Sejarah dan Perjalanan Umum
DAELPOS.com – Dalam perjalanan kehidupan di dunia ini pada umumnya kebanyakan orang sama, begitupun juga orang yang bernama Machfudz Maulana, beliau bukan apa-apa dan siapa-siapa, hanya orang biasa yang rendah hati, bersahaja, senang berguyon dan bercanda bersama saudara, sahabat dan teman-temannya, Lahir di tanah Kemanggisan (Jakarta Barat) pada September 1980, tepatnya tanggal 09 dan bernama saat lahir adalah Machfuddun Maulana “ مَخْفُــوْدٌ مَــوْلـَـنَ ” (09 September 1980/ 29 Syawal 1400 H) lahir dari seorang Ayah bernama Muhammad Arif dan Ibu bernama Muanah, nama awal beliau dinamakan oleh kakeknya H. Tabrani, yang merupakan tokoh agama dan guru ngaji saat itu, dalam adat betawi dengan berbagai polemik pro-kontra ada keberatan nama tersebut dan sebagainya yang akhirnya dalam ijazah sekolah beliau menjadi dan tertulis sebagai Machfudz Maulana, nasab dari ibu beliau adalah keturunan kulon (Banten) dan china jawa ahli atau gemar puasa dan zikir yang mana keatasanya beliau kurang begitu mengetahuinya dan nasab dari ayah beliau adalah keturunan dari seorang Kiyai kampung biasa berdarah arab Mekkah dan Madinah bernama Kiayi Haji Ahmad Taisir bin Kiayi Djaimin bin Mukhlis alias Simung yang bersyiar, berdakwah dan mengajarkan ngaji pada masyarakat setempat dan sekitarnya terutama pada kalangan keluarga dan saudaranya sendiri, karena buyut beliau berlatar belakang Thoriqoh yaitu Thoriqoh Naqsyabandiyah “Syeikh Bahaudin An Naqsyabandiy”, Kiayi Taisir adalah salah satu kholifah dan penyebar Tarekat Naqsyabandiyah pada masanya dan terus menyebarkan agama Allah serta menyebarkan kebaikan sampai akhir hayatnya dan wafat di kota kelahirannya Mekkah Al Mukaromah saat pergi haji kedua kalinya di tahun 1800-an.
Karena jasa dan pengabdiannya yang luhur pada kampung dan masyarakat, maka namanya dikenang oleh masyarakat dan di jadikan salah satu nama jalan di daerah Kemanggisan Palmerah, namanya “Jl. KH Taisir” untuk mengharumkan dan mengenang jasanya serta ketulusannya dalam mengajar dan membimbing masyarakat Kemanggisan, Slipi, Palmerah dan sekitarnya. Kiayi Taisir mengajar bukan hanya diwilayahnya saja bahkan sampai ke Rawa Belong, Kebon Jeruk, Tanjung Duren, Meruya, Joglo, Ciledug, Kebayoran, Kalideres dan Tangerang serta daerah lainnya, sayangnya beliau tidak meninggalkan Majelis, Mushollah atau Madrasah seperti kebanyakan kiayi, tapi leluhurnya juga sangat banyak meninggalkan anak, cucu keturunan di daerah Kemanggisan sampai saat ini salah satunya adalah Machfuz Maulana, yang juga banyak mengikuti jejak leluhurnya itu yaitu gemar belajar dan menuntut ilmu seperti; ilmu hukum dan ilmu agama (“ilmu syariat dan ilmu filsafat serta tassawuf (sufi), ilmu kalam dan ilmu lainnya”).
Mengaji dan Menuntut Ilmu
Pada masa kanak-kanak untuk usia 8 – 12 tahunan atau usia SD tahun 1990-an pemikirannya tidak seperti umumnya anak kecil kebanyakan, beliau sudah memikirkan dan menghayalkan belajar kepada seorang wali, syeikh (mursyid) dan bagaimana caranya untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan, yang mana beliau disaat-saat usia kecil itu sudah belajar ngaji kepada ustadz, kiayi ataupun ulama kampung setempat belajar Qur’an Hadits, Hataman Qur’an setiap romadhon dan bulan-bulan lainnya, belajar Tafsir, hukum waris, Ilmu Falaq, Tajwid, Rawi, Barjanzi, Tauhid, Akhlak, Fiqih, Qiro’at Bayyati Qoror, Murotal dan Siroh Nabawiyah serta bahasa arab (Nahwu Shorf sampai saat ini belum juga tamat) dengan usia paling muda diantara teman-teman dan saudaranya, beliau juga saat itu membantu ustadz-nya untuk mengajar ngaji iqro, tajwid dan Al Qur’an, mengikuti pesantren kilat selama 3 – 7 hari setiap beberapa bulan sekali selama 6 tahun (1993 – 2000), pesantren musafir ke daerah Cirebon, Kuningan selama 7 hari (tahun 1997) bahkan semasa kecilnya beliau sempat mau dikirim mukim (mondok) ke pesantren di kulon Banten oleh kakeknya tetapi ibunya tidak setuju dan berat rasanya jauh dari beliau ‘MM’ karena anak pertama dan tidak kuat jauh darinya, yang pada akhirnya membuat masa-masa itu menjadi jenuh dan ingin menempuh ilmu agama dengan jalur lain dan berbeda dari yang lain.
