DAELPOS.com – Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Alue Dohong, PhD melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Bengkalis dan sekitarnya untuk melihat langsung berbagai upaya masyarakat, lembaga dan dunia usaha dalam mendukung upaya-upaya mitigasi kebakaran hutan gambut serta pengendalian perubahan iklim.
Dalam kunjungan kerjanya, Alue Dohong berkesempatan mengunjungi Kampung Gambut Berdikari di Sungai Pakning. Kampung Gambut Berdikari merupakan program tanggung jawab sosial masyarakat yang menjadi unggulan Kilang Sei Pakning. Program ini terdiri dari berbagai kegiatan untuk mencegah dan mengurangi kebakaran lahan gambut sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Sebagai pemilik gambut terluas, program Kampung Gambut Berdikari seperti ini bisa diimplementasikan ke wilayah lain, dan Indonesia harus menyuarakan lebih keras lagi di tingkat internasional, terutama mengenai peran dalam restorasi gambut terhadap mitigasi dan pengendalian perubahan iklim, termasuk dalam upaya pencapaian NDC (Nationally Determined Contribution) Indonesia ,” ujar Wamen Alue Dohong.
Dalam kunjungannya, Alue Dohong disambut Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PT Kilang Internasional Isnanto Nugroho dan General Manager Refinery Unit II Dumai Permono Avianto.
Kegiatan yang dipusatkan di Arboretum Gambut Marsawa yakni hutan masyarakat di kawasan gambut yang masih bertahan dan merupakan bagian dari Program Kampung Gambut Berdikari. Arboretum Gambut menjadi tempat pelestarian flora khas gambut seperti kantong semar (Nepenthes sp) dan merupakan Arboretum Gambut pertama yang dikembangkan di Pulau Sumatera.
Aloe Dohong juga berkesempatan melakukan penanaman Nephentes dimana di lokasi ini terdapat total 26 jenis vegetasi flora dengan 2 spesies di antaranya adalah flora langka dan dilindungi yaitu Nepenthes Spectabilis (Vurnerable) dan Nepenthes Sumatrana (Critically Endangered). Kedua flora ini termasuk dalam flora dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/2018 (PSKL IPB, 2019).
“Program yang diinisiasi Kilang Sei Pakning bersama masyarakat sejak tahun 2017 ini lahir dari keinginan masyarakat untuk bersama-sama mencegah dan memitigasi bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut, yang selalu terjadi di Sei Pakning. Berawal dari Kecamatan Bukit Batu, kini program Kampung Gambut Berdikari sudah direplikasi hingga ke Kecamatan Siak Kecil dan Bandar Laksamana,”jelas Isnanto.
Berbagai program yang sudah berjalan di antaranya penguatan kelompok Masyarakat Peduli Api, Pengembangan Pertanian Nanas Terintegrasi, Pengembangan Pertanian Lahan Gambut dengan sistem Poligowo, Pelestarian Arboretum Gambut, Pengembangan Budidaya Lebah Madu Hutan Gambut serta program edukasi kepada anak dan generasi muda melalui Sekolah Cinta Gambut.
“Yang menggembirakan upaya kami dalam mitigasi karhutla berbasis masyarakat telah mengantarkan Kilang Sei Pakning untuk memaparkan keberhasilan program tersebut dalam ajang internasional, yakni pada Conference of the Parties di Madrid pada tahun 2019 dan pada ajang United Nations Framework Confention on Climate Change, Galsgow 2021,”tambah Isnanto.
Lebih lanjut, Alue Dohong menyampaikan apresiasinya, karena program yang sudah diinisiasi Kilang Sei Pakning sejak tahun 2017 ini terus berkembang dengan berbagai inovasi dan menjadi inisiator penyelamatan lahan gambut
“Gambut ini merupakan kekayaan alam sekaligus aset ekonomi, sehingga harus bijak dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. Kami melihat upaya yang dilakukan di Sei Pakning dari tahun ke tahun terus berkembang seperti inovasi nozzle gambut sebagai alat pemadaman kebakaran hutan di lahan gambut, pemanfaatan sumur hydrant sebagai sumur portable yang bisa digunakan untuk antisipasi karhutla dengan cepat,” kata Alue Dohong.
Program Kampung Gambut Berdikari merupakan bagian dari upaya PT KPI untuk mendukung implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s), yakni SDG’s 8 Perkerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG’s 13 Penanganan Perubahan Iklim dan SDG’s15 Menjaga Ekosistem Daratan.