DAELPOS.com – Semua pihak harus berkolaborasi menggerakkan budidaya kedelai secara masif. Bila seluruh instrument mau ‘turun tangan’, Indonesia sangat bisa mandiri dalam pemenuhan kebutuhan kedelai skala nasional.
“Sekarang adalah waktu yang tepat agar para petani dan pemerintah melakukan budidaya kedelai,” tegas Anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelus Ulama Indonesia (MUI) Pusat, H.Ayep Zaki dalam keterangannya, Senin (14/2).
Dijelaskan Ayep Zaki, kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 3 juta ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia harus mengimpor 80% atau setara 2,4 juta ton. Jika dikonversikan dengan harga per kilogram kedelai belakang ini yang Rp10 ribu, artinya Indonesia mengeluarkan devisa mencapai Rp24 triliun.
“Devisa kita 24 triliun rupiah untuk membeli kedelai ke negara importir,” tegas Ayep.
Pria asal Sukabumi itu mengakui, sampai saat ini sedang fokus membangkitkan ekonomi masyarakat dan petani di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat melalui berbagai program. Salah satunya melalui program budidaya kedelai mandiri seluas 25 ribu hektare.
Menurutnya, saat ini program yang akan melibatkan ratusan ribu petani itu telah mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti Kementerian Pertanian RI. Oleh karenanya pihak perbankan harus bisa membiayai budidaya kedelai mandiri dengan platform kredit delapan juta rupiah per hektare.
“Ayep Zaki bersama tim menjamin kepada bank yang mengucurkan kredit budidaya kedelai mandiri ini, delapan juta rupiah per hektarenya,” kata Ayep Zaki.
Masih kata Ayep Zaki, nantinya program tersebut tak terbatas hanya berjalan di Kabupaten Sukabumi saja, melainkan juga dilaksanakan di berbagai daerah lainnya sebagai upaya nyata membangkitkan taraf ekonomi para petani.
Selain mendapat edukasi dan bimbingan selama penanaman, para petani juga tak perlu khawatir karena hasil taninya sudah pasti akan dijamin pembeliannya melalui off taker yang tentunya akan dibeli dengan harga yang mampu menyejahterakan petani.
“Ayep Zaki bersama tim akan menjamin. Pertama adalah menjamin off taker 100 persen hasilnya dibeli. Tentu saja dengan harga disesuaikan dengan harga pembelian daripada GAPOKTINDO (Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia),” kata dia.
Ditambahkan Ayep Zaki, pihaknya juga akan melakukan jaminan kualitas terhadap bibit kedelai yang memang sangat ketat kriterianya berdasarkan sertifikasi yang dikeluarkan balai benih melalui lembaga pemerintah.
“Kami juga memberikan jaminan pembelian hasil tani dan spesifikasi benih terbaik. Bahkan, juga melakukan pendampingan termasuk menyiapkan tim anti hama untuk menekan potensi gagal panen bagi petani akibat hama,” papar Ayep Zaki.
Selain itu, lanjut Ayep, bersama tim juga menjaga kualitas hasil para petani dengan menggunakan pupuk campuran berkualitas terbaik dan diakui berbagai kalangan. Tentunya pupuk tersebut bukan pupuk subsidi pemerintah, melainkan pupuk NPK, Nitrea dan 30 persen pupuk batubara.
“Jadi di situ ada NPK-nya non subsidi ada Nitreanya non subsidi dan juga ada pupuk batubara yaitu Futura 30 persen. Pupuk lainnya 70 persen pupuk batubarnya 30 persen,” tanda Ayep.
Dengan paparan tersebut, Ayep Zaki meminta kepada perbankan agar dapat bersama-sama para petani untuk mempermudah kredit usaha rakyat agar program budidaya kedelai mandiri bisa dilaksanakan petani Indonesia.
“Karena kami, Ayep Zaki bersama tim menjamin kredit yang mengucurkan melalui program kedelai mandiri ini karena kita bersama-sama dengan off taker,” pungkas dia.