PT Golden Energy Mines Tbk. menandatangani adendum atas perjanjian pinjaman kredit modal kerja dengan PT Bank Mandiri( Persero) Tbk. Perseroan memasukkan anak usahanya dan PT Barasentosa Lestari (BSL) kedalam perjanjian tersebut.
DAELPOS.com – PT Golden Energy Mines Tbk. menandatangani adendum atas perjanjian pinjaman kredit modal kerja dengan PT Bank Mandiri( Persero) Tbk. Perseroan memasukkan anak usahanya dan PT Barasentosa Lestari (BSL) kedalam perjanjian tersebut.
“Penambahan BSL sebagai debitur ke dalam perjanjian modal kerja tidak akan menimbulkan risiko operasional apa pun,” sebut Sekretaris Perusahaan Golden Energy Mines Sudin dalam laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis (14/11/2019).
Berdasarkan laporan interim Juni 2019 Golden Energy Mines, total utang jangka pendek yang perseroan miliki kepada Bank Mandiri berjumlah US$37 juta. Sementara itu, utang jangka panjang yang akan jatuh tempo bernilai US31,52 juta.
Catatan Bisnis menyebutkan, emiten pertambangan batu bara ini membukukan penurunan laba bersih 47,49 persen secara tahunan pada semester I/2019.
Emiten berkode saham GEMS itu membukukan pendapatan US$491,64 juta pada semester I/2019. Realisasi itu naik tipis 2,27 persen dari US$480,74 juta periode yang sama tahun lalu.
Akan tetapi, beban pokok penjualan perseroan naik lebih tinggi. Tercatat, jumlah yang dikeluarkan perseroan naik 11,73 persen dari US$287,31 juta pada semester I/2018 menjadi US$321,01 juta per 30 Juni 2019.
Beberapa komponen beban pokok penjualan yang naik signifikan yakni jasa penambangan. Komponen itu tercatat naik 5,66 persen secara tahunan menjadi US$130,35 juta pada semester I/2019.
Presiden Direktur Golden Energy Mines Bonifasius sebelumnya, mengatakan penekan utama laba bersih perseroan pada semester I/2019 yakni penurunan harga jual. Rerata harga jual batu bara sepanjang Januari 2019—Juni 2019 lebih rendah US$6 per ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kendati demikian, dia menyatakan perseroan belum berencana melakukan penyesuaian target. Artinya, GEMS masih membidik target tahunan yang sama.
Di tengah penurunan laba bersih, Bonifasius mengatakan pihaknya telah menyiapkan strategi untuk mengerek kinerja keuangan pada semester II/2019. “GEMS mencoba efisiensi biaya operasi untuk me-manage profitabilitas,” katanya.
Di sisi lain, emiten perbankan mandiri merupakan salah satu yang sudah sangat selektif dalam menyalurkan kredit ke sektor pertambangan.
Sampai dengan September 2019, Bank Mandiri mencatatkan kredit pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp32,5 triliun atau kurang dari 5% dari total portfolio Bank Mandiri. Portfolio di sektor ini mengalami penurunan sekitar 3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Rohan Hafas belum lama ini menyebutkan kinerja sektor tambang mulai meredup pada kuartal ketiga tahun ini.
Bahkan, meski terus mencari cara pencairan kredit pertambangan berkualitas baru, perseroan tak dapat membendung penurunan outstanding-nya.
Rohan menyebutkan perseroan saat ini masih mengantisipasi fluktuasi harga komoditas tambang. Pasalnya, penurunan harga tersebut dapat berdampak langsung pada kualitas kredit. Namun, perseroan pun melihat beberapa pelaku usaha sudah sangat berpengalaman masih cukup potensial untuk meningkatkan usaha serta penyerapan fasilitas kreditnya.
“Yang penting secara kualitas, portofolio pada sektor pertambangan dan penggalian Bank Mandiri masih cukup terjaga dengan tingkat NPL pada kisaran 2%,” katanya. (RED)