daelpos.com – Ketua Komite III DPD RI, Dr. Filep Wamafma, kembali menyalurkan 153 beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) kepada pelajar di wilayah Ransiki, Kabupaten Manokwari Selatan, Sabtu (9/8/25).
Penyaluran ini merupakan kelanjutan dari distribusi beasiswa sebelumnya di Kota Manokwari dan dataran Prafi. Beasiswa tersebut merupakan bagian dari aspirasi DPD RI yang diperjuangkan Filep Wamafma untuk sekitar 1.000 siswa jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK di berbagai kabupaten di Papua Barat.
Program PIP adalah bantuan pendidikan dari pemerintah bagi anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu atau rentan miskin, yang disalurkan langsung ke rekening siswa berdasarkan data Dapodik sekolah.
“Ini bentuk kepedulian negara terhadap masa depan generasi Papua, terutama yang berasal dari keluarga prasejahtera,” kata Filep saat menyerahkan bantuan secara simbolis di Ransiki.
Adapun besaran beasiswa yang diterima siswa adalah Rp450.000 untuk jenjang SD/MI/SDLB, Rp750.000 untuk SMP/MTs/SMPLB, dan Rp1.800.000 untuk SMA/SMK/MA/SMALB.
Setelah Manokwari dan Manokwari Selatan, Filep menjadwalkan penyaluran tahap berikutnya di Teluk Wondama, Kaimana, dan Fakfak.
Menurutnya, program ini sejalan dengan kebijakan nasional “Papua Cerdas” yang bertujuan mengurangi angka putus sekolah melalui intervensi afirmatif.
“Tanpa intervensi seperti ini, anak-anak dari keluarga dengan keterbatasan finansial berisiko tinggi putus sekolah. Negara harus hadir, dan DPD RI menjawab itu,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Filep juga menyampaikan pesan khusus kepada para orang tua untuk tetap berjuang agar anak-anak memiliki masa depan lebih baik.
“Sebagai orang tua, kita harus mewariskan hal-hal baik kepada anak-anak. Kalau sekarang bekerja sebagai tukang ojek, petani, nelayan, buruh bangunan, atau sopir, biarlah itu menjadi perjuangan kita, dan yakin anak kita akan lebih baik ke depannya. Arahkan anak-anak ke sekolah, bukan hanya membantu di kebun atau pekerjaan lain,” ujarnya.
Ia menyoroti sebagian orang tua di Papua yang kurang mengawasi kegiatan anak sepulang sekolah hingga malam hari.
Menurutnya, minimnya perhatian dan pembiasaan belajar menjadi salah satu penyebab Papua tertinggal dalam pendidikan.
Filep juga mendorong pemerintah daerah untuk mendukung program ini dengan alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan minimal 30 persen dari APBD.
“Kalau pemerintah daerah berkomitmen, peluang anak-anak kita untuk maju akan semakin besar,” pungkasnya.