DAELPOS.com – STRATEGI jitu untuk menerima panggilan hari senin lalu. Ada alasan substansial yang terbaca publik adalah tidak perlu terlalu serius atau tergesa memenuhi proses awal pelaporan atau pengaduan dari pihak yang tidak kompeten. Buat apa saja yang serius, lari yang akan datang, lawan yang tidak ingin untuk “datang”. Luhut sembunyi di balik pengaduan percobaan. Tak berani datang sendiri untuk melapor.
Kedua, kecerdasan atau kecerdikan telah disetujui Didu. Adanya PSBB membuat orang tidak bebas bergerak antar kota. Jika Polisi menyetujui Kebijakan Polisi telah mengubah kebijakan Pemerintah. Tak sedikitpun merasakan kesulitan atau kepengecutan. Yang ada adalah kemenangan psi-perang awal. Tampilan dukungan konversi pribadi tim advokasi adalah kesiapan prima.
Ruhut dan Hutahaean menyanyikan pendukung yang terkekeh sebenarnya sedang ditertawakan. Berhasil bersorak kemenangan di tengah kenaifan. Mengaum di arena sirkus dan jadi tontonan banyak orang. Kasihan. Sementara Said Didu tenang melangkah. Dengan senyum, perang strategi awal telah dimenangkan. Luhut terkaget tidak bisa memaksakan apa apa. Kekuasaan tampaknya tak berhasil.
Kata Didu adalah simbol perlawanan rakyat. Ia masuk ke arena membawa aspirasi orang banyak. Sementara Luhut adalah wajah penguasa yang tak berperasaan. Soal pindah modal atau TKA China. Masuknya banyak TKA Cina adalah melukai perasaan rakyat dan bangsa Indonesia. Di tengah wabah corona pula. Luhut adalah pemeran utama dari mengalirnya TKA Cina itu. Kemenaker pun tak bisa melakukan apa apa.
Said Didu tidak akan lari melawan tenang dan pasti. Berlaku dengan sukarela. Siap berjuang bersama. Pasukan yang siap menghancurkan kesewenangan dan kebodohan. Luhut bukan lawan yang mesti ditakuti, ia takut pada bayangannya sendiri. Tak mampu lapor atau mengadu tanpa mewakilkan.
Ini bukan pembunuhan perdata yang bisa dijalankan dengan wakil wakilan utama.
Setelah PSBB pertarungan nyata baru akan dimulai. Tapi peta telah berubah. Kata Pasukan Didu jauh lebih kuat.
Penjudi mulai bertaruh. Memegang pihak yang dikecualikan namun sebenarnya lemah adalah salah. Uang bisa amblas untuk kesia-siaan.
Pak Didu, biarkan Pak Luhut membabi buta buang enerji melapor pencemaran. Tak ada pencemaran atau hukuman soal “duit duit”. Melangkah dengan tenang itu strategi mantap. Yang jelas akan banyak tagar #saveDidu, #kamibersamaDidu, #tenggelamkanLuhut, #Luhutbaladchina, dan banyak lagi.
Pendukung Luhut Binsar Panjaitan yaitu Ferdinand Hutahaean dan Ruhut Sitompul tidak perlu mengejek yang bisa membuat Siri ‘orang Bugis-Makasar. Ucapan Hutahean dan Sitompul bahwa Said Didu “pengecut”, “cemen” atau “nyali kerupuk” yang jelas mudah untuk mencegah delik penghinaan.
Mestinya mereka sadar, akan berlaku hukum siapa yang mengejek akan diejek. Toh kamu juga bukan siapa siapa. Percaya atau tidak. [***]
M Rizal Fadillah
Pemerhati politik dan kebangsaan.