Di usia 18 tahun-an sekitar tahun 1999/2000 mulai-lah beliau berpikir untuk mencari apa yang dia cita-citakan pada masa kecilnya atau tepatnya mencari guru spiritual dan mengaji diluar kampung, yang mana kampungnya tidak menyediakan dan tidak menemukan apa yang beliau cari. Seperti pada kebanyakan orang sukses dan para wali-wali Allah tempuh, maka beliau merenung, berpikir dan berpendapat dari apa yang beliau baca dalam kitab dan buku-buku agama serta sejarah jika seorang ingin maju dan berubah ke arah lebih baik dan sukses dunia serta akhiratnya maka carilah olehnya ilmu di dunia ini pada seseorang yang bisa mengantarkan kita sampai “Wushul” pada Allah SWT atau setidaknya berjalan menuju pada Allah Aza wa Jala, karena sudah sejak usia sebelum masuk SD tahun 1985 beliau sudah seperti mendapat hidayah ada cikal bakal kuat dalam mengarungi agama sampai-sampai kakeknya seolah meneropong atau melihat pandangan kedepan dan berkata : “cucu gue yang satu ini harus sekolah tinggi kalau elu kagak mampu (maksudnya Ayahnya) tar gue yang sekolahin ampe tinggi, kalau gue masih hidup (ucap kakeknya kepada ayahnya), dia bakal jadi orang gedean dan orang gedongan biar kaya teman gue noh H, Machfud sudah kiayi saudagar juga, jadi jaga dan rawat die bae-bae (tapi sayang kakeknya keburu wafat tahun 1993)” makanya dari kecil beliau sudah digembleng ilmu agama dan mengaji termasuk oleh kakeknya sendiri dan keluarga kakeknya sekitar kurang lebih ± 10 guru ngaji saat masa kecilnya, dan beliau sangat bangga dan bahagia memiliki guru-guru ngaji saat kecil adalah orang-orang yang hebat agamanya, sabar dan taat pada Tuhannya dan inilah bekal pertama dan utama baginya serta bahan bakar berharga sebagai dasar awal untuk melanjutkan dan menempuh ke jenjang yang lebih tinggi lagi, mohon kirimkan Fatihah untuk guru-guru ngaji beliau : “Ala Hadihinniyah Walikulli Niyyatin Sholihah Al Fatihah …. “
Perjalanan Spiritual Ketarekatan
Karena berlatar belakang pendidikan master hukum, beliau selalu berpikir realistis, kritis, energik dan praktis mengedepankan adab serta aturan dalam berbagai aspek kehidupannya terutama dalam mengenyam pendidikan agama dan menuntut ilmu yang mana ia dapat semua itu adalah hidayah dan bimbingan dari Allah dan itu adalah doa beliau agar selalu tetap dibimbing dan diberi petunjuk oleh Allah SWT, itu juga target dan prioritas beliau yang tidak dapat dipisahkan dengan dirinya ibarat akar, batang dan daun, beliau senantiasa berusaha semaksimal mungkin menjalani dan menggapai keberhasilan apa yang menjadi tujuan-tujuan hidupnya di dunia dan akhirat kelak, jika gagal beliau akan coba lagi, karena kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda dan tiada usaha yang mengkhianati hasil, dengan semboyan selagi hayat masih dikandung badan ilmu harus terus dicari, pelajari, dan amalkan dalam keadaan dan kondisi apapun, karena jika tidak kita adalah termasuk orang-orang yang merugi seperti kata Allah dalam Al Qur’an :
“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, saling menasehati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr [103]: 1-3).
Dan wajibnya menuntut ilmu seperti yang dikatakan Allah SWT dalam firmannya di dalam Al Qur’an :
Q.S. Al-Mujadalah ayat 11 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ada juga dalam Surah Al-Alaq ayat 1-5 dan dalam Hadits – hadits Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, sebagaimana hadits berikut ini:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913).
Dalam hadits lainnya Rasulullah SAW bersabda:
تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ ( رَواهُ الطَّبْرَانِيْ)
“Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu. (HR Tabrani).
Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ
“Barang siapa keluar dalam rangka menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali.”
Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda :
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَل َّمَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ وَعَلِّمُوهُ النَّاسَ تَعَلَّمُوا الْفَرَائِضَ وَ عَلِّمُوْهُ النَّاسَ تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ وَعَلِّمُوْهُ
النَّاسَ فَإِنِّ ي امْرُؤٌ مَقْبُوضٌ وَالْعِلْمُ سَيُنْتَقَصُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ حَتَّى يَخْتَلِفَ اثْنَانِ فِي فَرِيضَةٍ لَا يَجِدَانِ أَحَداً يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا
Ibnu Mas’ud meriwayatkan, “Rasulullah bersabda, “Tuntutlah ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang lain. Tuntutlah ilmu kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain. Pelajarilah Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan mati. Ilmu pengetahuan akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga terjadi perbedaan pendapat antara dua orang tentang suatu kewajiban, mereka tidak menemukan seorangpun yang dapat menyelesaikannya.” (HR. Ad-Darimi, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi.
Berikut hadis lainnya sesuai sabda Nabi Muhammad SAW:
عَنْ حُسَيْنِ بْنِ عَلِّي قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْ هِ وَسَلَّمَ طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Husain bin Alwi Meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Menunut ilmu wajib bagi setiap orang Islam.” (HR. Baihaqi, Ath-Thabrani, Abu Ya’la, Al-Qudha’i, dan Abu Nu’aim Al-Ashbahani).
Dari bebrapa dalil dan hadits di atas menerangkan bahwa umat Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu, karena Allah telah berjanji di dalam Al-Qur’an bahwa barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan Rasulullah juga menjelaskan bahwa dengan belajar atau berjalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.
Kata-kata mutiara orang Arab pun juga menjelaskan tentang belajar :
أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”
Dan masih banyak lagi lainnya.
Jadi menurut beliau “Machfudz Maulana” menutuntut ilmu itu adalah fardhu ‘ain dan sangatlah penting karena bagian dari salah satu ibadah yang Allah firmankan dan Rasulullah sabdakan dan ajarkan, apalagi sampai mengamalkannya dengan memberikan ilmu, petuah dan pengetahuan kepada orng lain, mengajarkan pada orang lain, membimbing, membantu dan menolong orang lain dan sebagainya seperti ajaran para nabi-nabi, sahabat dan para wali – wali Allah, yang mana Allah juga akan turut membantu dan meridhoi kita dalam hal-hal kebaikan antar sesama makhluk dan ciptaan-Nya.
