DAELPOS.com – Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) atau startup Indonesia kembali membuktikan kualitasnya di kancah internasional. Pasalnya belum lama ini tiga entrepreneur UKM atau startup nasional berhasil menyabet gelar sebagai pemenang dalam Asia Pasific Economic Coorporation (APEC) online to offline (O2O) 2019 di Chile dan Filipina pada September dan Oktober 2019 lalu. Ketiga startup ini dianggap mampu membuat sebuah inovasi dan solusi nyata bagaimana meningkatkan kapasitas bisnis UKM nya secara online dan offline.
Ketiga Awardess tersebut, Andromeda Sindoro selaku CEO Sweet Sundae Ice Cream, sebuah UKM yang bergerak di bidang minuman atau es krim memenangi APEC O2O Forum di Manila, Filipina pada 28 Oktober 2019. Kemudian Nilamsari selaku CEO PT Baba Rafi Indonesia UKM dengan bidang usaha makanan sebagai pemenang dalam APEC O2O Forum di Concepcion, Chile pada 2 September 2019. Serta Ari Aji Cahyono sebagai Kepala Pemasaran dan Hubungan Investor PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa yang memenangi APEC Local Innovation Ecosystem Forum di Manila Filipina pada 29 Oktober 2019. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa aplikasi teknologi sektor pertanian, perikanan, peternakan, makanan dan pembiayaan.
Andromeda mengatakan bahwa dengan gelar sebagai pemenang dalam ajang perlombaan tingkat internasional ini menjadi bukti bahwa startup atau UKM nasional patut terus digali potensinya. Oleh sebab itu pelaku UKM atau startup tidak boleh minder dengan usaha yang dirintisnya. Hanya saja di era saat ini perlu ada sentuhan-sentuhan inovasi dengan memanfaatkan teknologi baik mulai dari produksi hingga pemasarannya. Dengan cara itu, Andromeda menegaskan bahwa UKM atau startup akan terakselerasi untuk bisa naik kelas dan berkembang usahanya.
“Alhamdulillah kami bertiga adalah pemenang dari lomba APEC yang dianggap bisa memberikan impact sosial. Harapannya karena kami menang di luar negeri kami harap bisa membawa nama harum UKM Indonesia di mata internasional dan juga kita mau tunjukkan bahwa kolaborasi dengan sesama ini bisa memberikan impact sosial yang lebih besar,” kata Andromeda usai bertemu dengan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki di ruang kerjanya di Jakarta, Rabu (20/11).
Dijelaskannya dalam membangun usaha Sweet Sundae Ice Cream, Andromeda menjelaskan bahwa pabriknya tersebut 100 persen memanfaatkan bahan lokal. Bahkan kehadiran usahanya bisa memberikan efek positif bagi peternak sapi perah yang ada di sekitarnya lantaran susu perah yang dihasilkan dibeli oleh Sweet Sundae dengan harga yang lebih kompetitif. Hal ini menjadi salah satu poin penting yang membawa pengusaha asal Yogyakarta ini bisa memenangi APEC O2O 2019 tersebut.
“Kita usaha es krim dari tahun 2008, kita prihatin dengan peternak kita yang susunya dibeli sangat murah sekali oleh industri, tapi setelah ada es krim kita, justru mereka mulai terangkat. Sebab kita selain produksi es krim juga produksi susu perah karena kita juga punya sendiri peternakannya,” ulas Andromeda.
Dijelaskannya bahwa pelaku UKM atau startup jika dimungkinkan perlu membuat peta jalan bisnisnya dari hulu hingga ke hilir seperti apa yang selama ini dilakukan oleh Andromeda. Mulai dari pengadaan bahan baku produksi hingga ke produk jadinya diperlukan integrasi sistem sehingga akan memudahkan dalam pemasarannya. Bahkan jika UKM mampu membuat peta jalan bisnis dari hulu hingga hilir akan memiliki daya saing yang lebih tinggi.
“Karena kita bergerak di es krim yah, kita bikin platform piara.id, itu sebuah aplikasi untuk menjaring investor sapi perah dan perkandangan, jadi kita punya sapi perah sendiri yang bisa mensuplai kebutuhan produksi. Jadi dari hulu hingga hilir kita terintegrasi sehingga kami tidak kekurangan susu,” pungkas Andromeda.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM), Suparno, mengatakan bahwa pemerintah melalui Kementeriannya sangat mendukung pelaku UKM atau startup. Dijelaskannya bahwa Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, sangat komitmen untuk mendorong pelaku UKM termasuk para pemenang APEC O2O 2019, untuk bisa naik kelas sehingga kedepan bisa menjadi sebuah perusahaan yang besar.
Bentuk dukungan dari Kemenkop dan UKM, jelas Suparno, diantaranya melalui pendampingan, pelatihan hingga kemudahan akses pembiayaan. Pasalnya Kementerian ini ditunjuk Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk bisa membantu menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada pelaku UKM. Para startup termasuk para pemenang APEC O2O 2019 ini dianggapnya sangat layak mendapatkan bantuan permodalan atau KUR untuk mendorong usahanya lebih besar lagi.
“Mereka-mereka ini adalah anak muda yang kreatif, yang mampu membuka lapangan kerja dan multiplayer effect lain dari usahanya. Maka kita bisa dukung dari sisi pembiayaan, kan kita ada LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir) ada KUR, mereka bisa manfaatkan itu semua,” tutur Suparno.(RED)