Perempuan Tangguh Pemberantas Korupsi di KPK

0
4
foto istimewa

DAELPOS.com – Dalam momentum peringatan Hari Kartini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara khusus memberikan apresiasinya kepada seluruh pegawai perempuan di lingkungan KPK.

Tercatat ada 509 pegawai perempuan dari total keseluruhan 1551 pegawai di KPK, atau sebesar 33%. Mereka tersebar di berbagai unit, yaitu Sekretariat Jenderal; Kedeputian Bidang Informasi dan Data; Pencegahan dan Monitoring; Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat Koordinasi dan Supervisi, hingga Kedeputian Bidang Penindakan.

Ada stereotip yang mengemuka di tengah masyarakat, bahwa bekerja di bidang pemberantasan korupsi menuntut sisi maskulinitas. Lantaran punya risiko tinggi, banyak ancaman, dan bahaya yang menghadang. Bekerja tidak hanya mengandalkan akal untuk menangkap koruptor yang cerdik, namun juga fisik dan mental yang kuat. Waktu bekerja yang tak menentu, hingga harus bergerilya turun ke lapangan untuk mencari bukti perbuatan para pelaku korupsi.

Namun para pegawai perempuan di lembaga antirasuah ini membuktikan untuk tidak pernah pantang surut. Justru sebaliknya, bekerja dengan penuh profesionalitas dengan berbagai hasil dan capaian kinerja yang optimal.

Seperti kisah salah satu penyidik perempuan yang dimiliki KPK, bernama Surya Tarmiani. Setiap harinya Surya melakukan kegiatan penyidikan yaitu mengumpulkan barang bukti, pemeriksaan saksi, menganalisis bukti-bukti dalam bentuk dokumen maupun elektronik. Pekerjaannya menuntut pula untuk turun ke lapangan melakukan penggeledahan.

Di bagian Penindakan, jumlah penyidik perempuan lebih sedikit dibandingkan penyidik laki-laki. Dominasi pegawai laki-laki tidak membuat dirinya takut jika harus berdiskusi soal perkara, bekerja bersama, bahkan saat menghadapi pemeriksaan yang tersangkanya laki-laki.

Seringkali penyidik Surya mendapat intimidasi saat memeriksa, dengan jawaban-jawaban sulit dan nyeleneh dari para tersangka kaum lelaki. Beberapa dari mereka terkadang memandang sebelah mata, jika penyidik perempuan bisa ‘diluluhkan’.

Namun, berbagai taktik maupun ancaman dari para terperiksa, tidak membuat gentar penyidik Surya untuk terus melakukan proses penyidikan. Penyidik Surya tetap profesional dan fokus pada pekerjaanya. Prinsipnya adalah perempuan bisa setara dan berperan dalam situasi dan rumpun profesi apapun.

“Memang penyidikan itu suatu pekerjaan yang dominannya dilakukan oleh laki-laki. Jadi memang perempuan kalau di situ (Direktorat Penyidikan) hanya (berjumlah) sebagian kecil saja. Memang banyak tantangannya, banyak di awal pasti tidak menyangka akan menghadapi pekerjaan atau risiko semacam itu.” katanya.

Lebih jauh, Surya mengungkapkan alasannya memilih pekerjaan penyidik karena semata ingin menegakkan nilai-nilai kebenaran yang ada di masyarakat. Perbuatan korupsi adalah perbuatan yang tidak benar dan masyarakat harus tahu itu.

“Jadi jangan sampai masyarakat tidak tahu kebenarannya. Yang tidak benar jadi lazim dan yang benar jadi tidak lazim. Kebenaran itu harus diperjuangkan. Jadi masyarakat terbiasa dengan nilai-nilai kebenaran,” ujarnya.

Menurut Surya, dirinya sebagai salah satu perempuan yang bekerja menjadi penyidik justru dapat memberikan nilai tambah dalam proses penyidikan suatu perkara. Ada sejumlah perkara yang ia tangani, tidak bisa dilakukan oleh peran laki-laki, karena harus menggunakan sisi feminitas.