Dari pencarian inilah beliau mendapat kabar dan informasi dari temannya (di-akhir tahun 1999), tentang adanya ajaran tarekat Neo Sufisme Non Sufistik (sufi modern atau gaya baru dan anti sufi radikal) dengan falsafah “Tidak takut masuk neraka, dan tidak kepingin masuk surga, tapi takut sama yang punya neraka dan surga” yang beda dengan tarekat lainnya bernama Thoriqoh At Tijaniyyah yang beliau anggap tadinya itu hanyalah belajar ilmu – ilmu hikmah atau ilmu kebatinan biasa seperti yang sudah dan pernah beliau lakoni dan jalani semasa akhir SD dan awal SMP, rupanya dugaan itu salah dan meleset, tapi sebelum beliau ijazah dan ikut mengaji beliau sempat berpikir beberapa bulan dan menganggap ini seperti pengajian biasa seperti pada umumnya yang bebas bisa bertanya semaunya dan se-enaknya tidak ada jarak sungkan antara murid dan guru, dan dalam hati beliau bergumam; “nanti pas ketemu gurunya akan saya tanya dan debatin tentang agama ini orang dan saya tanya-tanya tentang hadits dalil dasar-dasar pengajian ini; kata beliau dalam hatinya” ada juga sedikit terbesit karena ingin sesuatu hizib atau ilmu-ilmu pengasihan karena beliau saat itu ada tertarik salah satu keturunan kaum hawa ataupun karena rasa suka dan kagum pada kaum hawa, yaa namanya juga masa remaja dan masa sekolah itu hal lumrah dan biasa ada rasa seperti itu kata beliau sebelum perjalanan ke rumah guru mursyid tersebut yang namanya adalah Dr. Syeikh Muhammad Syu’aib Sutrisna, ternyata setelah sampai disana (Tebet Timur Dalam) rumah kediaman guru tersebut suasana berubah tidak seperti yang saya bayangkan dan fikirkan, suasananya hening dan sunyi semua dihadapan guru tersebut seakan kita berada pada ruangan yang hampa dan kosong.
Semua murid-muridnya terdiam tidak ada satupun yang berani bersuara dan bergemam antar mereka, mau membakar atau merokok pun pada sungkan/takut kecuali disuruh olehnya karena yang terlihat adalah wibawa dan karismatik yang sangat tinggi dari orang tersebut, yang tadinya beliau ‘MM’ mau banyak tanya dan mendebat tentang masalah agama seakan semuanya lenyap dan hilang begitu saja, kadang ada terbesit tetapi mulut dan lidah ini pun keluh dan kaku, dan yang beliau heran semua pertanyaan yang ada di otak dan fikiran beliau ‘MM’ itu dijawab dan terjawab dengan lugas dan tuntas lewat ceramah atau siraman rohaninya guru tersebut mengenai : dasar hukum tarekat, berapa macam model orang Islam, apakah sesat atau tidak menjalani tarekat, berapa syarat usia masuk tarekat dan sebagainya semuanya dijawab dengan sempurna sepertinya guru tersebut tahu apa yang ada di benak dan fikiran beliau ‘MM’ ataupun mempunyai karomah dan ilmu laduni tingkat tinggi, yang tadinya beliau mau fikir-fikir dulu untuk ikut ngaji, tapi setelah mendengar penjelasan yang terang benderang dan gamblang disertai hadits dalil oleh guru mursyid tersebut akhirnya beliau seperti mendapatkan secercah hidayah dan cahaya turun dari langit (Allah SWT) dan saat itu tertarik dan memutuskan untuk Ijazah (talqin, bai’at), setelah berwudhu malam itu juga beliau Machfudz Maulana di Ijazah langsung oleh Mursyid Thoriqoh At Tijaniyyah Sayyidi Syeikh Maulana Al Haji Muhammad Syu’aib bin Mamat r.a pada Selasa Malam, tepatnya tanggal 07 Maret tahun 2000 (bertepatan 01 Dzulhijjah 1420 H) jam 20.45 Wib dengan empat Taklik yang harus dijalankan atau dikerjakan dan tidak boleh dilanggar :
- Sanggup zikir/ wirid/ baca lazimah “Istighfar, Sholawat dan Zikir” shubuh dan ashar, wajib di qodho bilamana terlewat atau lupa;
- Sanggup shodaqoh di acara Thoriqoh Tijani, Haolan, Maulidan dan Rajaban dengan ikhlas dan ridho;
- Sanggup tidak ziarah ke selain Syeikh Tijani, Ziarahlah ke Ibu bapak kita dan yang utama ziarah ke Rasulullah SAW jika berhaji;
- Sanggup tidak mengambil Aurod dan zikiran-zikiran dari Thoriqoh lain wali-wali lain atau orang lain.
Yang semuanya masing-masing dikerjakan 100x shubuh dan ashar sesuai dengan aturan syariat hadits dan qur’an, dijalani dan dikerjakan sampai akhir hayat, mengerjakan apa-apa yang diperintah oleh Allah SWT dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya sampai akhir hayat kita, oh ya kata beliau 3 hari sebelum masuk dan bai’at thoriqoh tijani tersebut beliau saat itu sempat bermimpi mendapatkan sinar atau cahaya dari langit yang ngegebyar masuk ke dirinya melalui jidat kepalanya (di-tahun 2000) wallahu ‘alam bis showab, lebih jelas dan lengkapnya beliau agak lupa karena sudah lama sekali mimpi itu, dari sinilah perjalanan ketarekatan beliau itu dimulai dengan penuh dinamika, lika-liku dan konsekuensi yang pelik dan tidak sedikit menghilangkan rasa dan hawa nafsu duniawi seperti layaknya anak muda pada masa dan zamannya.
