DAELPOS.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong Integrated Farming System (IFS) di Indonesia, khususnya di Desa Kopeng, Jawa Tengah. Hal itu ditunjukan dengan melakukan kunjungan Kelompok Riset Industri Kecil-Menengah dan Inovasi Ekosistem yang Berkelanjutan bersama Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (SPBPDH) BRIN untuk mengadakan penjajakan kolaborasi ke Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Citra Muda dan PO Sayur Organik Merbabu (SOM), belum lama ini.
Integrated Farming System (IFS) atau sistem pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, dan perikanan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Sistem ini bertujuan untuk menciptakan agroekosistem yang mendukung pelestarian sumber daya alam, peningkatan ekonomi, dan kesejahteraan petani. “Sistem ini dianggap menjadi model yang pas untuk ditiru para petani dan peternak, maupun koperasi di sektor pangan,” kata Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, Nugraha Adi Sasongko.
Pada kesempatan ini, Nugroho juga menjelaskan bahwa pengembangan model smart supply chain yang ditawarkan BRIN ini akan memperhatikan berbagai aspek dan komponen yang mendukung dan sejalan dengan karakteristik sektor pertanian. Dengan pengembangan smart supply chain ini pertanian tidak hanya terfokus pada pengembangan smart technology, akan tetapi social engineering, pemahaman budaya serta potensi setiap wilayah menjadi dasar dalam pengembangan smart supply chain.
Langkah awal pengembangan model smart supply chain akan dimulai dari pengembangan basis produksi untuk setiap kategori komoditas pada cakupan wilayah potensi, dilanjutkan dengan pengembangan klaster tani sebagai upaya untuk mengintegrasikan ketersediaan pasokan, kualitas dan kontinyuitas pasokan. “Pengembangan layanan logistik perdesaan dan mengintegrasikan dengan layanan logistik perkotaan menjadi indikator keberlanjutan pengembangan sistem logistik yang efisien dan efektif yang dikemas dalam simpul pangan (food hubs),” tutur Nugroho.
Di sisi lain, P4S Citra Muda dan PO Sayur Organik Merbabu (SOM) merupakan kelompok usaha produksi dan pemasaran sayur organik di tingkat kelompok tani yang berada di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, terdapat inisiatif menarik dalam produksi sayur organik yang dimulai sejak tahun 2007. Usaha ini merupakan hasil kerjasama antara Kelompok Tani yang terdiri dari 30 anggota dan sebuah perusahaan pengemasan serta pemasaran sayur.
Saat ini, P4S Citra Muda dan PO SOM telah berkembang menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Swadaya (P4S) Citra Muda. Dalam menjalankan usaha ini, kelompok tani menggunakan pupuk dan pestisida organik yang mereka produksi sendiri. Pupuk organik dibuat dari limbah sayuran yang tidak layak jual dan kotoran ternak dari petani sekitar. Sementara itu, pestisida organik dibuat dari tanaman dengan khasiat sebagai pestisida, yang mendukung pertanian yang ramah lingkungan.
Sistem pemasaran yang diterapkan memanfaatkan platform online seperti Instagram dan WhatsApp, dengan kapasitas pengemasan mencapai 500 kg sayur per hari. Penentuan jenis sayur yang ditanam berdasarkan analisis permintaan pasar yang dilakukan berbasis data yang telah direkam dari beberapa tahun sebelumnya.
Meskipun usaha ini menunjukkan perkembangan yang signifikan, mereka masih menghadapi tantangan, terutama dalam mengintegrasikan pemanfaatan limbah sayur dengan limbah ternak. Hal ini penting untuk menciptakan praktik pertanian yang menerapkan konsep zero waste, sehingga dapat memaksimalkan sumber daya dan mengurangi dampak lingkungan. Melihat kondisi demikian, periset BRIN menawarkan kerjasama riset berupa kajian Pengembangan model smart supply chain dalam pengelolaan limbah sayuran dan peternakan menjadi produk pupuk organik untuk mendukung keberlanjutan usaha sayuran organik di agroekosistem dataran tinggi.