Robby Sumampow

Thursday, 15 October 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh:Dahlan Iskan

 DAELPOS.com – AKHIRNYA saya ke lapangan golf. Dan mengayunkan stik. Itulah untuk pertama kali, dalam hidup, saya mengayunkan stik golf. Aneh: kepala stiknya bisa mengenai bola. Bolanya pun bisa terbang cukup jauh.

Harian Disway-lah yang membuat saya ke lapangan golf. Untuk memenuhi permintaan rekanan, yakni pemilik lapangan golf itu: Bukit Darmo Golf (BDG) Surabaya.

Hari itu, Minggu lalu, ada pertandingan golf di situ. Harian Disway harus membuka acara itu. Saya datang lebih pagi. Agar pelatih di situ sempat mengajari saya memegang stik. Lalu cara mengayunkannya.

Baru tiga kali ayunan waktu pembukaan pun tiba. Maka saya lebih banyak berdoa daripada berusaha: ups… bisa juga.

Siangnya saya harus menyerahkan piala kepada para juara. Saya pun banyak mengobrol mengenai siapa pemilik lapangan golf itu. Yang belakangan sakit-sakitan.

Saya tahu bos di situ. Saya juga kenal adiknya. Bahkan saya hadir saat lapangan golf itu sedang dibangun. Bukan sebagai tamu, tapi sebagai wartawan. Itu sudah lama sekali. Tahun 1985.

Yang membuat proyek itu harus diliput adalah: kehadiran Panglima ABRI (kini TNI) Jenderal Benny Moerdani. Tapi kami tidak berani mendekat -apalagi minta komentarnya. Para wartawan, kala itu, sangat takut kepada Benny Moerdani.

Sikap Benny sangat dingin -kepada siapa saja. Wajahnya tidak pernah tidak serius. Tidak pernah terlihat tersenyum. Sikapnya tegas. Tapi juga proporsional.

Misalnya soal larangan Danramil dan Kapolsek memberikan wawancara pers. Benny punya alasan menarik. “Kalian, wartawan ini, umumnya sarjana. Danramil dan Kapolsek itu (waktu itu) lulusan SD. Pasti jawaban mereka kurang bagus. Apalagi kalau kalian tekan-tekan,” ujarnya di suatu pertemuan dengan para pemimpin redaksi.

See also  Buruh-Mahasiswa Akan Kembali Kepung DPR Tolak UU Cipta Kerja

Saat meninjau lapangan golf itu rumornya sangat kuat: Benny Moerdani adalah sahabat baik pemilik lapangan golf tersebut. Yakni pengusaha Jakarta asal Solo: Robby Sumampow. Yang sehari-hari dikenal sebagai Robby kethek.

Kethek, dalam bahasa Jawa, berarti kera. Atau monyet. Saya pun mencari tahu mengapa pengusaha yang begitu kaya mendapat nama panggilan kethek.

“Itu karena Robby lahir di tahun kera,” ujar Didi Darwis, pengusaha besar Jakarta yang sama-sama punya leluhur di Hokja, Tiongkok.

Robby memang lahir di Solo pada 1944. Tahun monyet. Saat itu ada pengusaha Solo lain yang juga bernama Robby. Yakni Robby Tjahjadi -pemilik pabrik tekstil yang sangat besar di Ungaran, dekat Semarang. Sama-sama asal Solo, sama-sama sukses, sama-sama Tionghoa, sama-sama punya nama depan Robby. Sejak itu nama panggilan kethek diberikan kepada Robby yang Sumampow.

Tapi bagaimana orang Solo punya nama belakang Sumampow?

Nama lahirnya adalah: Ie Kian Tiong. Waktu kecil Kian Tiong diambil anak angkat oleh seorang polisi asal Manado. Nama belakang polisi itu Sumampow. Ia tinggal di Solo. Tugasnya di kepolisian Solo. Dapat istri pun orang Solo.

Anak polisi Sumampow itu satu permainan dengan Kian Tiong. Bukan lagi teman sepermainan tapi sudah seperti saudara. Maka Kian Tiong dianggap sebagai anak Sumampow sendiri. Ketika orang Tionghoa Indonesia harus punya nama Indonesia, dipilihlah nama Robby Sumampow.

Adik bungsu Robby pun (dari 9 bersaudara) menggunakan nama yang sama: Hendro Sumampow. “Putra Pak Sumampow itu sekarang bersama kami di perusahaan kami,” ujar Hendro Sumampow yang menceritakan asal usul nama Manado itu.

Waktu membuka pertandingan itu saya bertanya pada manajer di situ: apakah Pak Robby masih sering ke sini?

See also  DPR, Soal PAW Jhoni Allen, Butuh Waktu dan Tidak Cepat

Saya tidak menduga bahwa pertanyaan itu salah waktu. Detik itu Robby Sumampow lagi kritis di ICU di RS Singapura. Lalu meninggal dunia keesokan harinya. Jenazahnya dimakamkan di Solo pagi ini.

Di Surabaya, Robby dikenal luas memiliki lahan sekitar 200 hektare. Lahan itu dibelah jalan tol. Sisi barat jalan tol itulah yang dijadikan lapangan golf. Dan perumahan mewah. Dan mal. Dan apartemen.