Perjalanan Dalam Tarekat Tijani
Karena girohnya yang tinggi, penasaran dan keingintahuan yang kuat mulai tahun tersebut (2000) beliau mulai perlahan menjalani dan menekuni apa yang diperintahkan oleh guru mursyidnya yang mana orang tersebut tidak mau dipanggil Ajengan, Buya, Abuya, Mualim, Ustadz ataupun Kiayi, karena katanya berat tanggung jawabnya dan saking tawadu’nya guru beliau hanya mau dipanggil atau panggil saja saya: ‘bapak’ katanya begitu, sebagaimana istri dan anak-anaknya memanggilnya, kadang ikhwan-ikhwan atau murid-murid dibelakangnya menyebutnya Bokap/Bapak Syeikh sebagai panggilan kedekatan dan penghormatan walapun demikian tidak mengurangi rasa hormat dan takzim beliau kepada gurunya, karena mutiara atau berlian itu tidak akan tertukar walaupun dibungkus dengan kertas koran lusuh sekalipun, saat awalnya ziarah dan mengaji ada tanda tanya dan hal-hal yang beliau ingin di tanyakan dan ketahui lebih banyak lagi tentang tarekat tijani, tapi itu semua tidak berani beliau utarakan dan tanyakan karena takutnya su’ul adab ke gurunya, sedikit demi sedikit mulailah beliau faham dan menjalani apa yang diperintahkan oleh gurunya.
Sebetulnya mulai awal tahun 2000-an setelah ijazah beliaupun sudah mulai gencar bersyiar tentang ajaran tarekat tijani kepada kerabat, saudara dan teman-temannya, banyak saudara dan teman-temannya yang tertarik dan ikut masuk sebagai ikhwan tijani berkat syiarnya dan hidayah Allah, secara bertahap beliau mulai di turunkan awrod dan asror dari gurunya melalui “tolabul ‘amal dan tolabul ilmu” yang beliau jalani, selain wiridan wajib yaitu Lazimah dan Wadjifah wa Hailalah di tahun 2001, setelah beliau serius menjalani ajaran tarekat tijani selain untuk keimanan dan pengetahuan juga untuk meningkatkan rasa cinta ‘mahabbah’ kepada Maha Guru yaitu Syeikh Ahmad Tijani r.a, beliau sering mengulang membaca sejarah Maha Gurunya Syeikh r.a dan juga kitab-kitab islam lainnya bahkan kitab dasar tasawuf seperti Ihya Ulumuddin, Al Hikam, Minhajul Abidin, Minhajul Arifin, Mihrab Kaum Arifin, Mutiara Sayyidan Ali, Futuhul Ghaib, Futuhat Makiyah, Fathul Mu’in, Fiqih 4 Mazhab, Syara Imam Bukhori, Shoheh Bukhori Muslim, Fathul Robbani, Ma’rifat Billah dan lainnya, jika ada yang tidak beliau faham dan mengerti maka beliau segera bertanya kepada Gurunya Bapak Syeikh, diterangkan oleh Gurunya sampai beliau mengerti dan faham dengan kefahaman yang baik, hakiki dan bijaksana dalam pandangan zhohir maupun bathin secara awam ataupun kalangan orang-orang shufi (ahli tassawuf) beliau merasa masih banyak kekurangan dalam dirinya.
Beliau terus digembleng dan bimbing oleh gurunya bapak syeikh, setiap beberapa bulan dan tahunnya terus menjalani puasa-puasa “tolabul ilmu” ataupun zikiran doa-doa “tolabul ‘amal” yang kesemuanya itu dijalani dengan rasa syukur dan kesabaran, penderitaan badan dan fikiran serta menahan/mengekang hawa nafsu dunia yang berlebih saat itu, karena kata guru beliau : “ibadah yang bagus itu sebelum kita menikah, karena kalau kita sudah menikah dan punya anak itu agak berat/sulit ibadah dan menuntut ilmu”, semua ini beliau bisa menjalani bukan karena dirinya tapi semata-mata karena mendapat rahmat, taufiq dan hidayah dari Allah Aza wa Jala dan pertolongan Allah, seolah semuanya itu dimudahkan dan diberi jalan olehNya, selanjutnya di tahun 2002 beliau menjalani tingkatan ketarekatan ibadah Istikhoroh 3 hari dibulan Sepetember dan November 2002, Istikhoroh 10 hari dan 21 hari di awal tahun 2003 dan kemudian lanjutkan Istikhoroh 46 hari sampai Istikhoroh 100 hari itu ditahun 2010 dan 2011 dangan rentang waktu yang cukup lama, yang mana jika beliau jalani secara langsung izin dari guru bapak syeikh, jika ibadah istikhoroh beliau jalani sekaligus itu akan menempuh waktu ± 7 bulan, karena beliau bertahap katanya maka baru selesai ditahun 2011 saat sebelum beliau menikah, kata guru beliau kalau sudah Lulus Ibadah Istikhoroh 100 hari itu berarti dia itu sudah menjadi dan lulus Sarjana Tarekat (tentunya yang setelah itu tetap jalan ibadahnya pada Allah bukan yang blang blentong atau malas-malasan), karena memang sangat jarang ikhwan Tijani yang dari sanad Bapak Syeikh itu sampai menempuh perjalanan ibadah istikhoroh 100 hari, beliau menikah dengan seorang gadis keturunan keluarga baik-baik dari suku Palembang Betawi bernama Hj. Siti Nurjannah, SE, setelah menikah dengan beliau istrinya pun kemudian ikut menjadi akhwat tijani, begitupun juga semua keluarga, orang tuua dan adik-adik beliau adalah pewirid dan pengamal ahli tarekat tijani dan selama bertarekat beliau tidak macam-macam menjalaninya, sesuai anjuran dan perintah guru saja layaknya seperti orang bodoh “sami’na wa a to’na” saya dengar saya ikuti dan saya jalani, karena murid yang beradab itu yang tidak banyak pertanyaan dan permintaan pada guru mursyidnya, apa yang diberi oleh guru di ambilnya yang tidak diberi tidak diambilnya, karena bukan hak, karena guru lebih tahu apa keperluan dan kebutuhan kita bukan keinginan kita.
