DAELPOS.com – Kementerian Sosial mengawal kepulangan 41 Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Arab Saudi. Pemulangan mereka berasal dari shelter Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) Riyadh dan Jeddah.
Beriringan
dengan itu, sebanyak 137 PMI dari Malaysia akibat mengalami deportasi.
Kemudian ada juga 5 orang dari Kamboja. Sehingga total terdapat 183 PMI
dimana mereka kembali ke tanah air secara bergelombang dari akhir April
hingga 5 Mei 2022.
Menteri
Sosial Tri Rismaharini telah menginstruksikan kepada jajaran untuk
memberikan layanan kepada PMI yang tiba di tanah air. Kini, 183 PMI
telah berada di sentra Kemensos dan melalui tahapan assessment.
Petugas
di setiap sentra telah mengidentifikasi latar belakang PM, seperti
identitas lengkap, permasalahan yang dialami, kisah awal mereka dapat
bekerja di luar negeri, sampai keinginan PM sepulangnya ke Indonesia.
Berbagai masalah mereka hadapi saat bekerja di Arab Saudi, mulai dari
kekerasan yang dilakukan majikan sampai gaji yang tidak dibayarkan.
Dengan
pengalaman yang tidak selalu nyaman di luar negeri, PMI akan
mendapatkan pengarahan dan motivasi. “Para pendamping akan mengubah cara
berpikir PMI. Selama ini mereka berpikir jika bekerja di luar negeri
membuat ekonominya lebih baik, namun ternyata tidak juga,” kata Direktur
Rehabilitasi Sosial Anak dan Plt. Direktur Rehabilitasi Sosial Korban
Bencana dan Kedaruratan Kanya Eka Santi di Jakarta (12/05).
Kemensos
akan mengarahkan bagaimana cara mendapatkan penghasilan yang layak di
negeri sendiri. “Kita akan yakinkan jika kembali ke Indonesia akan
membuat keadaan mereka lebih baik, terlebih sebelumnya beberapa
mendapatkan perlakuan buruk oleh majikannya saat bekerja di luar
negeri,” kata Kanya.
Melalui
sentra-sentra milik Kementerian Sosial, mereka mendapatkan layanan dan
pendampingan sesuai dengan permasalahan yang mereka hadapi. Sentra yang
akan menindaklanjuti disesuaikan dengan wilayah kerja dengan tempat
domisili PMI.
Kemensos
akan menyiapkan bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berupa
dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, dukungan keluarga, bantuan
sosial, atau dukungan aksesibilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Bantuan
lain yang juga disiapkan adalah bantuan kewirausahaan bagi PMI. Bantuan
ini disiapkan sejalan dengan kebutuhan yang disampaikan para PMI selama
menjalani assessment.
Bantuan
kewirausahaan menjadi prioritas, melihat minat para PM yang secara umum
berniat membangun usaha untuk menopang kelangsungan hidup mereka. Usaha
yang mereka inginkan antara lain membangun usaha warung kelontong dan
warung makan.
Layanan
akan terus dimaksimalkan dan dievaluasi dari hari ke hari untuk
memastikan bantuan sesuai kebutuhan dan bermanfaat bagi PMI. Kemensos
tidak lepas tangan begitu saja dalam jangka waktu cepat, pendamping akan
melihat bagaimana tingkat kemandirian mereka terbangun.
“Indikator
keberhasilan dapat dilihat dari bagaimana mereka dapat hidup mandiri,
menjalankan usahanya sesaat pulang dari luar negeri. Seperti bagaimana
mereka sudah dapat mencatat keuangan usaha, tidak memiliki sikap
konsumtif. Untuk mencapai itu kita upayakan kinerja pendamping yang ada
di lapangan,” Kanya menambahkan.
Penanganan
terhadap para PMI dilakukan Kemensos dengan menjalin koordinasi dengan
pemerintah daerah, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI),
dan instansi terkait lainnya.
Perhatian terhadap PMI ditunjukkan secara langsung oleh Mensos dalam kesempatan berkunjung ke Arab Saudi bulan lalu. Dalam kunjungannya ke tanah suci, Mensos menyapa 20-an orang perwakilan PMI di Kedutaan Besar RI (KBRI), Riyadh (30/3).
Dalam pertemuan itu, Mensos berdialog dengan perwakilan PMI. Mensos mendengarkan ungkapan keinginan dan permasalahan yang mereka hadapi. Mensos kemudian memberikan sejumlah arahan, tak terkecuali membantu masalah yang mereka hadapi, memfasilitasi kepulangan mereka sampai memberikan layanan dasar.