“Dari pengalaman selama ini, sebetulnya perempuan itu banyak memberikan nilai tambah ke proses penyidikan itu, ada beberapa hal sebagai perempuan itu bisa memberikan sumbangsih lebih, jadi ada hal-hal yang laki laki itu punya keterbatasan dalam situasi tertentu, di situ perempuan punya sesuatu dan peran yang bisa jadi penyidikan itu lebih lengkap. Misal harus menggeledah di area khusus perempuan,” jelasnya.

Pernah suatu ketika, penyidik Surya diharuskan turun ke lapangan meninjau lokasi sawit untuk suatu perkara penyidikan. Dalam tim tersebut, hanya dia penyidik perempuan. Ia bersama tim menelusuri hutan sawit yang luasnya berhektar-hektar. Lebatnya semak belukar, dan terjalnya tanah yang becek habis hujan, tidak menyurutkan dia untuk tetap bekerja. Di tengah hutan tersebut, tiba-tiba dia ingin buang air kecil. Tentu hal ini agak merepotkan bagi dirinya sebagai perempuan.

“Kalau laki-laki kan bisa buang air dimana saja, kalau perempuan harus mencari toilet,” ceritanya.

Sama seperti penyidik Surya, Jaksa Penuntut KPK, Dame Maria Silaban juga menceritakan pekerjaanya yang berisiko tinggi melakukan penuntutan hukuman terhadap terdakwa tindak pidana korupsi. Setiap harinya, Dame bergelut dengan waktu, menyusun dakwaan, melakukan pemeriksaan, hingga melaksanakan eksekusi putusan hakim. Dan hal itu terus bertambah seiring tersangka korupsi yang jumlahnya juga meningkat.

“Sejak awal menangani perkara tersebut sudah berkoordinasi dengan penyidik yang menangani perkara tersebut, bahkan dari saat penyelidikan juga beberapa perkara sudah melibatkan Jaksa yang akan menuntut perkara itu,” jelasnya.

Jaksa Dame juga melakukan penelitian berkas perkara untuk kecukupan alat bukti agar layak disidangkan, sehingga hakim dapat memvonis terdakwa bersalah. Saat dilakukan eksekusi, lanjut Dame, jaksa masih harus memantau untuk mendapatkan pengembalian kerugian keuangan negara sebagai uang pengganti yang akan disetorkan ke kas negara.

“Meskipun perkara itu sudah selesai, tidak sampai di situ. Kadangkala terdakwa itu masih akan melakukan PK (Peninjauan Kembali) yang kedua, bukan hanya sekali, bahkan kedua atau ketiga. Itu juga cukup menguras waktu dan energi, sementara perkara-perkara lain sudah banyak yang menunggu di bawah,” ujarnya.

Namun hal tersebut tak menjadikannya ciut menghadapi para koruptor yang didominasi kaum lelaki. Kerap kali ancaman datang, Jaksa Dame tak gentar melakukan pekerjaanya karena bagian dari cita-citanya agar bisa bermanfaat di masyarakat sebagai perempuan.

“Ini adalah cita-cita dan panggilan hidup, sejak kecil cita-cita saya menjadi jaksa. Bahkan tantangan ini menjadi pemicu, pemacu, kita gregetan menghadapi para koruptor. Bagaimana Indonesia ini bisa bebas dari korupsi,” ujarnya.

Tantangan dalam pekerjaan di pemberantasan korupsi juga dihadapi oleh seorang dokter perempuan bernama Shinta Gasenova.

Di ruang kesehatan berukuran 2×3 meter lantai tiga Gedung Merah Putih KPK, Dokter Shinta memeriksa pasiennya dengan fasilitas seadanya. Di samping ruangan pemeriksaan, terdapat juga tiga kubikel berjajar untuk diisi oleh suster dan paramedis lainnya. Bisa dibayangkan betapa minimalisnya ruang pemeriksaan dokter di KPK.

Belum lagi jika Dokter Shinta rutin mengadakan kunjungan pemeriksaan kepada tahanan. Turun ke sel-sel tahanan dan memeriksa satu-persatu. Di tengah pengapnya kondisi sel rutan KPK, Dokter Shinta dengan sabar menanyakan kabar dan kondisi para tahanan.

