daelpos.com – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus melakukan penanganan jembatan nasional yang sempat terputus akibat bencana banjir bandang di Provinsi Aceh. Dari 16 jembatan yang telah ditangani, sebanyak 12 jembatan sudah kembali fungsional pada lokasi eksisting meskipun masih menggunakan struktur darurat, sehingga lalu lintas tidak terputus.
Percepatan penanganan dilakukan Kementerian PU melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) di Aceh dengan berbagai metode tanggap darurat, mulai dari pemasangan Jembatan Bailey, penimbunan oprit, pemasangan pelat baja dan kayu, pemasangan box culvert hingga pemanfaatan jalan alternatif. Pendekatan ini memungkinkan akses tetap fungsional sembari menunggu penanganan jembatan secara permanen, sehingga konektivitas antarwilayah, mobilitas masyarakat, serta distribusi logistik dapat berjalan.
Menteri PU Dody Hanggodo menegaskan bahwa menjaga konektivitas menjadi prioritas utama pemerintah dalam situasi darurat bencana, mengingat peran strategis jalan dan jembatan sebagai penggerak utama aktivitas masyarakat dan distribusi logistik.
“Konektivitas adalah urat nadi kehidupan masyarakat. Dalam kondisi bencana, yang terpenting adalah memastikan akses tetap terbuka agar mobilitas warga, bantuan kemanusiaan, dan distribusi logistik tidak terhenti,” kata Menteri Dody.
Dua belas jembatan nasional yang sudah kembali fungsional dengan menggunakan struktur darurat adalah Jembatan Kreung Tingkeum berlokasi di Kota Bireuen pada ruas Batas Bireuen–Aceh Utara (Lintas Timur). Jembatan ini memiliki panjang total 120 meter dengan tiga bentang dan struktur gelagar baja, dibangun pada 2017. Jembatan Bailey sepanjang 63 meter telah dipasang pada lokasi bentang yang rusak dan fungsional sejak 27 Desember 2025 dengan jalur alternatif Awe Geutah yang telah lebih dahulu difungsikan pada 18 Desember 2025.
Kemudian Jembatan Alue Kulus berada di ruas Batas Bireuen–Bener Meriah–Aceh Tengah sebagai jembatan lintas penghubung. Jembatan yang dibangun pada 1992 ini memiliki panjang 16 meter dengan satu bentang menggunakan struktur gelagar beton pratekan. Penanganan darurat dilakukan melalui penimbunan setengah badan jalan, sehingga jembatan darurat kembali fungsional sejak 18 Desember 2025.
Jembatan Kreung Rongka terletak di ruas Batas Bireuen–Bener Meriah–Aceh Tengah (Lintas Tengah). Jembatan yang dibangun pada 1983 ini memiliki panjang 12,5 meter dengan satu bentang menggunakan struktur gelagar beton bertulang. Penanganan darurat dilakukan melalui penimbunan dan pemasangan box culvert serta fungsional sejak 21 Desember 2025.
Jembatan Weihni Lampahan merupakan jembatan dengan tipe box culvert beton bertulang yang dibangun pada 1979, berada pada ruas penghubung Bireuen–Bener Meriah–Aceh Tengah. Penanganan darurat dilakukan melalui penimbunan oprit, dan telah fungsional sejak 19 Desember 2025. Penanganan permanen direncanakan dengan pembangunan jembatan rangka baja sepanjang 60 meter pada posisi jembatan eksisting.
Jembatan Wehni Rongka berada pada ruas penghubung Bireuen–Bener Meriah–Aceh Tengah dan merupakan jembatan rangka baja satu bentang sepanjang 35 meter yang dibangun pada 1992. Bencana menyebabkan keruntuhan oprit serta guling pada struktur bangunan bawah. Penanganan darurat dilakukan dengan pembuatan jalur detour di samping jembatan eksisting menggunakan timbunan dan box culvert sehingga dapat dilalui sejak 24 Desember 2025.
Jembatan Timang Gajah terletak di ruas Batas Bireuen–Bener Meriah–Aceh Tengah. Jembatan ini memiliki panjang 26,2 meter dengan satu bentang, menggunakan struktur gelagar beton pratekan, dan dibangun pada 1993. Banjir bandang mengakibatkan keruntuhan total struktur jembatan. Penanganan darurat dilakukan melalui pembuatan jalur detour dengan memanfaatkan timbunan, pelat baja, dan kayu, sehingga akses kembali fungsional sejak 24 Desember 2025.
Enam lokasi jembatan lainnya yang sempat terputus juga sudah dapat dilalui secara darurat seperti Jembatan Kreung Meureudu sejak 12 Desember 2025 dengan penanganan penimbunan, Jembatan Simamora II sejak 24 Desember 2025, Jembatan Lawe Mengkudu I sejak 23 Desember 2025, Jembatan Lawe Penanggalan sejak 29 Desember 2025 serta Jembatan Krueng Pelang sejak 28 Desember 2025 melalui penimbunan oprit. Kemudian Jembatan Teupin Mane juga sudah fungsional dengan struktur tanggap darurat melalui pemasangan Jembatan Bailey dan sudah dapat dilalui sejak 15 Desember 2025.
Selanjutnya terdapat 3 jembatan yang secara struktur masih terputus, namun mobilitas masyarakat tetap terlayani melalui jalan daerah atau jalur alternative yakni Jembatan Weihni Enang-Enang, Jembatan Jamur Ujung, dan Jembatan Titi Merah.
Kemudian jembatan dalam tahap penanganan lanjutan yakni Jembatan Krueng Beutong. Akses sementara telah difungsikan menggunakan jembatan kayu sejak 15 Desember 2025, dan pemasangan Jembatan Bailey ditargetkan selesai pada 31 Desember 2025. (*)








