Oleh: Muhtar Sadili Syihabudin
Pengkaji Studi Islam
DAELPOS.com – Kehadiran perempuan dalam podium kekuasaan bukan barang baru. Sejarah mencatat Ratu Bilqis sebagai seorang pemimpin pada masa Nabi Sulaiman. Dikenal sebagai seorang pemimpin cantik, pintar dan berpikiran ke depan. Banyak raja-raja berusaha melamarnya, tapi kandas di tengah jalan. Para raja penasaran campur kagum pada sosok yang terkenal bukan hanya soal elok rupa, tapi piawai memimpin rakyatnya.
Kualiatas kemanusiaan seorang ratu yang satu ini dikenalkan Alqur’an sebagai kepemimpinan perempuan. Bahwa memimpin tak mengenal jenis kelamin, asal ada modal kecakapan moral dan intelektual yang cukup. Kepintaran Ratu Bilqis diakui mampu menjadikan pembangunan negerinya. Istana Ratu Bilqis dilukiskan penuh kolam, taman, bangunan dan irigasi air yang bagus.
Ratu Bilqis punya wawasan ke depan, mampu menangkap sinyal kemajuan untuk kesadaran ber-Tuhan yang ditawarkan oleh nabi Sulaiman. Dengan surat ajakan untuk ber-Tuhan yang dibawa oleh burung hud-hud itu, Ratu Bilqis akhirnya bertauhid sekaligus dipersunting oleh nabi sulaiman.
Pada masa jauh setelahnya kita mengenal perdama menteri inggris dengan julukan wanita besi. Margaret Teacher namanya, memimpin Inggris di kala perang dingin berkecamuk antara Blok Timur-Barat. Kedua blok kekuatan dunia berebut pengaruh di setiap konflik di belahan bumi ini. Negara kita sempat masuk dalam pusaran kekuatan itu, meski dengan tetap teguh pada “politik bebas aktif”.
Wanita besi dikenal bisa memutuskan keberpihakan yang tetap proporsional. Meski Inggris masuk dalam Blok Barat bersama negara digdaya Amerika, tapi tetap menjungjung tinggi nilai kemanusiaan. Sampai batas tertentu mampu mencegah konflik berkepanjangan, terutama di daerah Timur Tengah yang kerap jadi bulan-bulanan kepentingan memanfaatkan minyak bumi.
Belakangan kita disuguhkan Presiden pertama perempuan negeri ini, Megawari Soekarno Putri. Sosok yang dikenal pendiam ini mampu mengendalikan partai besar; PDIP, untuk waktu yang cukup lama. Setiap ucapan Ibu Mega mampu menenangkan massa banteng kala mengamuk jika ada yang mengusik kepentingannya. Meski menjabat karena berakhirnya kepemimpinan Gus Dur, sejarah mencatat Ibu Mega sebagai presiden sekaligus pimpinan partai yang dihormati tokoh nasional.
Pesan dari semua kisah kepemimpinan perempuan hampir sama. Perpaduan lembut bicara dan cendrung hati-hati dalam memutuskan perkara. Sifat-sifat keibuan yang melekat pada pemimpin perempuan menjadi dominan dalam langkah kepemimpinannya. Perbedaan jelas dari kepemimpinan perempuan memunculkan rasa teduh dan terlindungi bagi rakyatnya.
Alqur’an sendiri menjelaskan kepemimpinan itu milik semua jenis kelamin. Argumen kesetaraan gender lebih disebabkan oleh motivasi kemuliaan di hadapan Yang Kuasa adalah kualitas ketaqwaan, bukan pada jenis kelamin seseorang. Keutamaan karena bertaqwa adalah kunci bagi siapa saja untuk memegang amanah kepemimpinan.
Sejarah yang tercatat dalam Alqur’an seperti Ratu Bilqis, dan yang terlihat dalam waktu selanjutnya di lapangan. Ini semua menyimpan pesan kepemimpinan perempuan tetap bisa jadi rujukan di masa mendatang.
Di negeri ini masih banyak perempuan yang layak memimpin. Sebagaimana tetap dituntut bagi setiap warga untuk terus mengawasinya. Karena perempuan atau laki-laki punya kecendrungan sama untuk mendekat pada kualitas takwa. Sekaligus mempunyai nafsu untuk terus digoda oleh kilau kekuasaan.
Hanya dengan niat tulus dan gigih memperjuangkan kesejahteraan rakyat yang bisa menyelamatkan sebuah kepemimpian, laki-laki maupun perempuan. Kita harus punya ruang apresiasi sama pada semua pola kepemimpinan ini.