DAELPOS.com – Taufik Rohman, Polisi yang aktif menjadi konsultan hukum Gratis sejak 2002 tanggapi pengantaran Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPPD) ke kediaman Habib Bahar bin Smith (BS). Hal ini disampaikannya kepada media melalui keterangan tertulis, Kamis (30/12/2021).
“Riuh sekali berita tersebut ditanggapi Netizen, seolah melihat aneh petugas Polri berakrab-akrab, bermesra-mesra ngopi dengan BS dalam sebuah pendopo padepokan/pesantren,” tulisnya.
Dosen STH dan Uniga Garut ini menyampaikan sejumlah pandangan terkait sikap Penyidik Polri yang berbaik-baik pada BS.
“Kenapa orang petugas polisi harus berbaik-baik (BUKAN SOWAN yaaa. Diulang BUKAN SOWAN) dengan BS, yang notabene adalah mantan narapidana merupakan tokoh kontroversi, tokoh yang keras, dan di hari terakhir juatru BS juga dilaporkan sebagai melakukan tindak pidana ujaran kebencian berdasarkan SARA,” tuturnya.
Taufik mengatakan, dirinya melihat melihat benang merah bahwa petugas Polisi yang datang ke padepokan BS untuk mengatarkan SPDP adalah petugas yang pernah juga menjadi penyidik kasus BS sebelumnya.
“Jadi mereka setidaknya sudah saling mengenal wajah. Dan dalam imajinasi saya, kemudian BS mengajak duduk lesehan khas pesantren untuk meminta penjelasan tentang perkara apa dan dimana, maka petugas secara kewajiban hukum harus menjelaskan dan tentu saja BS menyampaikan narasi penolakannya,” kata Taufik.
Dalam video yang tersebar, Taufik menyoroti adanya buah dan minuman yang dihidangkan. Menurutnya, buah dan minuman sudah ada ketika petugas datang, sehingga ia menilai hidangan tersebut disiapkan untuk siapapun tamunya.
“Kedua, Pseudo familiary atau kedekatan semu. Bahwa meskipun petugas itu tahu BS adalah tokoh yang ‘berisiko’ yang sering membuat gaduh. Namun petugas tetap harus santun melakukan komunasi, bersedia mendengar keluh kecewanya BS. Semua Polisi mempercayai bahwa Tersangka, Terdakwa, Narapida ataupun Residivis sekalipun punya masa depan. Jadi siapaun Layak dihargai secara wajar,” paparnya.
Ketiga, Taufik menjelaskan, efek video atau foto kebersamaan dalam satu ruangan yang tersebar di berbagai media massa ini mempunyai andil besar dalam kekeliruan orang menyampaikan opininya.
“Apa yang dilihat sebagai ‘nampak akrab’ belum tentu menunjukkan suasana batin petugas. Karena untuk masuk ke padepokan yang penuh laskar, ada pagar tinggi bergembok, ada pengawal yang terus curiga, dan ketika bertemu dengan BS pun puluhan orang ada disekitarnya. Foto kebersamaan itu tidak identik artinya punya hati yang sama/klik. Inilah kekeliruan yang sering, Lebih cepat berkomentar, melihat masalah dipermukaan saja dan gak mau melihat secara mendalam,” terangnya.
Menurut Taufik, Polisi dituntut untuk bersikap luwes di lapangan. Kadang keselamatan diabaikan, SOP disiasati tapi bukan untuk melanggar aturan. Tetapi, perlu dilakukan demi pelaksanaan tugas agar efektif dan efisien.
“Coba anda bayangkan seandainya mereka datang menyerahkan langsung SPDP kemudian pamit, apa yang terjadi? Mungkin akan datang lagi antar surat-surat berikutnya akan lebih rumit karena berulang-ulang. Tetapi bisa sudah terjalin komunikasi cukuplah pakai WA. Sikap Luwes ini itu sesungguhnya dibutukan didunia mana saja, karena berurusan dengan manusia adalah perkara yang paling rumit,” papar Taufik.
Taufik mengingatkan, gimmick tidak bisa dibaca benar secara utuh, terutama melalui video, tanpa memahi konteks, situasi dan kemampuan pengendalian emosi. Petugas Polisi, kata Taufik, paham apa yang ada di hati dan di pikirannya tidak semua dapat terkirim dan ditetima dengan tepat oleh yang melihatnya, dan ini bagian dari risiko.
“Kenapa kemudian kedatangan penyidik Polisi ke padepokan BS itu menjadi heboh? Inilah fenomena yang dianggap sial, yang saya berharap akan makin mendewasakan Polisi (dan juga fans dan hatternya). SEMOGA,” tandasnya.