Pada tahun 2011 setelah beliau tinggal di Pondok Cabe bersama istrinya sempat gurunya bertanya dan meminta di undang oleh beliau untuk hadir kerumah yang beliau tinggali, beliau menjawab: “insya Allah pak nanti afud undang” tapi beliau mencari dan menunggu rezeki yang cukup dari Allah belum juga punya, karena kata beliau; rasanya tidak adab dan tidak etis jikalau guru datang hadir kita tidak bisa menjemput dan mengantarnya serta tidak menyuguhkan apa-apa, karena memang saat itu beliau ‘MM’ dalam keadaan menganggur (tidak bekerja) ataupun tidak mempunyai pekerjaan, dan sampai tahun 2014 dan 2015 guru-pun bertanya kembali akan hal itu dan minta di undang kembali ke kediaman (rumah) beliau ‘MM’ tapi tak terealitas dan terlaksana juga hal itu, karena satu dan lain hal kala itu; ada saja ujian dan cobaannya, sekarang beliau sangat menyesal “itu yang dikatannya”, mungkin itu adalah rahasia bashiroh atau gurunya punya maksud dan tujuan atas diri beliau yang hanya guru dan Allah lah yang tahu, akan tetapi beliau lepas semua penyesalan itu dan terus ziarah dan mengaji kepada gurunya termasuk ikut rutinitas jama’ah sholawatan malam jum’at di Majelis Baiturrohmat Cibalagung – Bogor yang alhamdulillah tidak pernah putus dari tahun 2014 sampai tahun 2019 setelah guru beliau wafat di undang oleh Allah SWT pada 12 Februari 2018, yang sebelumnya beliau juga selalu berjamaah sholawatan di Majelis Tanah Abang dan Majelis Kemanggisan dari tahun 2001 – 2014, tapi sebelum pulang ke Allah “wafat” guru beliau Al Maghfurllah sempat mewariskan sedikit Aurod, Asror, Sir dan Hizib – Hizib termasuk Saefi (saefullah/ pedang Allah) kepadanya, untuk keperluan hajat dunia dan membantu atau menolong ikhwan-ikhwan serta orang lain yang membutuhkannya.
Pengangkatan, Tugas dan Amanah Wakil Muqoddam Tijani
Beliau ikhwan yang apa adanya berusaha supel dan senyum kepada semua ikhwan yang lain, dari kebanyakan murid guru dibalik semua itu beliau adalah termasuk murid “Ikhwan” yang termasuk banyak mewarisi aurod dan asror-asror ilmu dari gurunya, karena ketekunan, keuletan dan kegigihannya serta istiqomahnya diusia muda yang sudah menuntut ilmu dan menjalani puasa hizib-hizib dari gurunya Bapak Syeikh serta sabar dalam hal menghadapi terpaan ujian dan cobaan yang datang baik itu dari ikhwan, keluarga ikhwan atau keluaraga beliau, karena hal kesabaran beliau tersebut pernah ‘diucapkan’ oleh gurunya sendiri langsung kepada salah seorang dan beberapa ikhwan (murid) yang lain, saat ziarah di Tebet Timur rumah gurunya atau kediaman Bapak Syeikh sendiri.
Beliau sangat bersyukur diamanatkan dan diangkat sebagai Wakil Muqoddam Thoriqoh At Tijani oleh Muqoddam Drs. KH Sholehuddin Mubarok yang mana ia adalah kepercayaan dan tangan kanan guru sampai saat ini selaku pimpinan “Imam” sholawatan di majelis pusat Majelis Baiturrohmat, Cibalagung – Bogor sejak guru sudah pindah alam beliau-lah “KH Sholeh” yang mimpin jama’ah sholawat karena amanat guru sebelum berpulang ke Allah aza wa jala, sebelum mengangkat Machfudz Maulana, KH Sholehuddin sering mendapat omongan dan cerita – cerita tentang beliau ‘MM’ dari gurunya Bapak Syeikh seolah itu adalah kode petunjuk bagi KH Sholeh, cerita tentang mengenai perjalanan ibadah istikhoroh dan puasa hizib serta pendidikan formal beliau ‘Machfudz Maulana’ yang mana hal itu menjadi pandangan tolak ukur dan barometer KH Sholehuddin, baik secara zhohir maupun bathin, tidak begitu saja selain itu juga Muqoddam KH Sholehuddin bermunajat pada Allah SWT memohon petunjuk dan bimbingan, ia juga berkholwat dan riyadhoh serta beristikhoroh bahwa Machfudz Maulana berhak atau tidak atas jabatan dan amanat tersebut, KH Sholeh juga memantau dan melihat perkembangan beliau selama beberapa tahun (kabarnya ± 2 tahun) dan ia mendapatkan jawaban dan kabar gembira dari Allah melalui gurunya Bapak Syeikh akan haknya beliau ‘Machfudz Maulana’, setelah melewati beberapa proses tahapan tersebut, kemudian ketika beliau ‘Machfudz Maulana’ dan ikhwan-ikhwan Pelataran Merah datang silaturrahim‘(seolah seperti sudah ada petunjuk kabar bathin yang kuat)’ ke Cisaat, Sukabumi – Jawa Barat, maka disanalah beliau di Ijazah, bai’at dan di angkatlah beliau “Machfudz Maulana” diberi tugas dan amanah tepatnya pada hari Sabtu tanggal 2 Desember 2023 “212” Jam 20.00 Wib (18 Jumadil Awal 1445 H) di Cisaat, Sukabumi – Jawa Barat, sejak saat itu pula Haul Syukuran Pengangkatan beliau diperintahkan untuk diadakan setiap tahunnya untuk mengingat dan bersyukur pada Allah SWT, entah melalui apa KH Sholeh bertemu guru Bapak Syeikh apa beliau ‘MM’ juga tidak banyak bertanya mengenai itu, entah dalam mimpi atau bertemu langsung, karena itu urusan Muqoddam KH Sholeh beliau hanya mendapat keterangan bahwa KH Sholehuddin bertemu dan ngobrol dengan Bapak Syeikh untuk mengangkat beliau Machfudz Maulana sebagai Wakil Muqodam dan urusan itu menjadi tanggung jawab KH Sholehuddin sepenuhnya selaku Muqoddam, karena Muqoddam tidak bisa mengangkat/ijazah Muqoddam hanya bisa mengangkat Wakil Muqoddam kata Guru Bapak Syeikh dalam dialognya pertemuannya dengan KH Sholehuddin, Kata guru “lamun Bapak masih aya di dunia si Afud ‘Machfudz Maulana’ Bapak anu ngangkat”, ceuk Bapak Syeikh dalam dialog sundana (bahasa sundanya/ dalam bahasa