DAELPOS.com – Guna mewujudkan situasi kamtibmas yang kondusif menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022, antar umat beragama harus bersatu melakukan kegiatan prementif atau pencegahan, seperti imbauan pencegahan upaya doktrinisasi paham radikalisme oleh kelompok terorisme berkedok agama.
Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid mensinyalir, para kelompok paham radikal, intoleran dan ekstremis, biasanya memanfaatkan momentum tertentu untuk melakukan aksinya, yaitu berupa bom. Karenanya, masyarakat harus bersatu, bersama-sama menggelorakan semangat toleransi antar umat beragama untuk mencegah hal tersebut agar tidak terjadi menjelang Nataru 2022.
“Dalam mendekati Natal dan Tahun Baru saat ini, kita harus hidup dalam tenggang rasa, saling menjaga perasaan, saling mawas diri terhadap lingkungan sekitar. Kita wajib membagun komunkasi dengan seluruh anak bangsa dan membantu TNI-Polri dalam menjaga Kamtibmas,” imbau Habib Syakur, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (19/12/2021).
Habib Syakur menyakini, masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa hidup dalam keharmonisan antar umat beragama, akan mampu mengikis perkembangan paham radikal yang dibawa oleh kelompok-kelompok tertentu demi memaksa ideologi mereka, yang sangat jelas bertentangan dengan Pancasila.
Antar umat beragama, lanjut dia, harus terus menggelorakan pentingnya toleransi, memerankan diri dalam mencegah gangguan Kamtibmas, yang disebarkan oleh paham radikal yang berujung teroris.
“Pertahanan keamanan rakyat semesta itu harus diemban sendiri oleh rakyat. Karena rakyat adalah pemilik mayoritas saham di negara tercinta ini. Kita wajib menciptakan kedamaian, toleransi, saling menghargai pendapat. Disini akan terbentuk ciri khas insan suci Pancasila,” ungkapnya.
Habib Syakur menerangkan, jika antar umat beragama sadar akan pentingnya kerukunan, maka otomatis tindakan-tindakan radikalisme akan terkikis habis.
“Kita wajib menjaga wilayah sekitar kita, menjaga tempat ibadah saudara kita, menjaga keamanan, memastikan kondusifitas saudara kita berlainan agama ketika mereka sedang melaksanankan ibadahnya, terlebih hari Natal,” imbaunya.
Disisi lain, Habib Syakur mengaku merasa miris, 20 tahun ke belakang ini, toleransi antar umat beragama berlahan mati. Penyebabnya ialah mereka yang membawa paham Wahabi, Salafi ke Indonesia. Dari paham inilah salah satu cikal bakal lahirnya radikalisme di Indoensia yang terus menganggu keharmonisan antar umat.
“Kapan kita menghidupakn toleransi di Indoensia? Ya sekarang. Paham radikal harus kita kikis habis dengan sosialisi di wilayah lingkungan tentang bahaya paham radikal, mereka yang memusuhi antar umat beragama, bahkan seagama pun yang beda aliran di musuhi juga,” ujarnya.
“Mari sama-sama menciptakan kerukunan. Tugas ini kalau kita jalanin terus, bisa membantu Aparatur Desa, dan pengamaman Desa, semuanya akan terawasi dan bisa mencegah tindakan radikalisme berupa rencana-rencana pengeboman menejalang Natal dan Tahun Baru,” tutpnya