DAELPOS.com – Fera (37 tahun ) membawa kartu merah ke pangkalan Joko Wiyono di kawasan Lingkar Barat, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu, Rabu sore (14/10). Sesaat kemudian dia serahkan kartu serta uang Rp 15.500 kepada Joko Wiyono, si pemilik pangkalan. Dia bergegas pulang membawa tabung melon berisi LPG 3 kg.
“Nggak ada yang susah, gampang aja saya dapat LPG. Harganya juga sama seperti di papan itu lima belas ribu tiga ratus, tapi karena susah kembalian, ya sudah dibulatkan saja lima belas ribu lima ratus ndak apa-apa,” katanya. Harga isi LPG subsidi, sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) di wilayah Kota Bengkulu dipatok Rp 15.300.
Fera mengaku tidak pernah menemui harga LPG subsidi diatas HET. “Dari dulu segini-segini aja. Dapatnya gampang, kalau kira-kira gas udah mau habis saya ke sini, minta kartu. Jadi pas isinya habis tinggal bawa tabung kosong dan kartu ini, saya bayar sudah itu dapat LPG hijau,” kata perempuan yang biasa membeli isi ulang LPG 3 Kg seminggu sekali.
Lain lagi dengan Koh A Min, pemilik warung Mie Ayam, membawa kartu berwarna hijau. Sebagai pelaku usaha mikro, dia membeli LPG 3 Kg setiap dua (2) hari sekali sesuai harga HET. “Pasti dapat, karena sudah ada kartunya. Jadi nggak perlu cari kemana-mana. Saya biasa ambil kartu sebelum isi LPG habis, jadi nanti tinggal bawa tabung kosong dan kartu hijau buat UKM,”tambahnya.
Pengaturan kartu dibuat secara mandiri oleh Joko, dengan memanfaatkan kartu lama yang dahulu pernah digunakan ketika Dia masih menjadi agen minyak tanah. Hal ini dilakukan karena makin banyak orang ‘baru’ yang mencari LPG 3 kg.
Kartu dibuat dua warna, merah dan hijau dari kertas manila yang dilaminating. Kartu merah untuk konsumen rumah tangga dan kartu hijau untuk UKM. Tertulis nama pangkalan Joko, lengkap dengan alamat dan nomor telepon. Dibaliknya tertera aturan penukaran kartu, sehingga warga terbiasa membeli tabung pada jam yang ditetapkan.
“Dari Januari sampai Agustus lancar-lancar aja orang beli, belakangan sekarang makin banyak dan yang datang darimana-mana. Apalagi pembeli biasa datang beramai-rama saat truk LPG bongkar muatan di pangkalannya,”jelas Joko saat ditanya Sales Area Manager Lampung Bengkulu Donny Brilianto beserta timnya yang tengah melakukan pantauan pendistribusian LPG subsidi.
Pria paruh baya itu mengaku tak bisa menolak, jika pembeli berpakaian necis ikut-ikutan membeli LPG untuk rakyat miskin itu.
“Saya kasih saja, maksimal satu. Meski bawa beberapa tabung. Mereka main taruh-taruh tabung kosong, terus maksa-maksa tukar beberapa tabung. Karena saya fokus ke warga sekitar dan usaha mikro, yang sudah biasa beli. Makanya biar warga sekitar dapat jatah, saya bikin dengan mekanisme kartu ini. Begitu tabung turun, langsung saya kalungin gelang karet dengan warna-warna kertas merah dan hijau sesuai dengan kartu yang sudah diambil warga,” kata pria asal Solo itu.
Penukaran tabung bagi pemilik kartu sudah diatur dari jam 13.00 sampai jam 17.30. Setelah itu jika ada sisa, baru dia salurkan ke pengecer.
“Biasanya pengecer dapat sisa saja, maksimal 15 sampai 20 tabung dari pasokan yang saya terima setiap hari 100 tabung. Kalau sudah terserap pemilik kartu semua, ya sudah mereka gak kebagian. Fokus saya langsung ke pengguna akhir warga sekitar yang memang kurang mampu,” kata Joko.
Selain menerapkan penukaran dengan kartu Joko juga aktif mengajak warga perumahan di sekitarnya yang tergolong mampu menggunakan LPG non subsidi. Dia biasa memberikan fasilitas antar dan pasang untuk tabung Bright Gas 5.5 kg serta Bright Gas 12 Kg.
“Saya iklankan di FB (Facebook), namanya Joko Wiyono, dan banyak peminatnya. Saya kasih alternatif, biar masyarakat mampu beli produk non subsidi,” tambahnya.
Region Manager Communication, Relations & CSR Sumbagsel, Dewi Sri Utami melihat inisiasi yang dilakukan Joko tersebut sebagai jawaban untuk memastikan pasokan LPG 3 Kg tepat sasaran.
Karena itu masyarakat dihimbau dapat membeli LPG subsidi di pangkalan. Ciri-ciri pangkalan LPG resmi Pertamina adalah adanya plang yang mencantumkan nama pangkalan, nomor registrasi pangkalan, menyebutkan Harga Eceran Tertinggi (HET), menyebutkan kontak pangkalan serta Call Center 135 Pertamina.
“Kami juga mengimbau masyarakat yang berhak membeli LPG subsidi 3 Kg agar membeli sesuai kebutuhan, tidak membeli dalam jumlah berlebih. Kami juga terus memastikan ketersediaan dan memantau pasokan di jalur distribusi resmi Pertamina yakni dari Agen hingga Pangkalan seperti kami lakukan pada hari ini,” kata Dewi.
Di wilayah Provinsi Bengkulu terdapat 22 Agen dan sekitar 1.500 pangkalan.
Meski pengawasan resmi hanya sampai di pangkalan, Pertamina juga terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan di setiap wilayah untuk pengawasan penjualan LPG di tingkat pedagang eceran yang diluar ranah Pertamina.
Karena sebagaimana diatur dalam Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2009 Pasal 33 disebutkan, pada pelaksanaan pengawasan penyediaan dan pendistribusian LPG oleh Direktur Jenderal, dimana dapat membentuk tim pengawasan penyediaan dan pendistribusian LPG. Adapun tim pengawasan tersebut melibatkan semua pihak dari pemerintah tingkat Propinsi hingga Kelurahan.
“Kami berharap pengawasan ini dilakukan bersama-sama oleh pemangku kepentingan terdekat dengan masyarakat, sehingga pasokan LPG reguler maupun fakultatif jika ada dan yang jumlahnya sangat besar ini tidak disalahgunakan oleh oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan dengan melakukan penimbunan atau memainkan harga di tingkat eceran,” jelas Dewi.