memiliki pandangan bahwa arus mudik akan memberikan potensi untuk mendatangkan perputaran ekonomi di daerah.
“Dengan adanya momen mudik tahun ini, maka akan terjadi redistribusi uang dari kota ke daerah-daerah yang menjadi tujuan pemudik,” kata Arsjad.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memproyeksikan terjadinya peningkatan perputaran ekonomi di daerah tujuan mudik pada 2023 ini, utamanya pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Diperkirakan kenaikannya mampu mencapai dua kali lipat dari lebaran 2022 lalu dengan angka mencapai 150 triliun rupiah.
“Saya mendorong agar para pemudik dapat membelanjakan uangnya pada sektor ritel dan membeli produk khas dari UMKM daerah tempat tujuan mudik. Momentum ini kita gunakan agar UMKM bisa semakin mampu bersaing dan naik kelas,” kata Arsjad.
Penggunaan QR Code Memudahkan Transaksi
Selaku Ketua ASEAN-BAC, Arsjad juga turut menyampaikan bahwa pada era digital sekarang ini tidak akan ada lagi hambatan bagi masyarakat dan juga para pelaku UMKM untuk melakukan transaksi. “Sudah ada berbagai cara untuk melakukan transaksi, salah satunya melalui QR code. Hanya dengan satu kali scan barcode, transaksi akan berlangsung lebih mudah bagi para pemudik,” kata Arsjad.
Transaksi melalui QR code telah dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia. Melalui Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) terdata ada 28,75 juta pengguna yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Secara berurutan, berdasarkan data Bank Indonesia (BI) hingga Desember 2022, Jawa menempati posisi pertama sebesar 20,59 juta, disusul Sumatera dengan 4,75 juta pengguna, kemudian Kalimantan dengan 1.25 juta pengguna, dan Sulawesi, Maluku, serta Papua dengan 1,18 juta pengguna. Paling sedikit berada di Bali dan Nusa Tenggara dengan 979.788 pengguna.
Selain itu, total pedagang (merchant) yang telah memakai QRIS tercatat sebanyak 22,7 juta. “Pada dasarnya QRIS sudah menjadi entry point ke dalam ekosistem digital bagi UMKM untuk mendukung inklusi ekonomi dan keuangan,” kata Arsjad.
Lebih jauh, Indonesia dengan populasi lebih dari 270 juta, memiliki nilai ekonomi terbesar di ASEAN dan merupakan pemain kunci dalam transformasi digital. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai 133 miliar dolar AS pada tahun 2025, yang menyumbang 11% dari PDB negara. Untuk itulah, penggunaan transaksi digital seperti QR Code, M-Banking, dan Transfer Rekening terus didorong di Indonesia.
“Indonesia telah memiliki sistem transaksi digital yang mumpuni seperti QRIS dan sekarang melalui ASEAN-BAC, Indonesia juga akan mendorong penggunaan sistem transaksi digital untuk seluruh ASEAN melalui ASEAN QR Code,” kata Arsjad.
ASEAN QR Code nantinya bagi masyarakat untuk membeli barang dan jasa di seluruh wilayah ASEAN secara mudah dengan mata uang lokal. Pada sisi yang lain, UMKM juga akan sangat terbantu dan menaikkan kelas mereka untuk bersaing di pasar global, khususnya di kawasan ASEAN.