DAELPOS.com – Memasuki musim hujan dipenghujung tahun 2023 ini, harga cabe di pasar-pasar mencapai Rp 80 -100 ribuan perkilogram. Namun bukan karena harga mahal itu yang membuat nenek Sunarti sampai mengajak anak dan menantunya terjun menanam cabe.
Ditemui di sela-sela sang sedang nenek menanam cabe di salah satu ladang di daerah Tikam Gajah, dusun IV Desa Sungai Besar Kecamatan Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau, Sunarti yang sudah berusia 63 tahun sama sekali tidak memperlihatkan kelemahannya sebagai orang tua.
“Saya sudah terbiasa bertani, menanam singkong, sayur sayuran seperti kangkung, bayam, kacang panjang, terong, kacang tanah, ada juga buah – buahan musiman seperti semangka, papaya dan sebagainya,” ujar Sunarti yang didampingi anak dan menantu.
Bahkan para cucu juga ikut sama orang tua mereka, sambil ikut layaknya ikut membantu. “Ah kalau cucu itu bisanya hanya mengganggu pekerjaan orang tua saja. Nah itu lihat, cucu itu maksudnya ingin ikut membantu menanam bibit, tapi bukan membantu malah bibitnya patah karena ditarik dengan keras”, lanjut Sunarti sambil tertawa.
Namun sang nenek tidak memarahi mereka, tapi disuruh agar para cucu ini bermain di sekitar ladang, supaya pekerjaan orang tua bersama sang nenek tidak terganggu. Disamping tanaman diatas, Sunarti dan anak anak juga menanam tanaman keras seperti durian, rambutan, lengkeng, pisang, ada juga jengkol, petai cina serta kelapa dan kolam ikan.
Tidak hanya itu, di ladang ini berdiri sebuah pondok yang tertata asri. “itu baru saja dibangun, itu juga dari hasil menanam cabe musim lalu di ladang anak yang nomor 4”, katanya. Ditanya berapa luas ladang yang dimiliki nenek, istri dari Abdul Halim, salah seorang tokoh masyarakat di dusun itu tidak menjawab, tapi oleh Subertamiko, salah seorang menantunya yang ikut ke ladang mengatakan luasnya sekitar 0,5 hektar. Begitu juga Dedi Hamdani, menantu nenek satunya menambahkan, cabe yang ditanam nenek Sunarti sekarang ini lebih kurang 2000 bibit.
Berbicara tentang tanaman cabe yang ditekuninya, nenek Sunarti mengaku belum lama menekuninya, sekitar 3 tahun terakhir inilah. Dia mengaku mendapatkan pelajaran sangat berharga dari menanam cabe ini. “Kalau berpikir hanya melihat harga cabe mahal saja, mungkin saya tidak akan mau menanam cabe,” cerita Sunarti.
Menurut ibu dari 11 putra dan dua putri ini, menanam cabe bukan sekedar untuk mencari untung saja, karena orang yang terjun dibidang ini banyak juga yang rugi, harga jatuh karena pasar kebanjiran panen cabe petani dan faktor lainnya.
“Saya melihat ada tantangan tersendiri dalam budidaya cabe ini. Salah satunya adalah bagaimana kita mampu melawan ego kita sendiri. Di cabe ada peraturan yang tanpa saya sadari harus dijalankan tanpa kompromi, bila hal ini tidak dilakukan, jangan harap hasil cabe akan maksimal”, kata Sunarti yang mengaku banyak belajar dari pengalaman menanam berbagai tanaman yang dibudidayakannya
Tanaman cabe termasuk tanaman yang membutuhkan perawatan intensif, jika waktunya harus disiram segera lakukan, jika turun hujan harus disemprot, begitu juga dengan pemupukan, mengatasi hama dan sebagainya harus tepat waktu.
“Jika dapat mengatasi ego kita, maka tingkat kesabaran akan lebih kuat, lebih tekun dan teliti dan tidak mudah putus asa. Karena itulah, saya selalu mengajak anak dan menantu untuk ikut bertani menanam apa saja. Ketika kita ada diladang bersama keluarga, kita bisa belajar banyak. Ikatan keluarga makin kuat, kebersamaan semakin erat. Disitu kelihatan antara satu dan lainnya saling memberi dan menerima,” ujar Sunarti mengakhiri pembicaraan disela sela istirahat minum teh dan makan kacang rebus hasil panen.(fay)