sundanya) yang mana pengangkatan tersebut guna, fungsi dan manfaatnya adalah untuk menyebarluaskan, me re-generasi ajaran guru dan para Masyeikh Tijani penyebaran ajaran Tarekat Tijani pada wilayah dan daerahnya masing-masing pada orang-orang yang ingin bertaubat dan mendekatkan diri pada Allah SWT, melalui jalur, jalan atau sanad Thoriqoh Tijani, dan sejak saat itu nama dalam Sertifikat Wakil Muqoddam itu menjadi Machfuddin Maulana karena Bapak Syeikh pernah memberi tambahan nama ‘Din’ tahun 2008 pada beliau selagi Bapak Syeikh masih hidup di dunia, dan kembali kepada hittoh atau marwahnya nama asal lahirnya beliau belakangnya adalah ‘Dun’ cuma beda “Dun dan Din” yang artinya sama dan menyerupai yaitu agama/ pengurus agama/ penjaga atau penyebar agama. Namun demikian tidaklah mudah, setelah beliau diberi amanat dan pengangkatan tersebut perjalanannya semakin menghebohkan banyak pihak baik luar maupun dalam, ada pro kontra atas pengangkatan tersebut dari orang-orang yang iri, sirik dan dholim, kata beliau tegasnya: mengenai masalah hal itu ‘pengangkatan’ jangan tanya ke saya; tanya saja langsung kepada yang mengangkat saya yaitu KH Sholeh..!! dan itu urusannya KH Sholeh dengan Guru Bapak Syeikh, bukan urusan kalian..!! kenapa kalian yang sibuk dan repot membicarakannya?? Karena itu tidak penting, hanya membuat hatinya kotor dan rusak yang terpenting adalah bagaimana kita menjalankan tugas dan amanah guru kita dengan baik, menyebarkan ajaran Tarekat Tijani kepada orang-orang yang ingin bertaubat dan menjalani sholawatan jama’ah secara rutin dan istiqomah, serta menyebarkan kebaikan termasuk menolong dan membantu orang-orang dan masyarakat yang membutuhkan sesuai syariat Islam, Nabi atau Rasul saja!! dalam pengangkatan dan dakwahnya saja banyak yang menentang, banyak yang tidak suka, tidak suka pro-kontra yang sudah jelas itu..Alla yang utus! apalagi saya, bukan apa-apa dan siapa-siapa, ini adalah hal wajar jika kita masih menginjak bumi pasti ada yang senang dan ada yang tidak senang dengan kita, jadi wajar dan biasa-biasa saja, pungkas beliau”
Kurang lebih tiga minggu atau sebulan sebelum diangakatnya beliau sebagai Wakil Muqoddam Tijani beliau sempat bermimpi bertemu dengan gurunya Bapak Syeikh, dalam mimpi itu terlihat atau beliau melihat seperti ada acara besar “pesta hajatan besar atau haulan” terlihat ramai sekali, begitu banyaknya ikhwan yang hadir sampai ratusan bahkan ribuan orang, dan guru pun berjalan dengan didampingi beberapa orang kepercayaan dengan memakai pakaian kebesarannya berupa jubah sorban dan imamah putih seingat beliau dan semuanya pada ngantri bersalaman cium tangan guru Bapak syeikh sampai pada akhirnya guru tepat diposisi beliau, dan beliau-pun salaman cium tangan guru bolak balik, dan setelah itu Guru Bapak Syeikh memeluk beliau dengan erat sambil sentuh pipih kiri dan kanan kemudian memegang kedua pundak beliau dan berkata pada beliau : “Selamat ya fud kamu sudah jadi Gubernur” dalam hati beliau bergumam Gubernur apa..?? dan kemudian beliau langsung di ajak keruangan khusus Gurunya Bapak Syeikh yang mana hanya orang-orang tertentu saja yang diperbolehkan dan di izinkan masuk, setelah sampai dalam ruangan khusus tersebut yang suasana dan keadaannya ruangan itu tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata, kemudian beliau diberikan sebuah Pusaka yang berada dalam kain putih bercorak oleh gurunya Bapak Syeikh yang panjangnya kurang lebih 60 – 70 cm dan beliau menerimanya dengan rasa gemetar penuh takzim, adab dan etika kesopanan seperti layaknya pemberian tugas dan amanah (sertijab) sebuah jabatan tertentu (Mimpi dibulan November 2023 sekitar tanggal 11).
Karena memang akan hausnya ilmu dan ibadah pada Allah SWT atas dasar petunjuk dan bimbingan-Nya juga, setelah gurunya wafat beliaupun mengambil beberapa aurod dan asror dari KH. Sholehuddin (tangan kanan dan kepercayaan gurunya), sebagai penyambung sanad kemuqodaman dan jalan baginya untuk terus istiqomah serta menjalani amanah yang diberi, juga memberikan izin talqin/ ijazah semua hizib, doa, aurod dan asror kepada beliau tepatnya pada hari Kamis, 22 Februari 2024 bertepatan 12 Sya’ban 1445 H, Jam 14.47 Wib di Majelis Baitul Rahmat, Parakan – Bogor, dan memberikan pengamalan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Selain yang sudah disebutkan diatas tugas beliau yang utama adalah mengijazahkan aurod lazimah, wadjifah dan hailalah serta aurod ikhtiariyah dan ghoibiyah serta memimpin jama’ah sholawatan tarekat tijani di wilayahnya di Majelis Ta’lim (zikir dan sholawat) Pelataran Merah “Baiturrohmat”, Pondok Cabe Ilir. Saat ini ada sekitar ± 50 orang jama’ah yang dipimpinnya termasuk akhwat, beliau juga membantu orang-orang atau masyarakat yang datang kepadanya untuk berobat dan lain sebagainya, dengan apa yang sudah beliau dapat dan warisi dari gurunya Bapak Syeikh secara langsung baik zhohir maupun bathin, yang mana beliau diperintahkan oleh gurunya untuk mengamalkan ilmunya tersebut sesuai hadits qur’an, petuah dan fatwa Para Masyeikh Tijani, agar berguna dan bermanfaat bagi manusia dan orang banyak “Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, Ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh Al Albani di dalam Shahihul Jami’ No: 3289).