Tak bisa dihindari, intimidasi pun juga didapat Dokter Shinta ini. Apalagi jika tersangkanya adalah laki-laki, yang kerap kali sering menunjukkan arogansinya untuk bisa dirujuk keluar ke Rumah Sakit.

“Menangani tahanan itu tidak mudah. Macam-macam karakternya ya karena ada yang berpura-pura sakit atau meminta dirujuk ke Rumah Sakit (RS) padahal gak sakit. Banyak juga yang marah dan mengintimidasi karena tidak diizinkan untuk keluar pergi ke RS. Pernah ada juga yang gebrak-gebrak meja jika tidak diizinkan,” kisahnya.

Dokter Shinta tetap bekerja secara profesional tidak gentar menghadapi hal tersebut. Justru, Dokter Shinta menggunakan sisi feminitasnya, melalui pendekatan emosional agar tersangka yang sakit secara psikis dapat mencurahkan hatinya untuk mengelola stress selama di tahanan.

“Biasanya mereka pas baru masuk ke dalam rutan, pasti ada perasaaan tidak menerima, terkejut karena mereka ditangkap. Jika ada cerita seperti itu ya kita dengarkan karena balik lagi fokus ke masalah kesehatannya, saya ingin andil dalam pemberantasan korupsi, dengan membantu menyehatkan para pegawai maupun tahanan,” ujarnya.

Petugas Pengawal Tahanan KPK sebagian juga perempuan. Saah satunya Rohimah. Tugas sebagai pengawal tahanan menuntut harus memiliki ketahanan fisik yang kuat dan juga sigap menghadapi berbagai perselisihan di dalam Rutan.

Sehari-hari, Rohimah mengatur para tahanan perempuan di KPK yang beragam jenis karakternya. Di Rutan yang sempit dan tidak ada pendingin ruangan, Rohimah bejibaku dengan para tahanan untuk bisa tertib setiap harinya, juga dituntut untuk bisa mengayomi para tahanan.

Namun, tiap tugas tidak selalu mulus jalannya. Apalagi menghadapi para tahanan korupsi yang memiliki latar belakang ekonomi mumpuni. “Mereka kadang menganggap pengawal tahanan itu adalah asisten rumah tangganya.”

Bukan hanya dengan tersangkanya, dengan anggota keluarga tahanan pun Rohimah sering dimarahi. Lantaran Rohimah menolak pemberian makanan khusus kepada para tahanan saat waktu kunjungan keluarga tahanan.

“Pada saat kunjungan tahanan, anggota keluarga itu mau membawa makanan ke dalam Rutan, tapi kan aturannya enggak boleh kecuali petugas berwenang, lalu saya larang, dan terjadilah perselisihan itu. Namun saya diam saja karena harus mengendalikan diri, harus tidak mudah terpancing emosi,” ujarnya.

Menurut Rohimah, pekerjaan sebagai pengawal tahanan adalah kebanggaan tersendiri bagi dirinya. Justru alasannya, karena pekerjaan ini menantang dan banyak didominasi oleh laki-laki. Namun Rohimah tetap bekerja setara perannya dengan pegawal tahanan laki-laki.

“Bagi saya pekerjaan pengawal tahanan ini suatu kebanggaan sendiri. Orang tahunya kan perempuan itu sosok yang lemah, tapi saya gak mau dibilang lemah. Saya suka pekerjaan yang ada tantangannya, jiwa saya suka dengan tantangan, bagaimana tantangan itu bisa saya hadapi,” ungkapnya.

Kisah keempat perempuan di KPK ini baru sebagian cerita yang kami bagikan. Di masyarakat, banyak perempuan hebat yang berjuang untuk menegakkan nilai-nilai antikorupsi yang dianutnya. Berani bertindak, bersikap, dan menyuarakan kebenaran atas nilai-nilai yang dianut para perempuan ini adalah kebanggaan tersendiri. Penuh harap, semoga semakin banyak perempuan tangguh yang mau dan berani berkiprah di bidang pemberantasan korupsi, yang pada akhirnya dapat memperkuat lembaga antirasuah ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here