DAELPOS.com – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan bahwa keberadaan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) sebagai koperasi di sektor riil layak untuk dikembangkan. “Saya sudah diskusi dengan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), dan sudah memetakan problem-problem untuk membangkitkan kembali koperasi susu di Indonesia”, tandas Teten, usai meninjau Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) di Lembang, Bandung, Selasa (24/12).
Masalah pertama, lanjut Teten, ada kebutuhan untuk peremajaan indukan sapi yang berkualitas, agar produktifitas petani meningkat. Kedua, masalah kebutuhan lahan untuk pakan ternak. Ketiga, terkait pembiayaan. “Saya akan berkoordinasi dengan beberapa kementerian, terutama untuk mengakses lahan milik PTPN sebagai lahan pakan ternak. Juga koordinasi dengan kementerian lain menyangkut impor indukan, dan sebagainya”, jelas Teten.
Contoh lain, Kemenkop akan kerjasama dengan Kementan untuk memproduksi susu, Kemenkes supaya anak-anak sekolah secara berkala mengkonsumsi susu untuk mengurangi stunting, Kementerian BUMN supaya bisa memanfaatkan lahan-lahan yang idol atau lahan nganggur, dukungan pembiayaan Kemenkop sendiri memiliki LPDB KUMKM.
Soal pembiayaan, menurut Teten, sudah tidak ada masalah. Pasalnya, saat ini sudah ada KUR khusus untuk peternak dengan jangka waktu kredit lebih panjang. “Kita sudah ada itu, dan saya pikir sudah tidak menjadi masalah lagi”, tegas Teten.
Teten menambahkan, konsumsi susu rakyat Indonesia sebesar 8 juta liter, sementara produksi baru 1,5 juta liter. Artinya, kebutuhan susu nasional didominasi susu dari impor. “Jadi, sektor persusuan nasional harus menjadi satu kebijakan secara nasional. Sesuai arahan Presiden RI bahwa kita harus fokus di sektor produksi terutama yang berorientasi ekspor dan substitusi impor”, ucap Teten.
Sebelumnya, dalam diskusi di kantor Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Barat, Teten menyatakan, bangkitnya koperasi susu sangat diharapkan untuk menguatkan ekonomi rakyat. Dalam 10 tahun ke depan Indonesia menghadapi bonus demografi yaitu kondisi proporsi jumlah penduduk usia produktif terbesar dalam piramida penduduk Indonesia.
“Peningkatan jumlah penduduk disertai dengan peningkatan permintaan masyarakat akan bahan pangan termasuk di dalamnya produk susu dan olahannya, ini akan menjadi momentum bagi para peternak untuk terus meningkatkan produksinya guna memenuhi kebutuhan susu nasional tanpa bergantung pada produk impor,” kata Menkop.
Untuk itu, Teten kembali menegaskan bahwa perlu adanya kerjasama lintas sektor untuk memanfaatkan lahan perhutanan sosial untuk hijauan. Kerjasama dengan industri tepung untuk pengadaan weat pollard sebagai bahan baku konsentrat dan peningkatan mutu genetik melalui pengadaan sapi perah impor dengan skema pembiayaan KUR khusus peternakan.
“Ke depan peternak akan makin sejahtera, kebutuhan sapi, domba, kambing makin banyak”, tegas Teten lagi.
Segera Diatasi
Sementara itu, pengurus GKSI Unang Sudarma mengatakan, minum susu merupakan cara yang paling mudah untuk meningkatkan gizi, susu makanan paling mudah dicerna. Untuk itu ia berharap agar kendala-kendala terkait produksi susu harus segera diatasi.
Kendala itu antara lain pengadaan populasi bibit sapi perah dan kurangan modal. “Yang lebih penting juga bagaimana agar generasi milenial tertarik menjadi peternak sapi. Kini, usaha sapi perah menjadi usaha yang cukup menarik dengan menggunakan tekhnologi, tidak lagi terkesan kotor, kumuh dan kampungan,” harap Unang.
Dirut PT Industri Susu Alam Murni Yusuf Munawar mengungkapkan hal yang sama terkait sulitnya mendapatkan bibit yang bagus. Yusuf pun sepakat bila peternak susu ini dikelola koperasi akan menurunkan biaya produksi hingga 25%. “Kapasitas produksi 200 ton, dan saat ini baru dimanfaatkan 75%. Karenanya kami masih bisa memproduksi susu lebih banyak lagi jika bahan baku susunya tersedia,” jelas Yusuf.
Sedangkan peneliti dari Fakultas Peternakan Unpad Dr Ir Andre R Daud juga mengungkapkan permasalahan industri susu, produksi susu mengalami penurunan, harga produk rendah dan biaya produksi tinggi. Untuk itu Andre meminta bagaimana upaya menurunkan biaya produksi peternak sapi perah. “Alih fungsi lahan untuk ketersediaan hijauan yang makin berkurang,” saran Andre Daud.
Andre menyarankan, untuk perluasan pemasaran, jangan hanya menjual bahan baku susu, tapi bagaimana bisa penyedia bahan jadi atau susu olahan.
Dalam hal ini kerjasama dengan Kementan sangat diharapkan, “Saya berharap Kemenkop sebagai bapaknya yang mencari dananya, Kementan sebagai ibunya yang mengelola industrinya,” pungkas Andre Daud.