Dan saat ini, baik sebelum atau sesudah beliau diangkat dan ditugaskan sebagai wakil muqoddam, beliau selalu mentharbiyah ‘membimbing’ ikhwan-ikhwan, mengajarkan adab, akhlak, toleransi, sabar, syukur, ikhlas dan ibadah hanya kepada Allah SWT bukan makhluk atau selain-Nya dan menyembah Dzat-Nya bukan Asma-Nya, syukur-syukur mereka (ikhwan-ikhwan) bisa sampai wushul kepada Allah SWT, yang beliau emban dan bimbing tentunya yang berada didalam naungannya yaitu pada Majelis Pelataran Merah “Baiturrohmat” dan itupun hanya orang-orang ‘ikhwan’ yang mau dibimbing saja. Beliau mengemban tugas dan amanah yang diberikan serta disandarkan pada pundaknya sebelum diberi amanah dan setelah mulai jalannya Jama’ah Majelis Pelataran Merah kurang lebih sudah 4 tahun belakangan ini sebelum diangkatnya beliau sebagai wakil muqoddam. Dalam sisi lain salah satu kesibukan beliau saat ini adalah sebagai Dosen Tuton Fakultas Hukum Kampus UT ‘Universitas Terbuka’ dan berprofesi sebagai seorang Lawyer “advokat dan konsultan hukum” perusahaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya, beliau dalam berbagai hal, aspek dan sektor juga mensupport ikhwan-ikhwannya untuk kearah yang lebih baik, berkembang dan maju, baik kemajuan dunia maupun kemajuan perjalanan tarekatnya.
Sanad Thoriqoh dan Keilmuan Tijani
Adapun sanad thoriqoh yang beliau ambil dan ijazah adalah dari sanad yang shoheh “kuat” dan syuhroh wal istifadhoh (masyur dikenal dan terkenal luas dalam masyarakat dan kalangan tarikat tanpa ada bantahan dan sanggahan dari ulama dan yang otoritatif) yang ada hujah dari para masyeikh tijani yang mana ke-ikhwanan-nya adalah beliau ambil atau ijazah langsung daru Guru Mursyid Thoriqoh At Tijani yaitu Sayyidi Syeikh Maulana Al Haji Muhammad Syu’aib Bin Mamat dan Wakil Muqoddamnya di Ijazahkan oleh Drs. Kiayi Haji Sholehuddin Mubarok, dibawah ini adalah sanad beliau :
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ۞ ﺍﻟﻔَﺎﺗِﺢِ ﻟِﻤَﺎ ﺃُﻏْﻠِﻖَ ۞ ﻭَﺍﻟﺨَﺎﺗِﻢِ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ ۞ ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟﺤَﻖِّ ﺑِﺎﻟﺤَﻖِّ ۞ ﻭَﺍﻟﻬَﺎﺩِﻱ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻃِﻚَ ﺍﻟﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢِ ۞ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭِﻩِ ﻭَﻣِﻘْﺪَﺍﺭِﻩِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴﻢِ ۩
Imam Sayyidina Syeikh Abul Abbas Ahmad Bin Muhammad At Tijani r.a
Sayyidi Syeikh Muhammad Al Ghola r.a
Sayyidi Syeikh Alfa Al Hasyim r.a
Sayyidi Syeikh Ali At Thoyyib r.a
Sayyidi Syeikh Maulana Al Haji Utsman Dhomiri r.a
Sayyidi Syeikh Maulana Al Haji Muhammad Sujatma Al Ismail r.a
Sayyidi Syeikh Maulana Al Haji Muhammad Syu’aib Bin Mamat r.a
Machfuddin Maulana At Taisir, SH, MH.
Dalam hal sanad memang tidak ada hadits dan dalilnya sampai sekarang pun beliau tidak menemukan hadits dalilnya, tapi untuk hujjah dan yurisprudensinya ada secara tidak tertulis dari adab-adab yang diajarkan guru-guru kita, bedanya tidak dibukukan saja dan tauladan untuk kita, dan bukan Rasul pula yang bicara, akan tetapi keridhoan dan keikhlasan mursyid, masyeikh dan muqoddam sampai kepada Nabi SAW ada disana “Sanad”, itu adalah sebagai bentuk adabiyah, rasa syukur dan ta’dzim serta “penghormatan” kita kepada beliau para mursyid, kholifah dan masyeikh serta muqoddam yang memberikan/meng-ijazahkan kita sehingga menjadi murid (ikhwan atau fuqoro tijani) dan insya Allah melaui sanad dan media beliau ini kita bisa sampai wushul kepada Allah SWT melalui aurod dan asror yang dimilikinya dan sir yang diberikannya, yang pada intinya adalah bentuk rasa syukur dan hormat kita kepada orang yang telah meng-ijazahkan Aurod Lazimah, Wadjifah Hailalah dsb, bukan yang “Silsilatihim” yang mana langsung ke Syeikh Ahmad Tijani r.a karena kapan kita bertemu beliau, kita tidak bertemu padanya baik dzohir maupun bathin, tidak mengenalnya secara langsung yang kita kenal, kita belajar dan ketahui secara nyata ‘dzhohir’ dan langsung adalah guru kita yang mengijazahkan kita (mursyid atau muqodam/ wakil muqodam), dan itu adalah bentuk dan bagian dari pada adabiyah kita, tahu diri atau tidak kita kepada orang yang telah memberikan sanad kita dan jalan pertolongan ‘Maddad’ pertobatan baik aurod maupun asror, jangan sampai kita menjadi orang atau ikhwan yang yang tidak tahu diri, tahu terima kasih dan Su’ul Adab.
