DAELPOS.com – Tiba di Universitas Indonesia (UI) Depok kemarin siang (5/10), Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia bersama Chairman of the Board & Chief Executive Officer (CEO) Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson lanjut memberikan orasi ilmiah kepada 1.200 mahasiswa dengan judul “Transformasi Ekonomi melalui Hilirisasi dengan Kearifan Lokal”. Pada kegiatan ini dilakukan pula pemberian beasiswa selama satu semester kepada 50 orang mahasiswa dan beasiswa untuk 10 mahasiswa asal Papua yang berprestasi hingga selesai studi. Turut hadir dalam acara ini Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI Teguh Dartanto, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, M.Si. dan Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan Fakultas Teknik (FT) UI Prof. Dr. Ir. Yanuar, M.Eng, M.Sc.
Menteri Investasi menyampaikan bahwa ‘kegelapan’ ekonomi global saat ini mengancam perekonomian Indonesia. Dinamika global tersebut adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, pandemi Covid-19, perang Rusia-Ukraina, ketegangan Tiongkok dan Taiwan, serta krisis energi dan pangan. Dalam kondisi ini, tidak ada satupun yang dapat meramalkan ekonomi ini. Oleh karena itu, Indonesia harus berhati-hati.
“Pertumbuhan ekonomi kita yang 5,44% kontribusinya salah satu diantaranya adalah konsumsi, investasi, dan ekspor berada di angka surplus. Dalam aspek itu, saya sebenarnya gugup ketika berbicara dengan mahasiswa. Namun, tidak ada masalah selama dalam kerangka yang baik dan benar. Peta investasi kita sekarang di semester satu tahun 2021 sudah mencapai target Rp901,0 triliun, sementara RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional)di angka Rp858,5 triliun. Maka, kita mencapai 104,8% dari target ini. Namun, mengurus investasi tidak cukup dengan angka-angka,” ucap Bahlil.
Dari masa penjajahan sampai kemerdekaan (tahun 90-an), ekspor Indonesia masih sama, yaitu berupa komoditas mentah. Sementara itu, pemerintah harus mendorong agar tidak terjebak dalam pendapatan menengah (middle income trap). Oleh karena itu, hilirisasi menjadi solusinya. Walaupun demikian, hilirisasi sendiri menghadapi tantangan yang luar biasa. Banyak suara pesimis akan kesiapan sumber daya manusia (SDM) di tanah air.
“Kita ini jangan pesimis. Indonesia harus siap menuju hilirisasi. Strateginya, maksimalkan tenaga dalam negeri yang sudah ada. Kalau belum ada, kita harus berbesar hati terima dari luar (negeri). Jauh lebih penting adalah transfer knowledge. Tinggal bagaimana kita melakukan percepatan. Kita harus optimis di era ekonomi yang ‘gelap’. Ke depannya, kami ingin Indonesia menjadi salah satu pemain terbesar melalui hilirisasi. Tidak hanya ingin hilirisasi, kami juga ingin investasi yang masuk ke daerah wajib berkolaborasi dengan UMKM,” tanggap Bahlil.
Menanggapi kondisi ‘kegelapan’ global yang disampaikan oleh Menteri Investasi, Chairman of the Board & CEO Freeport Mc-MoRan Richard C. Adkerson berpendapat sama. Tidak ada yang dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Di tengah masa ‘kegelapan’ ini, kondisi di Amerika Serikat diperparah dengan respon penanganan Covid-19 yang terlambat, ditambah dengan adanya pergantian pemerintahan. Sebaliknya, Richard melihat penanganan Pemerintah Indonesia terhadap pandemi Covid-19 sangat baik sehingga ekonomi Indonesia saat ini dapat bertahan.
“Saya terkesan dengan respon Pemerintah Indonesia dalam penanganan pandemi Covid-19, tidak hanya dari penyediaan fasilitas kesehatan seperti vaksinasi kepada rakyatnya, namun juga pengendalian dampak ekonomi seperti inflasi,” puji Richard.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, M.Si. menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Investasi dan PT Freeport Indonesia (PT FI) atas diselenggarakannya acara ini. Ini merupakan contoh dari sebuah perusahaan besar yang tidak fokus terhadap investasi saja, namun juga menunjukkan kepeduliannya terhadap pembangunan sumber daya manusia di Indonesia.
“Hilirisasi bukan hanya pembangunan fisik dan infrastruktur, tapi juga pembangunan manusianya. Saya berterima kasih dengan contoh yang dilakukan oleh PT FI sebagai perusahaan besar. Selamat datang di kampus UI!” sambut Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, M.Si..
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Teguh Dartanto, Ph.D. dalam pengantar orasi ilmiah menyatakan topik hilirisasi dengan kearifan lokal sangat dekat dengan 3 fakultas yang terlibat dalam kegiatan ini, yaitu isu teknik, isu ekonomi dan isu sosial. Mimpi Indonesia untuk menjadi negara maju, keluar dari middle income trap. Syaratnya adalah transformasi ekonomi. Untuk itu, hilirisasi dilakukan agar perekonomian dalam negeri tumbuh, dengan prinsip lebih hijau dan lebih berkelanjutan. Caranya bagaimana? Ciptakan nilai tambah melalui hilirisasi. Investasi tidak sekadar angka, tapi yang memberikan dampak bagi masyarakat Indonesia.
“Dulu kita ekspor konsentrat, tetapi dengan hilirisasi, kita olah di dalam negeri, lalu produknya kita ekspor. Kenapa dilakukan? Karena nilai tambahnya akan jatuh di negara kita. Salah satu alasan kita bertahan selama Covid-19 ini adalah hasil dari hilirisasi, hingga ekspor kita meningkat drastis. Di sini juga ada isu kearifan lokal, di mana investasi tujuan akhirnya adalah pembangunan manusia dan bangsa kita. Salah satu yang penting di hari ini karena saya ingin membuka wawasan mahasiswa bagaimana isu hilirisasi ini. Hari ini kita sama-sama belajar. Kita harus kritis dalam berpikir tetapi harus terbuka dalam melihat perubahan yang ada,” kata Teguh Dartanto, Ph.D..
Divia, penerima beasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI menyampaikan apresiasinya atas kesempatan menerima beasiswa. Keikutsertaannya di acara Orasi Ilmiah memberikan wawasan baru atas strategi pemerintah, khususnya strategi ekonomi dan hilirisasi.
“Acara ini sangat keren dan insightful karena mahasiswa jadi mengetahui strategi pemerintah dalam peningkatan ekonomi dan apa yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk berkontribusi,” komentar Divia.
Nadira Indriani, mahasiswi FISIP UI mengatakan acara ini memberikan pandangan baru karena tidak hanya membahas soal ekonomi dan hilirisasi, namun juga dimensi baru tentang kearifan lokal.
“Harapan aku bagi pemerintah adalah jika membuat sebuah proyek (investasi), agar memperhatikan orang-orang yang termarjinal, seperti warga lokal. Kita tidak hanya melihat aspek ekonomis dan dampak luas, namun juga kondisi masyarakat sekitar,” ucap Nadira.
Pada kegiatan Orasi Ilmiah di UI ini, juga dilakukan penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara PT FI dengan FEB, FISIP dan FT UI yang disaksikan langsung oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM.
Orasi Ilmiah di UI merupakan lokasi keempat dari rangkaian kunjungan ketujuh perguruan tinggi besar di Indonesia. Rangkaian kegiatan orasi ilmiah ini akan dilanjutkan ke titik selanjutnya yaitu Universitas Cendrawasih dan STIE Port Numbay di Jayapura, dan berakhir di Universitas Hasanuddin di Makassar. (*)