Pengembangan Industri Baterai Harus Perhatikan Aspek Lingkungan

Wednesday, 31 July 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DAELPOS.com – Lonjakan permintaan baterai hingga 70% pada 2023 menjadi tantangan sekaligus peluang untuk Indonesia. Pengembangan industri baterai di Indonesia perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta W. Kamdani dalam acara “International Battery Summit”, Senin (29/7).

Menurutnya, pengelolaan bahan baku baterai harus memperhatikan sirkulasi di dalam industri pengolahan, memaksimalkan efisiensi, dan mengurangi kerusakan lingkungan. Pengolahan baterai yang harus mempertimbangkan kondisi lingkungan merupakan salah satu upaya untuk menjaga Kesehatan dan kesejahterahaan masyarakat.

“Industri baterai domestik sangat penting untuk menarik investasi dengan menunjukkan keberadaan ekosistem baterai Indonesia dari produksi hingga daur ulang,” ujar Shinta.

Semua pihak, lanjut Shinta, harus dapat berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang ideal untuk menangkap peluang di industri kendaraan listrik khususnya baterai. Kolaborasi tersebut baik dengan pemerintah, swasta, hingga akademisi dalam mengembangkan industri baterai di Indonesia. Kolaborasi ini penting untuk mengembangkan inovasi, pembangunan infrastruktur berkelanjutan dan mendorong sebuah lingkungan untuk perkembangan teknologi berkelanjutan.

“Usaha kami dikaitkan dengan tujuan negara untuk mencapai emisi net zero pada tahun 2060 melalui transisi energi dan pengembangan ekosistem EV yang komprehensif, termasuk baterai,” kata Shinta.

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan Indonesia bisa menghasilkan bahan baterai berbasis nikel dengan kapasitas 1.143 gigawatt hours (GWh).

“Jika semua perusahaan (pabrik) baterai sudah beroperasi, Indonesia akan dapat memainkan peran utama dalam memproduksi 1.143 GWh bahan baterai berbasis nikel,” kata Agus.

Agus juga memperkirakan permintaan baterai dunia akan mencapai 5.300 GWh pada 2025 yang didominasi oleh permintaan kendaraan listrik roda empat, disusul kendaraan listrik roda dua, bus, sistem penyimpanan energi baterai, dan berbagai barang elektronik.

See also  China Harus Klarifikasi dan Minta Maaf Ke Indonesia dan Natuna

“Permintaan baterai berbasis nikel diproyeksikan akan terus meningkat mencapai 40–50 persen hingga tahun 2035,” ungkapnya.

Berita Terkait

Menteri Dody Lantik 15 Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan 5 Staf Khusus Kementerian PU
Soroti Insiden Keracunan MBG, Senator Filep Dorong Penguatan Regulasi Teknis Hingga Pengawasan
Tingkatkan Lumbung Pangan di Sulawesi Selatan, Menteri Dody Tinjau Kesiapan Air Irigasi Bendungan Bili-Bili dan Bendung Bissua
Kemendes Kolaborasi dengan Kemendikdasmen Tingkatkan Kualitas SDM Desa
Sambut Kunjungan IWAPI, Wamen Diana Dorong Peran Perempuan di Bidang Konstruksi
Menteri Transmigrasi Kunjungi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY
Menteri Transmigrasi Bahas Kolaborasi Strategis dengan Fakultas Geografi UGM
Menteri Transmigrasi Dorong Peningkatan Kompetensi SDM Transmigran di BBPPM Yogyakarta

Berita Terkait

Monday, 20 January 2025 - 21:03 WIB

Menteri Dody Lantik 15 Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan 5 Staf Khusus Kementerian PU

Sunday, 19 January 2025 - 08:21 WIB

Soroti Insiden Keracunan MBG, Senator Filep Dorong Penguatan Regulasi Teknis Hingga Pengawasan

Saturday, 18 January 2025 - 10:47 WIB

Tingkatkan Lumbung Pangan di Sulawesi Selatan, Menteri Dody Tinjau Kesiapan Air Irigasi Bendungan Bili-Bili dan Bendung Bissua

Thursday, 16 January 2025 - 17:07 WIB

Kemendes Kolaborasi dengan Kemendikdasmen Tingkatkan Kualitas SDM Desa

Thursday, 16 January 2025 - 13:33 WIB

Sambut Kunjungan IWAPI, Wamen Diana Dorong Peran Perempuan di Bidang Konstruksi

Berita Terbaru