Juga sebagai sanad keilmuan yang sangat berpengaruh yang kita ambil dari guru mursyid, jikalau hizib-hizib kita mau manjur berkah dan selamat sekaligus bermanfaat maka kita harus menyandarkan sanad kepadanya atau bersanad padanya dengan penuh syukur pada Allah aza wa jala dengan sanad Thoriqoh Tijani tersebut, jadi hizib-hizb, aurod-aurod dan asror yang beliau ‘MM’ ambilpun juga sanadnya jelas; pungkasnya, langsung dari guru mursyid yaitu Syeikh Maulana Muhammad Syu’aib Bin Mamat dan ada juga beberapa hizib, doa dan aurod ada juga yang dari muqoddam Kiayi Haji Sholehuddin Mubarok yang mana beliau sendiri juga dasar aurod hizibnya ambil dari Bapak Syeikh (mursyid), jadi cukup kuat ‘shoheh’, terang, gamblang dan jelas sanad keikhwanan, ke-wakil muqoddam-an dan keilmuan beliau Machfuddin Maulana At Taisir shoheh sesuai aturan Tarekat Tijani dan adab ketertiban kepatuhan dan ketaatan ajaran Tarekat Tijani dan insya Allah tidak menyimpang sesuai taklik. Insya Allah semua kita “Para Ikhwan” yang mengambil ajarannya pada jalannya dan maddadnya selamat dengan pertolongan dan rahmat Allah SWT, pertolongan dan syafaat dari Para Masyeikh dan Maha Guru Tijani serta Syafa’atul Udzma dari Rasulullah SAW.
Allahummah Syurnaa Fii Zumroti Abiil Faidhit Tijanii, Wa Amiddanaa Bimadadi Khotmil Awliyaa il Khitmanii
“Ya Allah Kumpukanlah kami Dalam Golongan Abil Faidl At-Tijaany
Tolonglah kami Dengan Madad Dari Khatmil Auliya Kitmaany”
Itulah kisah biografi singkat hamba Allah yang faqir dan dhoif Machfuddin Maulana At Taisir, Tuhannya-lah yang Maha Kuat dan Gagah serta Maha Agung dan Maha Mulia lagi Maha Besar Allah SWT Ya Jalla Jalalahu.
Akhirul kalam,
والله الموفّق إلى أقوم الطّريق
وبالله التوفيق والهداية والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Wallahul muwaffiq ila aqwami tharieq, wabillahi taufiq wal hidayah wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
“Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya. Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus – lurusnya, dan semoga diberikan keselamatan atasmu, dan rahmat Allah serta berkah-Nya juga kepadamu.”
Terima Kasih yang Tak Terhingga Kepada Guru-Guru Ngaji saya :
- Mamah Muanah bin Mustofa, Jl. KH Syahdan Kemanggisan Palmerah “Juz ‘Amma” 1985
- Suroyati bin Mustofa, Kebon Jeruk “Juz ‘Amma” 1985
- Ustadz H. Marwan bin H. Muchtar Guru Jl. KH Syahdan Kemanggisan Palmerah “Al Qur’an, Akhlak, Istinja, Tauhid” 1985 – 1993
- Ustadz H. Tabrani bin H. Azhari At Taisir Jl. KH Syahdan Kemanggisan Palmerah “Al Qur’an” 1986
- Ustadz H. Muhammad Tohir Azhari (Kong H Amad) Jl. KH Syahdan Kemanggisan Palmerah “Al Qur’an, Fiqih, Tajwid, Rawi, Barjanzi, Marhabanan” 1996 – 1999
- Ustadz Mas Jainuri Gedung Serbaguna Sandang “Iqro, Tajwid, Tauhid, Akhlak, Fiqih” 1988 – 1994
- Ustadz Mas Atu Gedung Serbaguna Sandang Blok C1 “Iqro, Tajwid, Tauhid, Akhlak, Fiqih” 1988 – 1994
- Ustadz Mamad Jl. KH Syahdan Kemanggisan Palmerah “Hataman Al Qur’an, Tajwid, Tauhid, Bahasa Arab” 1990 – 1994
- Ustadz Mahfud Komplek Hankam, Kemanggisan “Qiroat Bayyati” 1995
- KH. Syafiq Hadzami Tebet, Jakarta Selatan “Jurumiyah dan Kalam” 1994
- Pak Dedi Setiadi SMK N 13 Jakarta “Qiroat Bayyati” 1997
- Ustadz H. Syarifuddin Makmun (Alm) Jl. KH Taisir Kemanggisan “Bahasa Arab” Nahwu Shorf 2013
- Ustadz Wase Pondok Pinang, Pondok Cabe “Nahwu Shorf” Jurumiyah 2017 – 2018
- Ustadz Habib Muammar Khadafi, Sasana Kebajikan Cirendeu, “Nahwu Wadhi dan Tafsir Qur’an” 2019/2020
- DR. Cut Lina, SH.MH, Kampus Esa Ungul, Hukum Isalam dan Waris Islam 2006 – 2008
- DR. Syeikh Kiayi Haji Muhammad Syu’aib bin Mamat, SE, MBAi, Panaragan – Bogor “Adab, Falaq, Aurod dan Tassawuf” 2000 – 2018
- Drs. Kiayi Haji Sholehuddin Mubarok, Cisaat Sukabumi, “Adab, Fiqih Syariat dan Aurod” 2020 – sekarang
Yang mana semuanya itu diatas adalah bagian dan tak terlepas dari perjalanan hidup beliau “saya”, sampai pada tingkatan mengerti, faham dan mengenal Allah SWT dengan sebaik-baiknya jalan “thoriq”.
Ada peribahasa mengatakan kalau pacar, istri, suami ada bekasnya yang tidak ada bekasnya adalah orangtua, guru, saudara dan sahabat/ teman.
Kata – Kata Mutiara Machfuddin Maulana At Taisir :
- Panjatlah cita-cita dan keinginanmu dengan perbanyak sholawat (khususnya sholawat fatih)
- Kenali dan dekati Tuhanmu dengan solawat fatih
- Hidup dan balurlah dirimu dengan sholawat fatih niscaya dirimu akan terpelihara dan terjaga bahkan menjadi keramat