daelpos.com – R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, mengingatkan pentingnya sikap kritis masyarakat dalam menghadapi derasnya arus informasi global. Haidar Alwi menekankan bahwa setiap kabar harus diverifikasi kebenarannya, agar bangsa tidak mudah digiring ke opini yang melemahkan persatuan. Menurutnya, yang lebih mendesak adalah bagaimana Indonesia mampu membaca arah dunia, mengelola sumber daya, dan menjaga martabat bangsa di tengah persaingan negara-negara besar.
“Rakyat Indonesia harus terbiasa menimbang informasi dengan akal sehat. Jangan terburu-buru percaya sebelum jelas kebenarannya. Bangsa yang dewasa adalah bangsa yang bijak dalam menyikapi kabar,” kata Haidar Alwi.
Ekonomi: Nikel dan Harapan Kemandirian.
Indonesia kini menjadi produsen nikel terbesar di dunia dengan pangsa lebih dari 60 persen. Nikel bukan sekadar komoditas ekspor, melainkan kunci dalam transisi energi global menuju kendaraan listrik dan energi terbarukan. Investasi besar, seperti pembangunan kawasan industri baterai dengan nilai miliaran dolar, adalah bukti bahwa Indonesia menjadi perhatian dunia.
Namun, sebagian besar kapasitas pengolahan nikel masih dikuasai perusahaan asing, terutama dari Tiongkok. Kondisi ini menuntut kebijakan yang hati-hati. Pemerintah harus memastikan rakyat mendapat manfaat terbesar dari sumber daya alam, bukan hanya menjadi penonton di tanah sendiri.
“Indonesia harus berani mengubah struktur ekonomi agar lebih berpihak kepada rakyat. Hasil bumi kita adalah milik bangsa, bukan milik asing semata,” tegas Haidar Alwi.
Pemerintah juga mulai membuka relaksasi ekspor pada sejumlah kategori produk, seperti hasil hutan dan material plastik. Kebijakan ini bisa menjadi ruang untuk memperkuat industri nasional sekaligus menjaga hubungan internasional.
“Setiap kebijakan ekonomi harus menempatkan rakyat sebagai penerima manfaat utama. Itulah makna dari Pasal 33 UUD 1945,” jelas Haidar Alwi.
Politik: Transparansi dan Kepemimpinan yang Visioner.
Proyek strategis seperti kereta cepat Jakarta Bandung adalah contoh bagaimana investasi asing masuk ke infrastruktur vital Indonesia. Namun, proyek semacam ini harus dijalankan dengan transparansi. Tanpa keterbukaan, isu negatif akan mudah berkembang dan melemahkan kepercayaan publik.
“Transparansi adalah kunci agar rakyat tetap percaya pada arah pembangunan. Setiap proyek besar harus dijelaskan manfaatnya, sekaligus risikonya, kepada publik,” kata Haidar Alwi.
Haidar Alwi juga mengingatkan Presiden Prabowo Subianto agar jeli menilai kinerja para pembantunya. Menurutnya, tidak semua menteri akan berjalan sesuai visi besar bangsa. Koreksi harus dilakukan demi konsistensi pembangunan.
“Presiden harus menegaskan bahwa loyalitas menteri adalah kepada rakyat dan konstitusi. Jika ada yang melenceng dari jalur, langkah tegas harus diambil,” tegas Haidar Alwi.
Geopolitik: Peluang dalam Rivalitas Global.
Indonesia berada di tengah rivalitas besar antara Amerika Serikat dan Tiongkok, terutama dalam energi terbarukan. Kedua negara membutuhkan nikel Indonesia sebagai bahan baku utama baterai kendaraan listrik. Di sinilah posisi Indonesia menjadi sangat strategis.
Membuka peluang kerja sama dengan Amerika Serikat bukan berarti meninggalkan Tiongkok. Sebaliknya, ini adalah bagian dari strategi agar Indonesia tidak bergantung pada satu pihak. Dengan langkah yang tepat, Indonesia bisa memosisikan diri sebagai penentu arah dalam transisi energi global.
“Indonesia tidak boleh menjadi sekadar arena perebutan. Indonesia harus berdiri sebagai poros yang menentukan, dengan diplomasi yang elegan dan bermartabat,” jelas Haidar Alwi.
Sebagai anggota ASEAN dan bagian dari Global South, Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan geopolitik dunia. Keberanian mengambil posisi independen akan membuat Indonesia semakin dihormati.
Solusi dan Jalan Kebangsaan.
Menurut Haidar Alwi solusi untuk bangsa ini jelas dan terukur. Pertama, mempercepat pembentukan badan khusus mineral strategis untuk mengawasi dan mengamankan aset bangsa. Kedua, memperkuat koperasi tambang rakyat sebagai instrumen agar kekayaan alam dinikmati rakyat. Ketiga, memastikan kontrak proyek besar diumumkan secara terbuka sehingga masyarakat bisa ikut mengawasi.
“Dengan cara ini, rakyat bukan lagi penonton, melainkan pemilik sah kekayaan negeri,” kata Haidar Alwi.
Haidar Alwi juga menekankan bahwa diplomasi Indonesia harus selalu elegan: tegas membela kepentingan nasional, tetapi tetap menjaga hubungan baik dengan mitra internasional. Itulah jalan untuk memastikan pembangunan berjalan dengan damai sekaligus bermartabat.
“Diplomasi bukan berarti tunduk. Diplomasi berarti cerdas menjaga martabat bangsa di tengah persaingan global,” tegas Haidar Alwi.
Optimisme untuk Negeri.
Optimisme tetap menjadi fondasi. Dengan kekayaan alam yang melimpah dan penduduk yang produktif, Indonesia memiliki modal besar untuk memimpin transisi energi dunia. Pemerintahan Prabowo Subianto punya kesempatan emas untuk mencatat sejarah sebagai pemimpin yang mengangkat martabat bangsa, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di mata dunia.
“Masa depan Indonesia ada di tangan kita. Hanya dengan persatuan, kedaulatan, dan kepemimpinan yang visioner, bangsa ini akan berdiri tegak di hadapan dunia,” pungkas Haidar Alwi.