DAELPOS.com – DPP PDI Perjuangan menggelar khitanan massal khas budaya Betawi yang diiringi arak-arakan delman, Sabtu (23/10/2021). Acara ini digelar untuk memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW sekaligus menyambut Hari Sumpah Pemuda.
Ketua DPP PDI Perjuangan Eriko Sotarduga memimpin tujuh delman arak-arakan dari Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat. Di masing-masing delman, ada empat orang anak yang ikut khitanan berada di atasnya. Pernak-pernik memenuhi masing-masing delman. Setiap delman berjalan dalam arak-arakan menuju kantor DPP PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat. Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Adi Wijaya mendampingi Eriko, dan Ketua DPC PDI Perjuangan Jakarta Pusat Wa Ode Herlina yang mengurusi teknis pelaksanaan acara juga ikut.
PDI Perjuangan tidak bisa mengundang peserta sunatan dalam jumlah besar. Itu sebabnya hanya empat anak per delman yang diangkut. Dan total anak yang menjalani khitanan hanya 68 orang. Karena semuanya dilaksanakan harus berdasarkan protokol kesehatan.
Sementara Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang mengenakan pakaian bergaya Betawi telah menunggu di kantor pusat partai. Eriko yang hadir juga berdandan ala Betawi.
Setiba di kantor DPP, Eriko dan rombongan disambut langsung Hasto selaku tuan rumah. Sebelum masuk ke kantor PDI Perjuangan, Eriko menyetop rombongannya dan meminta izin kepada Hasto.
“Assalamualaikum. Permisi Bang Sekjen, aye dan rombongan mau numpang lewat, nih,” kata Eriko.
Hasto pun langsung merespons. “Entar dahulu. Bismillah dahulu. Ente mau lewat sini, ente mesti lewatin dahulu jagoan gue,” kata Hasto menjawab. “Boleh, ane punya jagoan buat diadu,” kata Eriko menimpali tantangan Hasto.
“Ane juga punya. Banteng mah harus berani,” timpal Hasto. Eriko lalu memanggil seorang anak berkostum pencak silat dari rombongannya. Memegang sebuah golok, bocah perempuan itu lalu menampilkan sejumlah jurus silatnya. “Luar biasa,” kata Hasto mengekspresikan kekagumannya.
Setelah itu, Eriko kembali maju. Dia memanggil tiga anak laki-laki dari rombongannya. Salah satu jagoan Eriko itu pun berpantun.
“Bang, abang orang Betawi, aye orang Betawi. Namanya orang Betawi, selangkeh due langkeh pasti punya yang namanya mainan.” “Jadi, ibarat punya tanah tanemin sawi, badan basah sehabis mencangkul. Jangan sebut anak Betawi, kalau tak bisa main pukul,” lanjutnya.
Ketiga anak tersebut lalu unjuk kebolehannya bermain silat. Acara dimulai dengan palang pintu dan saling berbalas pantun. Hasto dan Eriko terpingkal-pingkal mendengar anak-anak berbalas pantun dengan kata-kata yang mengocok perut. Tepuk tangan meriah pun menggema. Atraksi pencak silat menambah acara tersebut kian semarak.
Usai mereka, ada dua anak muda berpakaian hijau dan merah maju ke gelanggang. Keduanya mengeluarkan jurus-jurus. keduanya seakan sparring partner yang menunjukkan jurus silat sebagai seni bela diri.
Eriko mengatakan walau acara khitanan bersifat keagamaan, pihaknya sengaja memadukannya dengan budaya Betawi. Hal ini sejalan dengan pesan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang selalu mendorong budaya keindonesiaan tak ditinggalkan di tengah modernisasi maupun kebiasaan keagamaan yang hidup di masyarakat.
“Semoga semangat ini selalu kita hidupi. Kita sudah membuktikan bahwa memadukan hal ini menyenangkan,” kata Eriko.