DAELPOS.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tengah menjadi sorotan media gegara pamornya terus menjulang di berbagai survei. Walaupun posisinya selalu di bawah Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, namun selalu di atas pamor Puan Maharani.
Tentu saja banyak tafsir di balik aneka survei yang beredar. Ada yang menilai Ganjar layak jadi calon Presiden 2024, Ganjar pasti menang jika disandingkan dengan Anies, Ganjar calon kuat pendamping Prabowo, dan aneka framing politik lainnya.
Namun pamor Ganjar yang bersinar juga dimaknai hanya polesan, gimmick politik viralisasi, mainan para buzzer, hingga cap nyolong start.
Lepas dari spekulasi politik yang mengemuka bubble (gelembung) politik Ganjar ternyata tidak terlalu disuka di internal PDIP. Apa pasal? Karena permainan politik Ganjar dianggap tidak etis, solo karir, tidak berkoordinasi dengan PDIP, terutama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Lelaku politik Ganjar juga dianggap tidak menenggang rasa Megawati yang juga punya calon anak kandungnya sendiri yaktu Puan Maharani dan Muhammad Prananda Prabowo. Keduanya dianggap calon kuat dari trah Soekarno yang belum pernah diajak koordinasi, tetiba Gabjar ngeloyor bermain di dunia maya sehingga pamornya melampaui Puan dan Prananda.
Itu sebabnya tidak aneh jika Ketua DPD PDIP Bambang Bambang Wuryanto mengaku sengaja tak mengundang Ganjar dalam acara Puan Maharani di Semarang. Karena kader banteng yang digadang-gadang bakal nyapres ini dinilai sudah “off side”.
“Tidak diundang! (Ganjar Pranowo, red) ‘wis kemajon’ (kelewatan), ‘yen kowe pinter, ojo keminter’ (bila kamu pintar, jangan sok pintar-red),” kata Bambang, Minggu (23/5).
Politisi yang karib disapa Bambang Pacul menegaskan, Ganjar yang kerap unggul di banyak survei elektabilitas bukan patokan partainya dalam mengusung calon presiden. Sementara Gubernur Jateng itu dinilai terlalu berambisi. Sampai-sampai rela jadi host di kanal YouTube-nya. Sementara, kader lain yang berpotensi nyapres tak berani melakukannya sebelum mendapat perintah dari ketua umum.
‘Wis tak kode sik. Kok soyo mblandang, ya tak rodo atos’.Saya di-bully di medsos, ya bully saja, saya tidak perlu jaga image saya,” kesalnya.
Sementara Sekjen PDIP Hasto Kristianto mendukung sikap Bambang Pacul. Karena kerja-kerja politik tak bisa jalan sendiri-sendiri. Harus dilakukan dengan semangat kolektif dan gotong-royong.
“Apa yang disampaikan oleh Mas Bambang Patjul Wuryanto menegaskan bahwa urusan memenangkan Pemilu merupakan tanggung jawab kolektif,” kata Hasto, Minggu (23/5).
Sebab itulah, menurut Hasto, sosok calon presiden yang lahir dari kepemimpinan Partai harus punya spirit kolektivitas gotong royong, bukan individualisme. Alias main tunggal.
“PDI Perjuangan juga mengemban kata “Demokrasi Indonesia” sehingga pendapat, masukan, dan suara arus bawah akan didengarkan,” terang Hasto.
Jadi siapa sebenarnya yang akan didukung PDIP di kontestasi Pilpres 2024 mendatang? Ganjar atau Puan?
Hasto bilang, Kongres V tahun 2019 telah menyerahkan sepenuhnya kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk menentukan siapa Capres dan Cawapres yang akan dijagokan PDIP.
“Tahun 2024 merupakan tahun regenerasi menyeluruh sehingga pertimbangan dilakukan dengan matang,” tandasnya.
Keputusan itu, kata Hasto dilakukan untuk menghadirkan pemimpin yang ideologis, Pancasilais dan visioner. Juga mengakar pada kekuatan rakyat, berkarakter, kokoh pada prinsip, dan memiliki kemampuan teknokratik untuk kemajuan bangsa.
Dapat dipastikan, kalau opini Sekjen demikian, posisi Gabjar bakal didelisting oleh Megawati. Karena lelaku politiknya dianggap tidak sopan dan cenderung arogan.
Tapi bukan Ganjar namanya kalau diam saja. Menyadari posisinya terjepit, peluangnya menyempit, petarung politik dari Jawa Tengah itupun tetap bermanuver. Kabarnya Gabjar merapat ke Ketua Umum Nasdem Surya Paloh untuk mendapat dukungan politik, gayung pun bersambut, Ganjar yang tahu hubungan Mega dan Paloh yang tidak baik ini dimanfaatkan untuk mencari dukungan.
Namun apa yang terjadi, fungsipnatis Masdem Ahmad Ali mengungkapkan Nasdem tetap pada pendirian awal, yakni mendukung Anies untuk capres 2024. Jadi manuver Ganjar terhantuk jalan buntu.
Satu-satunya harapan Ganjar ada pada Presiden Jokowi. Ganjar diperkirakan akan dijadikan Plt. Gubernur DKI pada 2022, sehingga pamornya akan terus menjulang. Sementara Anies dinon-job kan sehingga elektabilitasnya merosot, elektabilitas Ganjar diperkirakan akan menyalip Anies dan menduduki posisi teratas.
Jika demikian, Ganjar yang kader dedengkot PDIP itupun akan meniru langkah Jokowi, memaksa Megawati untuk mendukungnya menjadi capres 2024.
Akankah sejarah terulang? Sekali lagi, sejarah hanya akan memilih seorang pemimpin pada 2024, bukan petualang politik