daelpos.com – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menegaskan komitmennya untuk menjadikan budaya Betawi sebagai budaya utama ibu kota. Pernyataan ini disampaikan dalam acara kebudayaan ‘Lestari Warisan Betawiku’ di Balai Kota DKI Jakarta pada Kamis (21/8).
“Bagi saya tantangan yang paling utama adalah bagaimana budaya Betawi itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2024 betul-betul bisa tumbuh berkembang dan menjadi budaya utama yang ada di Jakarta,” ujar Pramono.
Meskipun berasal dari Jawa, Gubernur Pramono menegaskan bahwa pemerintahannya akan memprioritaskan budaya Betawi. Ia mencontohkan kebijakan baru yang mewajibkan para pejabat eselon II untuk mengenakan sarung saat pelantikan, sebagai bentuk nyata dari komitmen tersebut. “Untuk membuat Jakarta betul-betul wajah Betawinya itu tidak setengah hati,” tambahnya.
Dalam pidatonya, Pramono Anung memaparkan sejumlah langkah strategis yang akan diambil oleh Pemprov DKI Jakarta untuk melestarikan dan memperkuat budaya Betawi. Salah satunya adalah rencana penerbitan Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Lembaga Adat Betawi. Ia menjelaskan bahwa suku Betawi merupakan satu-satunya suku besar di Indonesia yang belum memiliki lembaga adat atau majelis, sehingga pembentukan pergub ini sangat krusial.
Selain itu, Pemprov juga berencana menyelenggarakan Benyamin Sueb Award sebagai bentuk penghargaan kepada para tokoh Betawi yang telah berkontribusi besar dalam melestarikan budaya.
Terkait upaya promosi di kancah internasional, Gubernur Pramono mengusulkan agar kebaya encim, yang merupakan kebaya khas Betawi, didaftarkan ke UNESCO. Usulan ini diharapkan dapat memperkuat identitas budaya Jakarta dan mendapatkan pengakuan dunia, mengingat saat ini ada empat negara yang sedang mendaftarkan kebaya.
Acara ‘Lestari Warisan Betawiku’ sendiri diselenggarakan oleh Komunitas Kebaya Jakarta di bawah naungan Yayasan Jakarta Raya Bahagia. Ketua Komunitas Kebaya Jakarta, Happy Djarot, menyatakan bahwa acara ini bukan sekadar perayaan, melainkan gerakan nyata untuk menjaga kelestarian budaya, khususnya kebudayaan Betawi.
“Kami ingin menunjukkan pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab para pelaku seni, tetapi juga seluruh masyarakat. Kami berharap acara ini menjadi momentum untuk terus merawat dan memperkenalkan kebudayaan Betawi kepada generasi mendatang,” jelas Happy.
Acara yang digelar dalam rangka memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, HUT ke-498 Kota Jakarta, dan Hari Kebaya Nasional ke-2 ini menampilkan beragam kekayaan budaya Betawi, mulai dari seni tari, lenong, musik tradisional, kuliner, hingga peragaan busana kebaya. Apresiasi juga diberikan kepada para budayawan dan sanggar budaya sebagai bentuk dukungan pemerintah dan masyarakat.
Melalui dukungan dari berbagai pihak, acara ini diharapkan dapat menjadi agenda tahunan yang memberikan dampak nyata bagi keberlanjutan budaya Indonesia di tengah arus modernisasi.