Yang sisi timur tol masih berupa lahan kosong yang luas.

Robby memang punya banyak properti. Di Jakarta. Di Bandung. Jogja. Surabaya. Dan tentu juga di Solo.

Nama Robby mulai nge-top saat Indonesia mengambil alih Timor Timur. Waktu itu Benny Moerdani mencari pengusaha yang mau berjuang bersama tentara di Timor Timur.

Yakni agar ada pengusaha yang mau mengirim barang kebutuhan rakyat Timtim. Mulai bahan makan, sandang, sampai kendaraan seperti sepeda. Agar rakyat Timtim bisa hidup lebih baik setelah menjadi warga negara Indonesia.

Persoalannya: kapal pengangkut barang ke Timtim itu pulangnya akan kosong. Itu menjadi mahal. Maka Robby Sumampow diberi hak monopoli kopi hasil bumi Timtim. Untuk mengisi kapal yang kosong menuju Surabaya.

Timtim membuat Robby akrab dengan Jenderal Benny Moerdani. Apalagi saat itu uang operasi untuk militer tidak bisa dipenuhi seluruhnya oleh APBN.

Robby pun menyanggupi tantangan ABRI saat itu. Ada unsur berjudi di situ. Tapi Robby adalah pejudi yang asli. Hobi judinya dikenal luas oleh teman-temannya. Pun sampai Las Vegas.

Bahkan Robby pernah mendirikan proyek perjudian di sebuah pulau milik Australia. Yang letaknya hanya 1 jam penerbangan dari Jakarta. Yakni pulau Christmas. Yang letaknya di laut, di selatan Pelabuhan Ratu.

See also  Mendagri Tito Divaksin Covid-19

Logikanya: banyak sekali pejudi dari Indonesia mau ke sana. Hanya terbang satu jam. Tentu mereka mau ke Christmas Island yang begitu dekat. Robby pun menyediakan pesawat carter jurusan Jakarta-Christmas Island.

Ternyata proyek itu tidak sebagus perencanaannya. Sepi. Akhirnya ditutup.

Robby memang punya modal nama: yakni sebagai orang yang punya kemampuan mengelola judi. Ia pernah dipercaya pemerintah untuk mengelola judi lotre Indonesia: SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah). Robby pun mengajak Didi Darwis untuk ikut sama-sama menangani SDSB. Menjadi pemegang saham.

Robby dikenal teman-temannya sebagai setia kawan. “Saya masih sering bertemu di Singapura. Masih sering juga diajak ke MBS,” ujar Didi Darwis. MBS adalah Marina Bay Sands -pusat perjudian di Singapura.

Robby, kata Darwis, juga tidak pilih-pilih tempat makan. Di pinggir jalan pun ia datangi. Asal enak.

Tapi kebiasaan merokoknya tidak terkendali. Pun ketika sudah mengeluh dadanya sesak. Sampai pun di tengah pandemi ini. Lalu terpaksa diterbangkan ke Singapura dengan pesawat khusus. Diketahuilah ia menderita kanker paru. Sudah stadium akhir. Akhirnya meninggal dunia itu -di usia 77 tahun.

Kesukaan Robby yang lain adalah menyanyi. Apalagi suaranya memang merdu. Ia bisa di sebuah karaoke sampai pagi. Dan lagu yang paling disukai adalah ini: lagu-lagu Elvis Presley.

Berita Terkait

Bandung Lautan Palestina, Ribuan Massa Tuntut Hentikan Genosida
Cuan Penjual Kue Kering Jelang Lebaran
Jasa marga: Arus Mudik One Way KM 70 s.d KM 188
Indonesia Harus Tampil sebagai Negara Tengah Berkualitas di Forum Global
Elnusa Peduli Sesama, Gerak Cepat Bantu Korban Banjir Jabodetabek
Kecelakaan Truk di Tol Cipularang Arah Bandung Diduga Akibat Pecah Ban
22 Tahun KPK Berdiri Banyak Pejabat Publik Jadi Tersangka
Penanganan Pascakebakaran Kemayoran Jakarta, Kementerian PU Mobilisasi Sarana Sanitasi dan Air Minum di Lokasi Pengungsian

Berita Terkait

Sunday, 20 April 2025 - 19:33 WIB

Bandung Lautan Palestina, Ribuan Massa Tuntut Hentikan Genosida

Saturday, 29 March 2025 - 19:00 WIB

Cuan Penjual Kue Kering Jelang Lebaran

Thursday, 27 March 2025 - 14:13 WIB

Jasa marga: Arus Mudik One Way KM 70 s.d KM 188

Monday, 24 March 2025 - 20:38 WIB

Indonesia Harus Tampil sebagai Negara Tengah Berkualitas di Forum Global

Tuesday, 11 March 2025 - 05:40 WIB

Elnusa Peduli Sesama, Gerak Cepat Bantu Korban Banjir Jabodetabek

Berita Terbaru

R Haidar Alwi / foto ist

News

Kebut IPR Solusi Genjot Penerimaan Negara

Saturday, 26 Apr 2025 - 06:05 WIB

Berita Terbaru

Pertamina Dukug Ajang Scooter Prix 2025

Friday, 25 Apr 2025 - 17:15 WIB