DAELPOS.com – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga turut meresmikan Womenpreneurs Indonesia Networks (WIN) di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar Bali, Senin (31/1). WIN merupakan sebuah platform dan jaringan kewirausahaan perempuan Indonesia yang diinisiasi oleh International Council for Small Business (ICSB), KemenPPPA, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), serta Indonesia Healthcare Corporation (IHC).
“Kami sangat berharap, WIN dapat menjadi wadah bersama untuk pemberdayaan perempuan dan penguatan jaringan kewirausahaan perempuan Indonesia. Bagi para pengusaha perempuan, marilah kita satukan kekuatan, saling mendukung, saling berbagi, saling menginspirasi, dan saling memotivasi. Karena dengan saling berdaya dan memberdayakan satu sama lain, perempuan dapat mencapai kemajuan,” ujar Menteri Bintang.
Menurut Menteri Bintang, peluncuran WIN dapat mendukung pencapaian salah satu isu prioritas KemenPPPA, yaitu peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berperspektif gender. “Kami melihat hal ini akan menjadi hulu dari lima Arahan Presiden Republik Indonesia yang harus kami selesaikan hingga tahun 2024. Dalam pemberdayaan perempuan di bidang kewirausahaan ini, kami akan fokuskan kepada perempuan prasejahtera, perempuan kepala keluarga, serta perempuan penyintas bencana dan kekerasan, ” imbuh Menteri Bintang.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Kesetaraan Gender, Lenny N. Rosalin mengatakan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada pada peringkat 107 dari 189 negara. “Ada tiga hal yang diukur dalam IPM, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Di Indonesia, faktor ekonomi lah yang gap antara perempuan dan laki-lakinya paling tinggi. Dalam hal ini, kolaborasi dan sinergi bersama WIN diharapkan dapat berkontribusi untuk mendukung perempuan lebih berdaya utamanya di bidang kewirausahaan, sehingga dapat mendongkrak ekonomi,” ungkap Lenny.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Teten Masduki mengatakan, lebih dari 50 persen UMKM di Indonesia dimiliki dan dikelola oleh perempuan, yaitu sebanyak 34 persen usaha menengah, 56 persen usaha kecil, dan 52 persen usaha mikro. Namun, banyak diantara mereka yang terpaksa menutup usahanya karena kekurangan modal selama pandemi Covid-19. Menurutnya, terdapat dua sektor usaha yang banyak dilakukan oleh perempuan, yaitu kuliner sebesar 58,68 persen dan fashion sebesar 55 persen.
“Saat ini struktur Koperasi dan UKM di Indonesia masih didominasi oleh usaha mikro yang bersifat subsisten dengan jumlah 99 persen, usaha kecil 0,3 persen, usaha menengah 0,06 persen, dan usaha besar 0,01 persen. Data menunjukkan bahwa sumbangan UMKM perempuan terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) baru mencapai 9,1 persen. Sementara, kontribusi terhadap ekspor berada di angka 5 persen, sehingga perlu peningkatan pemberdayaan perempuan agar lebih berkualitas dalam berusaha,” jelas Teten.
Lebih lanjut, Teten mengatakan, pihaknya terus mengajak perempuan dan generasi muda untuk berwirausaha. Pasalnya, data menunjukkan, semakin besar jumlah wirausaha yang ada di sebuah negara, maka semakin maju negara tersebut. “Gerakan WIN diharapkan dapat memperkuat ekosistem bisnis kewirausahaan yang dilakukan oleh perempuan, sehingga mereka bisa meningkatkan partisipasi dalam struktur ekonomi nasional sekaligus pencapaian SDG’s. Perempuan mampu berperan sebagai agent of development dalam pemberdayaan masyarakat menjadi wirausaha yang tangguh. Kita perlu terus meningkatkan rasio kewirausahaan yang saat ini baru 3,55 persen, untuk menjadi negara maju minimal entrepreneur kita 4 persen,” ungkap Teten.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan, pihaknya memberikan dukungan penuh dalam pelaksanaan WIN untuk meningkatkan kualitas keluarga Indonesia. “BKKBN penting untuk ikut terlibat dan mendukung secara aktif pada kegiatan ini karena kualitas keluarga sangat ditentukan oleh perempuan dan kemandirian perempuan. Ke depan kita bersama-sama mewujudkan keluarga yang berkualitas dan kita bisa menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi, stunting, dan lain-lain karena semua ini butuh dukungan ekonomi keluarga yang baik,” tutup Hasto.